37. The Pandora Box

Start from the beginning
                                    

"Jaehyun?" mata Chaeyoung melebar. "Kamu..., ngapain kamu di sini?" tanyanya heran.

"Jemput kamu."

"Hah? Tumben banget." Kening Chaeyoung berkerut, namun bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman. "Ohya, in punya kamu."

"Bukan, itu punya kamu." Jaehyun menolak uluran buket bunga dan paper bag yang  diulurkan Chaeyoung.

"Aku?"

Jaehyun mengangguk. "Maaf karena butuh waktu tiga hari."

"Kamu ngomong apa sih?"

Bukanya menjelaskan, Jaehyun malah merogoh sesuatu dari balik kantong jas hitam yang dikenakannya. Mata Chaeyoung membelalak, saat ia melihat kotak beludru kecil berwarna biru muda. Ia tahu persis apa isi kotak kecil itu.

"Aku nggak tahu ukuran jari kamu jadi, pas beli cincin ini aku cuma nebak-nebak." Jaehyun mengulurkan cincin bertahtakan berlian ke hadapan Chaeyoung.

"Jaehyun..."

"Malam itu kamu minta cincin dengan pertama yang besar, kan? Yang akan berkilauan kalau terkena sinar. Sekarang aku sudah punya cincinnya."

Chaeyoung menutup mulutnya dengan tangan. "Jadi, lamaran itu.... bukan mimpi?"

"Tentu saja bukan." Jaehyun terkekeh geli. Ia kemudian melangkah mendekat ke arah Chaeyoung. Wajah laki-laki itu terlihat tampan seperti biasa, namun sore ini aura percaya diri yang biasa melingkupi sosok Jaehyun tergantikan dengan kegugupan.

"Park Chaeyoung." Jaehyun mengambil tangan Chaeyoung yang bebas. "Will you marry me?"

Chaeyoung tidak tahu harus menjelaskan perasaan seperti apa yang menghinggapi hatinya saat mendengar kalimat itu. Bermimpi Jaehyun melamarnya saja tidak pernah tapi lihat sekarang laki-laki itu berdiri di hadapannya. Nyata, bernafas, dan menatapnya dengan sorot mata paling lembut yang pernah Chaeyoung lihat terpancar dari netra kelamnya.

Park Chaeyoung mengenal Jaehyun sudah begitu lama. Bahkan jauh sebelum Jaehyun mengenalnya. Tapi, baru dua setengah tahun belakangan ia benar-benar mengenal siapa itu Jung Jaehyun.

Bukan hanya dari penampilan luar atau desas desus yang ia dengar—seperti apa yang selama ini Chaeyoung ketahui. Tapi dari pengalaman langsung berhubungan dengannya.

Jung Jaehyun yang semula terlihat begitu sempurna di mata Chaeyoung berubah menjadi sosok manusia penuh kekurangan. Mereka pernah saling memaki, bertengkar, menginginkan kehadiran satu sama lain musnah, namun pada akhirnya mereka mencoba untuk saling menerima dengan satu alasan yang sama, Rion.

Bahkan dengan semua kekurangan yang melekat pada diri Jaehyun, hati Chaeyoungs sempat kembali goyah. Hingga bahkan seorang Junhoe pun tidak dapat menggantikannya.

Namun, meski hatinya sudah kembali jatuh dan sebuah cincin permata sekarang terulur indah di hadapannya, Chaeyoung merasa ragu.

Ia takut.

Baginya, Jaehyun terlihat seperti kotak pandora yang jika disentuh, sesuatu yang sangat buruk akan terjadi. Chaeyoung tidak mau terluka oleh orang yang sama lagi.

"Lalu bagaimana dengan Yura?"

"Kenapa Yura?" satu alis Jaehyun terangkat.

"Bukannya kamu sedang berkencan dengan dia?"

"Siapa yang bilang?"

"Kamu."

"Aku?" Jaehyun menunjuk diri sendiri. "Aku hanya bilang Yura menyatakan perasaannya kepadaku. Aku nggak pernah bilang kalau kami berkencan."

