•• Games Goresan Pena #1 ••

Start from the beginning
                                    

   "Heh, udah-udah, ayok, sarapan," lerai Bunda.

   "Iyah, Bunda," ucap mereka berdua.

Mereka makan dengan di temani celotehan dari si kecil Ben, ia memang sangat lucu dan pintar. Di umurnya yang baru menginjak empat tahun, ia sudah bisa berbicara dengan lancar.

   "Bulan berangkat dulu, ya, Nun. Bay, Ben. Assalamualaikum," pamit Bulan.

   "Waalaikumsalam, kakak," balas mereka.

* * *

Sampai di sekolah Bulan langsung menuju ke kelasnya, dari koridor ia bisa melihat beberapa anak OSIS yang sedang mempersiapkan pelaksaan upacara.

Tanpa Bulan sadari, dari seberang sana ada seseorang yang sedang memperhatikan dirinya. Lama orang itu memperhatikan Bulan akhirnya ia berjalan menghampiri Bulan.

   "Bulan!" sapa orang itu.

   "Eh, Davit," balas Bulan kepada orang yang bernama Davit. Kekasih Bulan.

   "Mau ke kelas?" tanya Davit.

   "Iyah," balas Bulan.

   "Mau bareng," tanya Davit lagi.

   "Hm, boleh, hehe," balas Bulan riang.

   "Yaudah, yuk," ucap Davit lalu menggandeng tangan Bulan.

Davit mengantarkan Bulan sampai di depan kelasnya, seperti biasa. Di kelas sudah ramai oleh anak anak kelas 11 IPA 2. Ia mengecup kening Bulan dalam lalu berkata.

   "Masuk, gih, nanti aku tunggu di lapangan," ucap Davit.

   "Iyah, Davit jangan bolos, yah, harus ikut upacara, yah. Kalau enggak, Bulan marah," ancam Bulan.

   "Iyah, Bulannya Davit, kali ini Davitnya Bulan ikut upacara. Tetapi, dengan satu syarat," balas Davit.

   "Masa upacara doang harus pake syarat, sih," protes Bulan

   "Kalau enggak mau, aku enggak mau ikut upacara," ancam Davit.

   "Is, yaudah. Syaratnya apa," balas Bulan

   "Ini," ucap Davit sambil menunjuk pipi sebelah kananya.

   "Ihh, enggak mau, ah," tolak Bulan

   "Ouh, enggak mau ,nih??" balas Davit.

   "Tetapi, Bulan malu, Davit," rengek Bulan.

   "Kenapa malu??" tanya Davit.

   "B-bulan ..." ucap Bulan terpotong.

   "Yaudahlah, aku enggak ik—" balas Davit terpotong.

Cup!

Davit menyeringai, ini yang ia inginkan. Akhrinya Bulan mau menurutinya.

Bulan bersemu, rasanya muka ia sudah seperti udang rebus, merah. Buru-buru ia melangkah masuk ke kelas, kalau tidak Davit akan mengejek nya sekarang.

Goresan PenaWhere stories live. Discover now