0.2

433 71 2
                                    

Another Life | © merionayates

°°°

0.2 | Semuanya Terhubung

•••

"Melempar batu pada gadis kecil tak berdaya. Sungguh menyedihkan." Kecaman terdengar jelas dan tanpa ampun merendahkan pada anak-anak yang berhenti karena ketakutan akan kehadiran orang dewasa, yang meskipun tidak mengatakan sepatah kata pun, mampu mengintimidasi.

Mereka berdiri di belakang seorang gadis yang terlihat dingin. Gadis itu yang berbicara pada para anak yang nakal.

Walaupun usia fisik mereka berada di kisaran yang sama, terlihat jelas aura yang dipancarkan oleh gadis yang baru saja mengecam mereka bukanlah sesuatu yang bisa diganggu sembarang anak biasa seperti mereka. Terutama banyaknya pengawal menatap mereka dengan muram, sama tidak setuju dengan nona muda mereka.

Anak-anak yang mayoritas adalah laki-laki berkeringat dan hampir menangis. Yang tadinya kejam dalam melemparkan batu, sekarang berada dibawah rantai makanan, dibantai habis oleh mereka yang lebih berkuasa.

Gadis kecil yang dimaksud, Historia, hanya bisa menyeka air mata yang tadinya meleleh, masih merasa sakit di sekujur tubuhnya, cukup lega kendati mulai gugup dengan kehadiran banyak orang dewasa yang mengelilingi anak-anak yang melemparinya.

Historia tidak bisa melihat jalan keluar dari tempatnya duduk. Harus melewati dinding pengawal sang gadis cantik bermata biru, baru dia bisa lari dari tempat itu.

Dia pun agak pasrah. Memutuskan untuk melihat pertukaran kata-kata penghinaan meskipun jelas sang gadis tidak ragu dalam melontarkan penghinaan. Mungkin kejam karena Historia tahu anak-anak itu tidak mengerti hampir banyak kata yang diucapkan oleh si gadis yang membelanya. Historia sendiri tidak mengerti banyak, walaupun dia tahu pasti itu adalah kata-kata yang kasar karena wajah para orang dewasa lumayan berubah-ubah. Dari rasa ngeri ke ingin menangis ke ingin tertawa dan terulang dari urutan emosi itu.

Mendapatkan perhatian dari gadis yang usianya kurang lebih sama dengan dirinya, Historia menyaksikan perubahan wajah dari geram dan marah - gadis berambut hitam itu lumayan menakutkan, terlebih ketika dia mengomeli anak-anak itu dengan penghinaan terbuka bersama ekspresi kebencian - menjadi netral dan penasaran.

"John- ah, tidak, Lina saja. Kau bantu nona ini. Lihat kalau ada luka, dan obati. Sementara itu, John. Tolong bawa mereka dan marahi orangtua anak-anak ini," sang gadis, Historia asumsikan sebagai seorang bangsawan atau anak pedagang kaya, memberi perintah dengan menunjuk, "Cepat. Kita harus segera kembali. Anak-anak ini, sungguh otak mereka hilang dimakan titan."

"Nona Muda-" Lina, yang sekarang mengangkat Historia dengan hati-hati mendudukkannya di kursi kayu reyot, berkata dengan nada tertekan.

Sang 'Nona Muda' hanya dengan angkuh melambai, kembali berfokus pada Historia dengan ekspresi penasaran.

Historia tidak tahu apakah dia harus bersyukur karena dibantu, atau merasa ngeri karena pasti setelah esok hari, anak-anak itu akan lebih kejam dalam menindasnya.

Akan beruntung kali ini, karena dia dibantu. Namun setelah itu? Nona Muda ini tidak akan selalu menolongnya. Dan bukan berarti Historia tidak bersyukur, hanya saja...

"Tidak perlu repot. Juga tidak perlu khawatir, kau tahu." Historia terlonjak kaget, berkedip, Nona Muda itu telah berjongkok di depannya, lumayan dekat untuk Historia bisa melihat detail pakaian yang digunakan sang Nona Muda.

"Gaun Anda akan kotor, Nona Muda. Tolong ja-" pengawal wanita lain, yang tidak diketahui namanya, berjalan mendekat ke arah mereka, namun diberhentikan oleh sang Nona Muda dengan tangan kiri diangkat, telapak terkepal, masih menghadap Historia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Another Life | Attack on TitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang