"Bapak sudah daftarkan kamu untuk ikut lomba Cerdas Cermat antar sekolah, Choi Beomgyu." ucapnya yang seketika membuat Beomgyu terkejut bukan main.

"Maaf,...?"

"Jangan menolak. Jawab saja sebisamu. Ini sudah ketentuan dari sekolah." 

Ketentuan macam apa yang mengikutsertakan otak taraf rata-rata seperti Beomgyu untuk mengikuti lomba Cerdas Cermat? Mereka mau kalah apa bagaimana? Kenapa tidak Taehyun yang jelas namanya selalu terpampang paling atas di papan ranking? Kenapa Choi Beomgyu? Dan masih banyak pertanyaan lainnya.

"Lusa kamu sudah harus siap." tambahnya lagi sebelum membiarkan Beomgyu pergi.

Ini merupakan beban berat bagi Beomgyu, rasanya mau menghilang saja dari peradaban. Sahabatnya yang menunggunya sampai keluar dari ruangan memberikan es coklat batangannya lagi, namun raut wajah Beomgyu berubah murung.

"Kenapa lo? Kok sedih?" tanya Taehyun penasaran, "Tadi dikasih tau apa di dalem?"

"Masa gue harus ikut lomba Cerdas Cermat sih..." ucap Beomgyu kesal. Sahabatnya itu bukannya ikutan sedih, malah menyemangatinya.

"Wah, bagus dong!" Respon yang sama sekali tidak diduga oleh Beomgyu dari Taehyun yang sudah mengenalnya lama. "Lo bisa kembangin diri dari partisipasi di lomba itu. Nanti gue ajarin."

"Yaampun, Kang Taehyun. Lo kan tau otak gue cuma secuil?!" Beomgyu frustrasi, tapi beruntung Taehyun sabar dan bersedia mengajarinya. 

Bel masuk berbunyi, murid-murid memasuki kelas mereka dan kembali menunggu guru yang akan mengajar. Ternyata di kelas, Beomgyu sudah menjadi buah bibir seluruh murid. Dia kembali ke bangkunya untuk sekadar membaca-baca pelajaran, mungkin dengan ini bisa meringankan beban Taehyun dalam mengajarinya. 

Dua malam selanjutnya, Beomgyu menghabiskan waktunya untuk belajar dengan Taehyun. Serasa otaknya sekarang sedikit berkembang, tidak begitu bodoh lagi. Niat belajarnya tidak padam sampai pada hari lomba Cerdas Cermat dilaksanakan. Aula besar milik sekolahnya dihias, kursi-kursi ditempatkan untuk para guru dan tamu dari sekolah lain, dan podium untuk para peserta Cerdas Cermat.

"Persamaan linear dua variabel... oke,..." Beomgyu menghela nafas berharap lomba kali ini memang benar bisa meningkatkan kemampuannya, "Dua ke sini,... ditambah tiga,... turun,..."

Ia begitu fokus sampai tidak tahu seseorang berjalan ke arahnya. Soobin, si anak baru menghampirinya dan menyapanya dengan ramah.

"Hei, Choi Beomgyu."

"Iya,...?" yang memiliki nama merespon, setelah sebelumnya fokus pada buku catatannya. Ini juga kali pertama dirinya dan si anak baru mengobrol. "Kenapa?"

"Cuma mau semangatin. Kita juga belum pernah ngobrol, kan?" ujarnya dengan senyuman. "Semangat ya, representasi kelas kita, Choi Beomgyu."

Lalu, anak itu pergi begitu saja tanpa menunggu Beomgyu menjawab lagi. Aneh, pikirnya, mana ada anak seceria itu sekarang? Ia bahkan mengira sikap Soobin itu cuma topeng.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Pak Kim selaku guru konseling mulai memposisikan peserta Cerdas Cermat di podium masing-masing, termasuk Beomgyu. Ia bersama satu peserta lain sudah berada di podium, menunggu satu peserta lagi yang tak kunjung datang. Dari belakang panggung terdengar ocehan Pak Guru Kim dengan staff acara, sepertinya kesal karena peserta yang dipilih sudah terlambat dari waktu yang sudah ditentukan.

Tied (SooGyu/YeonGyu)Where stories live. Discover now