「1」

17 5 7
                                    

Seorang gadis dengan seragam sekolah ternama berlari menuju suatu taman. Tanpa mempedulikan sekitarnya, dia tetap berlari meskipun seringkali menabrak beberapa orang yang berlalu lalang.

Keringat bercucuran menghiasi wajah gadis tersebut, keadaannya sudah tidak meyakinkan dengan ikatan rambut yang kendur, dasi yang menjadi ikatan di tangan kanannya, hingga suatu kain yang seharusnya di pundak belakang tapi berada di pinggangnya.

Banyak orang menatapnya dengan tatapan bingung sambil menyeritkan dahi mereka dan mungkin saja mereka berpikir gadis itu adalah orang aneh atau mungkin berpikir dia adalah orang gila yang kabur dari rumah sakit jiwa.

Gadis itu tetap berlari tanpa tujuan dan berhenti sesaat ketika melihat tempat duduk yang kosong dan kebetulan disebelahnya ada pohon sehingga tempat Duduk itu tidak terkena cahaya matahari.

"Cih, tua bangka sialan!!" ucapnya sambil memukul pohon tersebut sehingga tampak sedikit bekas merah pada telapak tangannya.

"Aku akan membebaskan kalian dari hutang besar tersebut, asalkan kalian menemukan mantan model gravure yang menghilang dan mengajaknya dalam kontes foto model tahunan bersama sekolah khusus pria dan melawan Perguruan Putri St. Chaterine"

"Kenapa harus pada musim panas?! Lagipula harusnya aku sekarang di Swiss bersama Leon tanpa harus mencari orang hilang demi kontes bodoh itu" ucap gadis tadi sambil memukul pohon lagi sehingga bekas merah tadi mulai melebar dan terlihat sangat merah. Dia berkali-kali memukul pohon hingga bekas pukulannya tampak pada pohon dan tangannya mulai berdarah.

Tangannya memang sakit, tapi tak sebanding dengan sakit hatinya karena kesepakatan yang diberikan ayahnya untuk membebaskan sekolah mereka dari hutang.

Memangnya siapa yang bisa menemukan mantan model yang sudah menghilang lama? FBI mungkin juga akan merasa kesulitan kan.

"A-anoo...," sebuah suara menyadarkan gadis tadi.

Gadis tadi mendongak menatap sang sumber suara sambil menyeritkan dahi. Tatapannya seolah mengatakan 'apa?'.

Sedangkan yang ditatap tersentak dan berkeringat sambil mencoba menyampaikan sesuatu.

"A-anu... maaf mengganggu tapi, a-aku mau mengambil tas ku...," ucapnya pelan sembari menatap tasnya yang berada disamping gadis tadi.

Gadis tadi pun bergeser guna memberikan tempat untuk pemilik tas tersebut mengambil miliknya.

Disaat seseorang itu mengambil tasnya, gadis tadi memicingkan matanya mengamati wajah sang lawan bicara. Merasa tidak asing dengan wajahnya namun gadis itu tak ingat kapan dan dimana dia melihat wajah itu.

"Terimakasih, aku pergi dulu. Sampai jumpa lain waktu" ucapnya setelah mengambil tasnya.

Gadis tadi melihat sesuatu terjatuh dari saku celana orang itu. Karena penasaran, dia pun melihat nametag orang tadi tergeletak. Alangkah terkejutnya gadis itu ketika melihat identitas seseorang yang tadi.

Yuuki Makoto
3 A
Yumenosaki Gakuen

'JACKPOT!!' batin gadis itu kegirangan

Gadis itu menoleh dan tidak melihat orang itu lagi. Dia berfikir untuk mencarinya namun dering telepon menyita perhatiannya.

"Cepat ke panggung latihan, laporkan apa yang sudah kau temukan sejauh ini!!" suara diseberang terdengar sangat marah.

Begitu memahami situasi, gadis tersebut langsung mematikan teleponnya dan kembali berlari menuju sekolahnya.

Π Skip Time Π

Gadis tadi telah sampai didepan gerbang Perguruan ternama. Sebelum masuk, dia memperbaiki ikatan rambutnya menjadi ponytail dan memasang kembali dasi dan kain punggungnya dengan benar. Tampilannya kini lebih tertata dibandingkan yang tadi, meski darah kering tetap menghiasi telapak tangan kanan sang gadis

"Lie, baru sampai?" suara lembut datang dari belakang gadis tadi.

