(Y/n) kembali tertawa mendengar intonasi suara yang mengirimkan rasa amarah. Ahh, andai Fukube ada di hadapannya, pasti wajah laki-laki itu akan sangat lucu mengingat Fukube selalu kesal dengan sikapnya.

"Eh, iya juga, kau sedang apa di sana?" (Y/n) menyelipkan rambut panjangnya yang menggelitik wajah ke belakang telinga, tangannya sibuk merayap ke belakang dan meraih bantal empuk berwarna putih.

"Hanya istirahat sambil memakan cupcakes."

Kedua tangannya memeluk bantal yang baru saja ia ambil, wajahnya seketika tertekuk. "Eh~, irinya ..., sepertinya makan cupcakes enak juga."

"Kau mau? Aku antar pakai jet pribadi sekarung, ya?"

Candaan Fukube yang tidak selevel dengannya membuat (Y/n) berdecak, tak sedikitpun berkeinginan untuk tertawa meski di seberang sambungan telepon terdengar gelakan tawa.

"Maaf, aku bercanda. Kau buat bersama ibumu saja, mudah, kan?" Fukube memberi saran, ia mengambil satu cupcakes di hadapannya yang berhiaskan krim berwarna coklat dengan taburan meses warna-warni.

Dalam hati Fukube tertawa geli, warna coklat pada cupcakes ini mengingatkannya pada gadis yang sedang mengobrol dengannya saat ini. Keduanya sama-sama manis, Fukube selalu senang memandanginya. Bedanya, rambut gadis itu yang sama-sama coklat tidak bisa dimakan.

Ah! Apa yang Fukube pikirkan? Absurd sekali. Ia terkekeh atas kebodohannya sendiri, lantas memasukan cupcakes itu kedalam mulutnya.

"Benar juga, terimakasih saranmu!"

"Lalu, kau sudah makan?" tanya Fukube, mengalihkan pembicaraan pada topik lain. Mungkin terdengar klise, tapi kegiatan seperti makan adalah kegiatan yang sangat penting.

"Belum, mungkin sebentar lagi." Gadis itu memutar-mutar surai coklat panjangnya pada jari telunjuk, tersenyum kecil merasakan kelembutannya. Ah, (Y/n) memang sangat menyukai rambutnya ini.

Fukube kembali menghela nafas, di suatu tempat tinggal yang tidak diketahui tepatnya, ia menyandarkan punggung pada kepala ranjang. "Jangan sampai lupa makan, aku disini cukup sibuk, jadi tidak bisa menelponmu terlalu sering dan mengingatkan mu."

Mulut gadis itu berdecak jengkel, kenapa Fukube tidak bisa memahami kalimatnya yang terlampau jelas? "Fukube-kun, aku mungkin akan mati karena bosan tanpamu, tapi aku tidak mungkin mati kelaparan, aku tidak akan membiarkan satu waktu makan pun terlewatkan."

Fukube tergelak, mendengar jawaban (Y/n) yang sangat tepat sebagaimana prediksinya. Air mata sedikit menggenang saat ia tertawa, lantas menghapus jejaknya dengan jari telunjuk. "Ahh, senang rasanya, ternyata kau masihlah (Y/n)-chan yang kukenal."

Alis (Y/n) menukik tajam, sejenak menjauhkan ponsel dari telinganya dan menatap benda pipih itu dalam beberapa detik. Posisinya kembali seperti semula, lalu mengangkat sebelah alisnya. "Tunggu, jadi selama kita mengobrol kau pikir aku apa? Alien yang bertransformasi menjadi seorang gadis?"

"Perumpamaanmu sangat tidak elit, kenapa harus alien? Kan bisa seorang putri reinkarnasi yang menguasai sihir perubahan wujud." Fukube mengernyitkan alis bingung sekaligus tertawa geli mendengar jawaban (Y/n) yang terlalu tidak masuk di akal.

"Tunggu, kita ngomongin apa, sih?"

Keduanya terdiam, menciptakan keheningan dengan suasana awkward. Hingga saat salah seorang mengakui kekalahannya dengan mengeluarkan sedikit suara tawa, keduanya mulai tergelak, menertawakan sesuatu yang tidak lucu.

Memang, memang tidak lucu. Percayalah, bahkan melihat wajah satu sama lain saja keduanya akan kesulitan menahan tawa, seakan mentelepati lawan bicaranya dengan candaan yang luar biasa lucu. Padahal, tak ada yang terjadi. Hubungan keduanya memang aneh, lupakan, biarkan mereka tenggelam dalam kehangatan yang tercipta dengan cara yang tidak normal.

Waiting for You || Hyouka (OrekixReaders) [✔]Where stories live. Discover now