Bab 1

2 0 0
                                    

Amnesia || lrh Vanillacid

"Aku Luke."

"Aku tahu."

"Aku Brooke," Ia tersenyum.

Aku memandangnya layaknya hal terindah di dunia adalah dia. "Aku tahu." aku pun tersenyum

Bagaimana jika, seseorang yang kamu inginkan bersama di masa depan mungkin memiliki sesuatu yang berhubungan dengan masa lalumu?

Chapter 1

"Luke?" aku berbisik kecil, tak begitu yakin apakah dia sedang terjaga atau tertidur. Kesunyian menjawab panggilanku jadi aku mencari matanya dan melihat matanya tetap tertutup, menegaskan bahwa dia sedang tertidur. Atau paling tidak itu yang kupikirkan. Aku ingin memastikannya, jadi aku memanggilnya kembali, kali ini dengan sedikit lebih keras.

"Luke?" aku mendorongnya sedikit.

Kali ini dia mengerang, disambut senyum kecil dariku. Kami terbaring di rerumputan, di tengah-tengah taman di pertengahan malam, di bawah sebuah pohon dimana semuanya bermula.

"Aku tak membencimu," aku mengucapkannya selembut mungkin, tak sanggup menahan diriku untuk tidak mengatakannya. Ia menyeringai dengan mata tetap tertutup. "Aku pun tak membencimu."

Kami berbaring di rerumputan dengan jemari saling tergenggam. Aku menerawang langit yang gelap, bintang-bintang berkelap-kelip menyelimuti warna biru laut dalam. Memanfaatkan waktu untuk menghargai semua yang berada di sekelilingku, tersenyum seraya berterima kasih. Angin lembut menerpa kulitku dan membuatku menggigil hingga ke punggung, pepohonan bercampur dalam merah, kuning, jingga dan cokelat warna daun, secara teratur berguguran, selimut yang lembut dan nyaman menghangatkan punggungku, dan faktanya aku tengah berbaring di samping Luke. Aku memandanginya, tertidur pulas dengan dengkuran lembut yang luput dari mulut indahnya. Aku tersenyum.

Tapi segera senyum itu terenggut oleh sebuah pikiran, mengingatkan kembali mengapa aku memintanya untuk bertemu disini, mengambil napas lalu berdiri, melepaskan jari-jariku dari genggamannya.

"Luke." Aku menggonyangkan bahunya sedikit.

Tak ada jawaban.

"Luke," aku memanggilnya lagi.

Tak ada jawaban.

"Luke." aku menggoyangkan bahunya lebih keras.

"Tutup lubangmu, Brooke." ia mengerang kemudian ia berguling ke sisi lainnya, membelakangi pandanganku dan segera kembali mendengkur.

"Luke!" aku mendesis, mulai jengkel dengan sikapnya yang mengabaikanku. ia mengerang lagi, mendorong selimut menutupi kepalanya.

"Luke!!"

Ia tetap mengabaikanku untuk sekitar 5 menit dan demi 'cinta terhadap ayam goreng', ia tidak merespon

Emosi mengambil alih tubuhku dan aku sangat kesal hingga meneriakkan sesuatu tanpa berpikir jernih.

"Luke, aku akan berangkat ke Paris!"

Dengan cepat aku menutup mulut dengan tangan, tak percaya aku mengatakan hal itu padanya. Ia bangkit dari selimutnya dan menatapku dengan bingung dan terkejut.

Ia menyeka keterkejutan di wajahnya, tidak percaya apa yang telah ia dengar.

"A-apa kamu bilang?"

Menarik napas dengan cukup dalam, menempelkan tangan kewajahku. Tak ada guna merahasiakannya lagi.

"Aku bilang," menghirup udara sebanyak-banyaknya kemudian menghembuskan kata-kata dengan cepat.

"AkuakanberangkatkeParis."

Amnesia by Irh Vanillacid (novel translation)Where stories live. Discover now