2- Alia Bukan Bawang Putih!

939 183 12
                                    

"Aku lapar," ucap Alia duduk selonjoran di atas kasur entah milik siapa, yang pasti bukan milik Bawang Putih karena gadis itu tidur di lantai. Sampai saat ini, sosok tokoh Bawang Merah tidak juga ia lihat. Seharusnya gadis jahanam itu sedang duduk merias diri selalu.

Wanita yang akhirnya diketahui sebagai ibu tirinya mendelik. Tapi tidak berani mengomel karena merasa Bawang Putih sudah tidak waras. "Masak saja sendiri."

"Apa kalian tidak memasak?" tanya Alia sarkas. "Anakmu kelaparan setidaknya beri dia masakan terbaikmu."

Ibu tiri itu berdecak. Dia geram hendak melempar tubuh Bawang Putih ke kubangan lumpur. "Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kau tidak memasak?! Kau sudah lupa kewajibanmu? Kalau kau masih mau tinggal di sini lakukan tugasmu!"

"Kenapa nada bicaramu kasar sekali? Aku baru saja hendak berbaik hati agar tidak menyembelihmu," balas Alia ikutan berdecak. "Lagi pula ini rumahku, kalian yang menumpang di sini."

"Apa katamu?! Sejak kapan kau berani berkata kasar seperti itu?!" Wanita itu menggeser gorden, dan melangkah pergi dari kamar milik Bawang Merah menuju dapur.

Apa yang terjadi pada anak itu? Mendadak dia sarkas dan berani membantah! Lihat saja, sebentar lagi Bawang Merah pulang!

[°°°]


"Nih, makanlah. Aku anggap kau hewan peliharaan yang kehilangan majikan," ucap ibu tiri sembari menyerahkan piring berisi nasi dan telur goreng.

Alia terkekeh dan mengangguk. "Anggap saja semaumu. Aku tidak mau lagi membantu kalian di rumah ini. Belajar mandiri sana."

Baru saja melotot dan hendak murka kembali, suara dan munculnya seorang laki-laki dari balik gorden menghentikan mereka.

"Kenapa ribut sekali? Tetangga sekitar sampai terganggu tahu!" semburnya menyela amarah ibu tiri.

Alia yang belum selesai menelan nasinya tersedak. Astaga! Bidadara jatuh dari mana sampai di dunia ketinggalan jaman ini ada laki-laki remaja setampan dia!

Sendok di tangannya terjatuh. "Hai," sapa Alia.

Lantas laki-laki dengan mata merah itu menatapnya heran. "Kenapa kau duduk di kasurku?! Dasar tidak jelas, minggir!"

Alia terkejut. Tidak mungkin! Tidak ada peran laki-laki lain selain pangeran di cerita dongeng ini. Apa Bawang Merah memiliki sepupu?

Lengan kecil Alia ditarik bangkit dari kasur, tak lupa Alia membawa piring makanannya.

Ibu tiri tersenyum kemenangan. "Bawang Merah anakku, lihatlah kelakuan gadis bodoh ini! Dia baru saja membentak ibumu dengan lancang. Bahkan meminta makanan untuk dimasakkan!"

Hah? Apa? Woi? Apa sih masa cowok ini Bawang merah?!

Bawang Merah mencengkeram pergelangan tangan Alia kuat, membawa gadis itu untuk menatap matanya lamat-lamat dengan tatapan tajam. "Beraninya-!"

"Tunggu-tunggu!" Alia menyela ucapan Bawang Merah karena bingung apa yang baru saja dia lihat. Dia berlagak keheranan di depan Bawang Merah tanpa peduli pergelangan tangannya.

"Kau Bawang Merah?" tanya Alia terkejut dan ragu.

Bawang Merah menaikkan sebelah alisnya. "Hah? Aku? Tentu saja."

"Tapi kau laki-laki!" respons Alia super-duper terkejut. Mana mungkin manusia yang seharusnya cempreng, menjadi berjakun.

"Hei! Aku memang laki-laki! Kau mengejekku ya, sialan?!" damprat Bawang Merah.

Ugh, omongannya sama persis seperti ibunya. batin Alia menghela napas. Dia bisa cepat tua berada di rumah ini.

Alia menarik tangannya paksa dari cengkeraman Bawang Merah. Kakinya melangkah keluar dari kamar laki-laki itu. Awalnya sih begitu, sampai Alia balik kembali dengan mempertahankan wajah datarnya. "Aku mau kamar. Di lantai dingin, setidaknya carikan aku alas untuk tidur serta bantal."

Become A Red Onion StepsisterOnde histórias criam vida. Descubra agora