"Lama tidak bertemu kau banyak berubah, ya? Kau lebih tegas dan berani, tidak seperti dulu yang penakut dan lemah," sarkasnya dengan tatapan yang dingin, tidak berubah dari sejak posisi ini bermula.

(Y/n) yang mendengar hal itu hanya menyunggingkan senyum miring, merotasikan bola matanya dan membalas tatapan dingin itu dengan kepercayaan diri yang tinggi. "Begitu? Biar aku balikkan kata-katamu. Lama tidak bertemu kau tidak banyak berubah, ya? Masih sinting dan tidak punya etika seperti dulu."

Keduanya sama-sama mengatakan kalimat itu dengan senyum yang terpatri, namun tatapan yang jauh berkebalikan. Penipu handal, tapi bukan hal baik yang perlu dicontoh.

Lelah dengan suasana yang makin memburuk tiap kata yang dikeluarkan, laki-laki itu menghembuskan nafas lelah dengan mata tertutup. Kelopak matanya kembali terbuka dengan tatapan yang lebih bersahabat.

Dalam hati (Y/n) bergidik ngeri. 'Ini dia, kedua kepribadian si sinting ini sudah keluar,' batinnya mengeluh, walau sebenarnya laki-laki dihadapannya ini tidak memiliki kepribadian ganda.

"Kau tau? Aku benar-benar terkejut saat tau kau adalah teman dari adikku. Aku, sangat merindukanmu."

Omong kosong laki-laki itu tak ditanggapi lebih oleh (Y/n), bahkan hanya dianggap angin lalu seolah tak mendengarnya sama sekali.

"(Y/n)-chan, permintaanku saat itu masih berlaku, loh," celetuknya tiba-tiba.

"Begitu kah? Wah, aku sih tetap tidak tertarik, kak." (Y/n) membalas dengan ekspresi yang sama yang ditunjukkan laki-laki itu, tersenyum lebar hingga mata nyaris tertutup. Iya, ini pertempuran untuk mencari siapa yang paling jago dalam hal akting.

Sama-sama menampilkan senyum palsu, sama-sama mengumpat dalam hatinya. Yah, (Y/n) hanya meladeni laki-laki ini yang bersikap sok baik padanya, padahal baik luar ataupun dalamnya sama-sama busuk.

"Jangan bercanda. Aku serius, kau tidak menyesal menolakku berkali-kali saat itu?" nada suaranya terdengar lebih dingin dengan senyum yang luntur. Wah, pandai sekali laki-laki ini mempermainkan raut wajahnya, (Y/n) jadi merinding.

Bercanda, haha.

"Tidak, tidak sama sekali. Kenapa aku harus menyesal karena gagal berpacaran dengan orang gila sepertimu, Ryouta?" cibir (Y/n) dengan senyum miring, tatapannya berubah tajam tanpa rasa takut.

"Ah, jika mengingat kata kakak, aku jadi menyesal memanggilmu kakak selama satu tahun. Bagaimanapun juga, 'kakak' adalah seseorang yang memberi contoh baik pada adiknya. Lalu, apa yang harus aku contoh dari orang yang seenaknya seperti—?"

"A-akkkhh"

Tenggorokan (Y/n) tercekat, kedua tangannya mencoba menahan tangan laki-laki bernama Ryouta itu yang mencengkram lehernya. Kaki gadis itu meronta-ronta, mencoba melepaskan diri dari cekikan orang di hadapannya.

"K-kau ... g-gi-la!"

"Iya! Aku gila!! Puas kau, hah?!"

Perkataan (Y/n) yang terputus-putus langsung dibalas kilat oleh Ryouta. Ini bukan masalah keberanian, ini masalah kekuatan. Cengkraman Ryouta yang semakin kuat membuat (Y/n) tak berdaya, terlebih memang fisik (Y/n) lemah. Gadis itu menyapu pandangan ke sekitar, sialan! Bagaimana bisa tidak ada orang yang melewati lorong ini?!

"Sebenarnya apa sih yang kau mau?" suara dingin Ryouta menerobos masuk ke dalam pendengaran (Y/n). "Jadi perempuan jangan banyak gaya!!"

(Y/n) menatap Ryouta tajam, ini suatu kemajuan karena sebelumnya selalu menunduk ketika kejadian seperti ini terjadi. Iya, ini bukan yang pertama kali. Sebenarnya Ryouta punya masalah apa, sih? Omong kosongnya membuat (Y/n) ingin segera meninju wajah busuknya itu.

Waiting for You || Hyouka (OrekixReaders) [✔]Where stories live. Discover now