"..."

Jaehyun menghembuskan napas. "Aku menolak Yura. Satu hari setelah aku memberitahu kamu hal itu. Aku single dan kamu pun sama. Jadi, nggak ada alasan untuk kamu menolak lamaran aku."

"Tapi, Jaehyun, kita... nggak saling cinta." Chaeyoung menggigit bibir.

"Memang menikah itu perlu cinta?" jawab Jaehyun enteng. "Memang kamu pikir, semua orang di dunia menikah dengan alasan cinta? Enggak, Chaeyoung. Orang-orang menikah dengan tujuan mereka masing-masing. Ada yang menikah karena tuntutan orang tua, ada yang menikah karena uang, ada yang menikah karena merasa dikejar umur, ada yang menikah karena hanya ingin memiliki keluarga, atau ada yang menikah tuntutan keadaan."

"..."

"Dan kita menikah karena Rion," lanjut Jaehyun dengan suara lirih.

"Bukan karena cinta?"

"Apa kamu cinta sama aku?" Jaehyun balik bertanya.

Chaeyoung terdiam. Matanya menatap netra Jaehyun beberapa saat sebelum ditolehkan ke arah lain. "Nggak."

"Dan itu sama sekali bukan masalah untukku."

"Kamu bilang, kamu selalu dipandang sebelah mata karena jadi ibu tunggal, kan? Aku pikir status menikah membuat kamu nggak dianggap buruk lagi."

"Kamu sendiri kenapa mau menikah denganku? Apa alasan kamu melamarku?"

"Karena aku merasa nyaman. Aku merasa hidup bertiga bersama kamu dan Rion sama sekali nggak buruk. Aku sayang Rion, dan aku mau yang terbaik untuk dia. Dan kalau itu artinya aku harus hidup dengan kalian berdua, aku sama sekali nggak keberatan."

"..."

"Jadi, apa jawaban kamu?" tanya Jaehyun. "Apa kamu mau menikah denganku? Uluran tanganku nggak akan ada untuk selamatanya."

Mata Chaeyoung melirik cincin permata dan beralih ke wajah Jaehyun. Chaeyoung merasa ia pasti sudah gila. Tangannya seakan memiliki pikirannya sendiri untuk terulur dan menggenggam tangan Jaehyun.

Pada akhirnya, ia telah membuka sendiri kotak pandoranya sendiri.

"I will."

Jawaban Chaeyoung seketika melukiskan senyum di wajah Jaehyun. Dengan sedikit terburu-buru, Jaehyun menyematkan cincin di jari manis Chaeyoung, lalu membawa perempuan itu ke dalam pelukannya.

Suara riuh orang-orang yang berada di lobi yang ternyata sejak tadi memperhatikan mereka terdengar. Siulan, dan teriakan selamat berhasil menyadarkan Chaeyoung kalau di dunia ini bukan hanya ada ia dan Jaehyun.

"Thank you." Jaehyun menaruh satu tangannya di belakang kepala Chaeyoung dan seketika jantung Chaeyoung menggebu-gebu tidak karuan.

Sore itu, Chaeyoung tidak bisa melihat garis batas yang selama ini ia buat agar tidak terlibat lebih jauh ke dalam hidup Jaehyun. Semuanya berantakan; pikirannya, hatinya, dan tentus aja tembok hati yang ia bangun susah payah untuk tidak jatuh lagi pada Jaehyun.

Pelukan Jaehyun mengerat, seakan-akan ingin meleburkan tubuh Chaeyoung menjadi satu dengannya. Chaeyoung melingkarkan tangan di pinggang Jaehyun dan menyandarkan kepalanya di dada bidang laki-laki itu. Detik itu juga, Chaeyoung menyadari kalau suara degup jantung Jaehyun tak kalah berisik dengan jantungnya.

"Aku janji akan buat kamu dan Rion bahagia."

Setetes air mata jatuh dari pelupuk mata Chaeyoung.

It feels so real dan I'mscared.

.

To Be Continued

My Valentines ✔️Where stories live. Discover now