"Bacot," sinis Jihoon, dia mau pulang.

"Heh, buat apa bahas masalah itu di depan orang asing kayak mereka?" Tanya Jisung tak suka sambil menunjuk Renjun dan Shotaro.

Renjun datang karena diajak Jaemin, sementara Shotaro datang karena kebetulan dia bersama Yoshi. Shotaro kan masih baru, kalau pulang sendiri takut nyasar. Nanti yang panik siapa? Ya Yoshi.

"Emang kenapa? Lo malu?" Balas Shotaro bertanya, dia jadi tidak suka dengan Jisung, padahal baru saja bertemu.

"Sabar, tahan amarah lo," bisik Yoshi. "Gen ayah lo kebanyakan sih, makanya emosi mulu."

"Sst! Gue belum selesai ngomong!" Sela Haechan. "Gue gak masalah Renjun sama Shotaro dateng, gue cuma pingin masalah selesai."

"Kalau mereka ada disini, otomatis mereka masuk ke dalam masalah kita, Haechan," ujar Eric.

"Duh, makin rumit," gumam Sanha.

"Bukannya udah jelas? Bomin koma orang tuanya gak ribet kayak kita, masalah udah selesai," kata Hyunjin.

"Selesai darimana, njing?! Lo pada yang mulai, kalian bikin kesaksian palsu demi lindungin Jisung. Bomin juga harus dilindungin, dia bisa kehilangan nyawa kapan aja. Orang koma ada di antara hidup dan mati!" Seru Jihoon geram.

"Sekarang gue tanya, apa lo lindungin Bomin?" Jisung terpancing emosi. "Lo juga ada di lokasi, tapi lo gak jelasin apapun ke polisi! Lo sembunyi, Park Jihoon!"

"Gue? Sembunyi? Gue marah-marah di kantor polisi waktu itu! Kalau mau hasut orang pinteran dikit, lo pikir mereka bakal terbodohi?!"

"Justru saat ini mereka terbodohi sama sikap lo, lo tau sesuatu tapi lo sembunyiin itu! Lo sebenernya tau kan kalau Bomin sempet minta tolong sebelum pingsan? Apa yang lo lakuin? Lo diem!"

"Emangnya lo ngapain hah?! Lo cuma ngeliatin dari jauh!"

"Lo-"

"Alusi jolo sungkunsungkunhu, Jisung!" Seru Jihoon agak keras nadanya.

"Gue jadi bingung, yang salah sebenernya siapa sih?" Tanya Sunwoo berbisik ke Jaemin.

"Ya Jisung lah, jelas-jelas Jisung tabrak mobilnya Bomin sampe maju ke rel kereta," jawab Jaemin tanpa sadar.

Hyunjoon yang kebetulan ada di samping Jaemin mendengar itu. Kata Jeno, Bomin kecelakaan karena Bomin telponan sama Jisung dan tidak sadar ada kereta. Tapi tadi kok...

Renjun juga dengar, dia diam saja. Tersenyum miring diam-diam dia lakukan, lalu menggelengkan kepala sambil tertawa pelan.

"Masih lama gak? Gue mau ketemu Jinyoung sama Yonghee." Eric mulai kesal, melihat dua pesan masuk dari kedua temannya. "Kalau gak ada yang mau dibahas lagi, gue cabut."

"Ric, bisa lupain dua temen lo sebentar?"

"Maksud lo apa?"

"Temen lo sebenernya siapa sih?" Haechan bertanya. "Lo cari temen baru untuk menghindar?"

"Haechan, jaga omongan lo," tegur Jaemin.

"Mau kue gak? Biar gak tegang banget suasananya," tawar Sanha cengengesan, menyela sebelum suasana semakin panas.

"Diem dulu napa, gue berusaha untuk gak bercanda nih!" Dasar Haechan.

Hyunjin menatap salah satu temannya, sudah tak tahan ingin bertanya, mengabaikan Haechan dan Sanha yang berdebat perkara kue.

Biarkan saja mereka berdebat, di situasi apapun masih bisa bercanda. Heran, ibu Haechan dan Sanha ngidam apa sih?

"Yoshi, di antara kita, lo paling jarang kumpul. Lo juga jarang di rumah, lo kemana?"

Yoshi tersenyum. "Apa privasi harus gue umbar, Hyunjin?"

Hyunjin gelagapan.

"Lo ngapain, Yosh? Jangan-jangan lo jadi guru tk diem-diem?" Duga Jihoon menyipitkan mata. "Lo jarang ada di rumah, kita ketemu biasanya tiga atau empat kali dalam sebulan. Sesibuk itu?"

"Gimana ya..."

"Yoshi kerja." Shotaro angkat bicara. "Dia kerja apa kalian gak perlu tau, udah kan tanya nya?"

"Lo lagi butuh uang? Lo jual motor sama mobil lo karena itu?"

Lagi-lagi, Yoshi tersenyum. "Gak usah dipikirin."

"Gimana gue gak kepikiran? Lo itu paling suka pendam sesuatu, kalau ada masalah bilang, Yosh," desak Jihoon.

Jisung mendecih. Topik yang dibicarakan berganti, mereka melupakan masalah utama. Ckck, sepertinya Yoshi harus diberi peringatan.





















































"Ohh, jadi ini temen-temen yang dimaksud. Dimana-mana lo selalu dihadapin masalah yang sama ya... masalah pertemanan," ucap seseorang memantau Sanha dan kawan-kawan dari luar lewat jendela.

"Gak heran sih, mungkin ini ujian buat lo supaya lo semakin baik urus semuanya."

LI(E)AR | 00 Line ✓Where stories live. Discover now