You know when it's time to go

Start from the beginning
                                    

Nggak peduli sudah selama apa kami bersama, nyatanya apa yang kami miliki memang nggak bisa terselamatkan lagi. Sudah terlalu banyak air mata dan luka yang tertoreh di antara kami berdua. Dan jika kami keras kepala mempertahankan apapun yang kami miliki saat ini, it will only do more harm than good for the both of us.

So we let go. Kami melepaskan yang sudah lalu dan berjalan masing-masing membuka lembaran baru.

[WhatsApp]

Theta Andriana

Dimana pril?

Nemu kan kamarnya?

Ponselku bergetar menampilkan pesan dari Theta itu, tepat saat aku telah berdiri di depan pintu kayu mewah di hadapanku ini. Dengan cekatan aku mengetikkan balasan sebelum mengetuk pintu kamar hotel mewah tersebut.

[WhatsApp]

Rintik Senja April

Udah di depan nih

Seperti yang sudah ku perkirakan, nggak butuh waktu lama hingga pintu kamar terbuka menampilkan Theta, dalam balutan setelan kain dan kebaya berwarna krem yang senada dengan yang kukenakan saat ini, dan ekspresi wajah yang tertekan.

"Thank fucking God you're here!" Theta menghembuskan nafas lega dan menarikku ke dalam. "Si Dena dikit lagi jadi orgil deh kayaknya, dari semalem dia nelepon gue nangis-nangis kena mental gue rasa tuh anak"

Theta menyerocos panjang membawaku memasuki kamar Royal Suite nan mewah ini hanya untuk selanjutnya disambut dengan lengking penuh amarah Dena yang mengusir semua orang yang kini ada di dalamnya keluar.

Yes, that includes her mother, a few of her relatives (and in-laws, probably), MUA, their assistants... and us?

"Aku nggak peduli!! Pokoknya aku mau sekarang semuanya keluar!!"

Theta menepuk wajahnya melihat perangai sahabat kami itu dan hanya bisa menggeleng serta berdecak pelan.

"Ini yang gue maksud tadi..." ia menggumam ke arahku sambil menghela nafas lelah. "Orgil 'kan lo liat sendiri?"

"Dena... Dena sayang, tenang dulu ya sayang ya... Semuanya bakal baik-baik aja, oke? Ada Bunda di sini... ada Mama..." aku bisa melihat Ibunda Dena beserta satu lagi perempuan yang kurasa merupakan calon mertuanya berusaha menenangkan gadis tersebut.

"Nggak mau... Ng-nggak mau..." Dena terduduk di lantai karpet kamar ini dan mulai terisak. Aku meringis melihatnya. "Bunda nggak ngerti... Mama juga nggak ngerti... P-please... Dena butuh sendiri dulu..."

Theta melangkah mendahuluiku menghampiri sahabat kami yang kondisinya cukup menyedihkan itu. "Tan, coba aku yang ngomong ya? Ada April juga mungkin kita bisa bantu tenangin Dena..." ia berujar lembut pada kedua wanita tersebut.

Ibunda Dena dan calon mama mertuanya saling berpandangan untuk beberapa saat, tampak nggak yakin dengan ide yang diusulkannya.

"Kamu yakin? Dena dari semalam seperti rungsing terus, Bunda sama Tante Selin ini sampai bingung harus gimana lagi..." Ibunda Dena berujar dengan dahi berkerut.

"Aku coba dulu ya Tante... Mungkin Dena-nya juga stress karena persiapan pernikahan dari kemarin-kemarin, terus jadinya cemas berlebihan pas hari H" Theta menjelaskan dengan intonasi yang dibuat setenang mungkin.

"Terus ini kita juga harus keluar dulu gitu?" Calon mama mertua Dena bersuara dan disambut oleh anggukan mantap oleh Theta.

Di lantai, Dena masih terisak dengan bahu yang bergetar hebat.

HollowWhere stories live. Discover now