"setelah bangun nanti, suruh dia makan.
Perutnya benar-benar kosong.
Ia juga punya riwayat penyakit magh akut ssepertinya, juga kekurangan cairan, jadi biarkan satu botol infus itu habis." jelas Dohwan yang diangguki oleh keempatnya.
"kalau begitu aku pamit.
Ah iya.. Ia masih sangat shock, jadi ketika bangun nanti ia tiba-tiba menangis dan meracau tolong ditenangkan jangan dibentak." tambah Dohwan.
Dohwan sangat tau kalau anggota keluarga Lee dan para sepupunya itu memiliki emosi yang meledak-ledak dan tak sabaran.
"sana pergi, sialan!" usir Jay mendorong tubuh Dohwan yang dibalas dengusan olehnya.
Selepas kepergian Dohwan, pintu kamar Jay kembali terbuka.
Suzy datang dengan raut khawatir yang begitu kentara, sementara Minho berjalan dibelakangnya dengan raut dingin andalannya, namun keempatnya tau kalau mata itu sedikit menampilkan gurat khawatir.
"oh astaga, bayi kecilku.
Dasar bodoh!!!" omel Suzy mendaratkan satu persatu bogeman mentah diperut keempatnya.
"perlu kuingatkan kalau Jaeyun itu manusia normal, bukan manusia berdarah dingin seperti kalian.
Adegan tembak menembak masih terlalu baru untuknya, lihat apa yang terjadi..
Oh astaga bayi kecilku yang malang."
"kalian keluar." usir Minho yang dibalas guliran mata malas oleh Jay.
"Dad.. Ini kamar ku kalau perlu kau ingat."
"lalu? Sana tidur dikamar tamu.
Dad dan Mom yang akan menjaga Jaeyun disini." tukas Minho, yang dibalas geraman kesal Jay.
"pak tua sialan!"
🌼🌼🌼
Jake perlahan membuka pejaman matanya, matanya bergerak mengedar kesekitar.
Ruangan yang sangat berbeda dengan kamar yang 2 hari ini ia tempati.
Dinding abu-abu, yang sangat kontras dengan warna dinding kamarnya yang berwarna baby blue.
"hey sayang sudah bangun?"
Ingin rasanya Jake berteriak didepan wajah wanita cantik ini 'MENURUT NGANA GUE MASIH TIDUR GITU, BUTA MATA LO!' namun mengingat raut dingin pria disebelahnya, Jake mengurungkan niatnya.
Part 4
Comincia dall'inizio
