tujuh

3.7K 605 50
                                    

Pada suatu sore, salah seorang teman sekelas Renjun berlari-lari di sepanjang koridor bangunan sekolah sambil meneriakkan nama Renjun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Pada suatu sore, salah seorang teman sekelas Renjun berlari-lari di sepanjang koridor bangunan sekolah sambil meneriakkan nama Renjun. Saat orang itu tiba di pintu kelas dan memanggil Renjun dengan panik, dia hampir tidak punya kesempatan bahkan untuk bertanya ada apa. Karena orang itu langsung berlari ke mejanya, menarik tangannya paksa dan membawanya berlari menuju tangga. Orang-orang memandang mereka dengan heran.



Lalu temannya itu berkata dengan suara terengah-engah, "Mark... Mark.." Hanya dua suku kata itu yang didapat Renjun sebagai penjelasan. Dan itu sama sekali tidak menjawab rasa penasaran Renjun. Malah membuatnya panik. Sangat panik.


Ada apa dengan Mark? Apa yang terjadi kepadanya? Dan Ya Tuhan, kenapa dia diajak berlari menaiki tangga ke atap? Jangan bilang Mark sekarang ada di atap sedang... sedang berusaha bunuh diri, ya Tuhan. Ya Tuhan. Demi apapun yang hidup, apa yang harus Renjun lakukan?


Saat mereka menapaki tangga terakhir, Renjun mengibaskan lengan dan berjalan mendahului orang yang membawanya itu. Terlalu panik untuk berpikir rasional.



"Mark!" teriaknya keras begitu menggebrak pintu atap.


Renjun berpikir akan melihat Mark berada di luar tiang pembatas atap, berdiri di ujung dan siap-siap untuk melompat. Dia sedang panik, jangan menghakim pemikirannya.


Tapi yang dilihat oleh Renjun bahkan sesuatu yang lebih mengerikan. Mark sama sekali tidak melewati pagar pembatas, dan dia tidak terlihat seperti akan bunuh diri ―tentu saja, dia adalah Mark, bahkan kalau seluruh dunia menyuruhnya untuk melakukannya sekalipun, Renjun ragu orang itu akan pernah berpikir untuk menghabisi nyawanya sendiri.



Mark berdiri tegak di tengah atap. Dan nampak terkejut saat melihat Renjun muncul dari kerumunan siswa di sekitarnya.


"Renjun, kenapa di sini?" tanyanya santai. Terlalu santai malah. Seolah wajahnya tidak penuh bekas pukulan, seolah seragamnya yang kusut adalah sesuatu yang wajar, seolah di bawah kakinya tidak ada manusia yang dia injak.



Ya Tuhan. Mark sedang menginjak manusia.



"Mark kau sedang apa?!" tanya Renjun semakin panik.


Astaga ini pelanggaran. Siswa tidak boleh berkelahi di sekolah. Apalagi sampai pingsan seperti itu. Siapapun siswa yang sekarang ada di bawah kaki Mark ―Renjun sangat kasihan kepadanya― terlihat seperti sudah tidak bisa bergerak lagi.



Dia berlari untuk menghampiri Mark. Tapi pemuda Kanada itu mengangkat tangannya, menghentikan langkah Renjun.



"Pergi dari sini Renjun." Desisnya tajam. "Kau tidak mau melihat ini."



Renjun mengerutkan kening dan memandang marah pada temannya, "Demi Tuhan, apa yang kau lakukan?! Tolong katakan dia tidak mati. Karena aku tidak mau berteman dengan pembunuh."


i'll leave my window open | hyuckren ✔️Where stories live. Discover now