Merasa terpanggil, sang gadis menoleh dan mendapati sang adik kelas.

"Hinagiku, aku menemukan peluang besar" ucapnya -Lie- kepada adik kelasnya.

"Oh ya? Sasuga Liemollea van Archoley. Baru hari kedua mencari dan sudah menemukan peluang besar" ucap si adik kelas -Hinagiku- dengan wajah meremehkan.

"Tsuwabuki Hinako selalu selalu memasang wajah menyebalkan ya" ungkap Liemollea sembari berjalan memasuki sekolah.

"Hahaha. Maaf maaf, aku hanya mencoba berlatih untuk peran baruku. Jadi, peluang apa yang kau maksud?" tanya Tsuwabuki sambil menyusul Liemollea memasuki sekolah.

"Aku dapat indentitasnya, juga tempatnya bersekolah. Kemungkinan malam ini aku akan menuju sekolah itu dan mencari alamat rumahnya secepat mungkin dan membujuknya untuk menghentikan badai ini" jelas Liemollea.

"Kesalahan kecil ini benar-benar mengundang badai ya... Kita sudah menyiapkannya berminggu-minggu tapi ternyata hasilnya mengecewakan. Suzuran-neesama dan Benibara-sama juga terpuruk, terlebih setelah perjanjian itu... Mereka dan kau juga langsung mencari dia dengan keras tanpa mempedulikan keadaan diri sendiri" ucap Tsuwabuki sambil menatap lurus kearah Liemollea yang berada didepannya.

Tsuwabuki menarik tangan kanan Liemollea yang masih memiliki sisa darah yang sudah mengering, kemudian menggenggam halus tangan Liemollea.

"Lihat? Kau melukai dirimu sendiri dan masih mementingkan sekolah. Aku khawatir karena kalian terlalu fokus mencari dia dan mengabaikan kesehatan diri kalian sendiri" lanjut Tsuwabuki dengan sorot mata penuh kekhawatiran dan raut wajah sendu.

"Ini hanya luka kecil, Hinagiku. Tidak perlu khawatir dan ayo... Kita menuju panggung latihan, yang lain sudah menunggu" Liemollea berbalik dan tangannya yang bebas mengelus pelan puncak kepala sang adik kelas disertai dengan senyum tipisnya.

Mereka pun berjalan menuju panggung pelatihan yang biasa mereka gunakan, tak lama kemudian mereka sampai pada depan pintu aula panggung.

kriettt.....

suara pintu terbuka dan menampilkan beberapa gadis yang sedang berdiskusi dengan wajah cemas dan resah.

"Kalian terlambat? Apakah kalian menemukan sesuatu?" tanya seseorang gadis menghampiri Liemollea dan Tsuwabuki.

"Suzuran -neesama! Aku dapat titik terang!!" ucap Liemollea agak keras dengan wajah sumringah.

Mendengar hal itu, para siswi menengok kearah Liemollea dan menunggu penjelasan dari Liemollea.

Setelah hening beberapa lama, Liemollea pun angkat suara.

"Aku dapat identitasnya, kelasnya dan tempat dia bersekolah. Namun, aku belum dapat alamat rumahnya...," jelas Liemollea singkat.

para siswi yang berada pun mulai memasang sumringah bahagia, begitu mengetahui hal yang mereka cari ada didekat mereka.

"Itu sudah lebih dari cukup, terimakasih Liemollea. Kupikir kau tidak akan peduli dengan sekolah namun sepertinya aku salah, ternyata kau lah yang berusaha paling keras. sekali lagi Terimakasih ya" sebuah suara menyita perhatian semua orang yang berada disana dan menatap kearah sumber suara yang berada di sudut ruangan.

Seorang gadis dengan model rambut lelaki berjalan mendekati Liemollea dan tersenyum tipis.

"Lalu setelah ini, apakah kita akan menemuinya?" tanya Tsuwabuki menatap ketiga kakak kelasnya.

"Tidak, kupikir lebih baik kalau hanya Liemollea. Karena yang menemukan titik terangnya adalah dia tapi, Suzuran bisa menemaninya untuk meminta pertolongannya" ucap Benio sambil memejamkan matanya dan berjalan keluar ruangan.

"Semua bubar!! istirahat untuk hari esok yang lebih panjang!!" perintah Benio kepada semua siswi yang berada di ruangan tersebut

"Baik!!!" ucap seluruhnya secara serempak.

TuBerCulosis

Yeoubi ・・・Yuuki MakotoWhere stories live. Discover now