02. Berkumpul

2 0 0
                                    


Hari Jumat adalah hari yang paling di benci oleh murid-murid SMA Polisan 1. Bagai mana tidak,  hari Jumat di wajibkan para murid membersihkan kelas masing-masing kemudian membersihkan seluruh titik sekolah ini. Sedangkan para guru mengadakan rapat, siapa yang mengawasi para murid? Tentu penjaga sekolah, pengawas kebersihan, dan CCTV yang ada di setiap sudut tembok.

Ayolah..... Sekolah ini ada tiga lantai. Pelajaran bahasa sebelumnya saja sudah membuat mereka lelah.

"Pak saya gak ikut bersih-bersih ya, mudah capek soalnya" Ujar Disa.

"Emm....." Pak Johan yang mendengar itu berfikir sejenak.

"Gak usah di izinin pak, Disa cuma alesan biar gak ikut bersih-bersih. Pak jangan percaya ama tampaknya yanh masih kaya bayi" Protes Fega yang kebetulan berdiri berbaris di depan Disa.

"Disa kamu tetep ikut bersih-bersih" Final pak Johan. "Lah pak....".

"Udahlah Dis, Fega orangnya emang ngeselin" Potong Hana. Disa yang kesalpun menendang kaki Fega dari belakang dan membuat Fega mengaduh.

"Udah berantemnya?" Tanya Pak Johan. "Udah pak" Jawab Hana.

"Oke, sekarang jam 11 tepat mulai bersih-bersih sampai jam 1. Setelah itu kalian bisa istirahat sampai rapat para guru selesai" Seru pak Johan.

"Baik pak...." Seru semua murid yang sedang berkumpul di halaman.

Pak Johanpun pergi untuk rapat bersama guru lain di ruang guru. Para murid langsung berpencar dan mulai membersihkan kelas masing-masing dan sebagian membersihkan halaman.

Disini Amber tidak berangkat sekolah karena sakit dan dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu. Berawal Hana yang mengajak Amber bermain sepeda dan menikmati angin di sore hari, ternyata rem sepeda Amber blong saat ingin melewati per-tigaan, alhasil sepeda Amber yang terus melaju menabrak mobil yang sedang terpakir di depannya dengan cukup keras, kejadian itu membuat tangan Amber terkilir dan tulang kaki kirinya retak. Untung saat itu ada Hana yang membawa ponsel dan langsung menelfon ambulance.

"Dis, Alen mana?" Tanya Hana pada Disa. Seharian ini mereka tidak berjumpa dengan Alen dan Aron. "Mana gue tau" jawab Disa yang sedang fokus menjimpiti bungkus plastik.

Hana mengamati sekitar untuk beberapa lama sampai ia melihat Aron yang menenteng tong sampah sambil berbincang dengan temannya.

"ARON!" Panggil Hana. Aron yang mendengar panggilan Hana langsung menghampirinya dan masih bersama teman laki-lakinya.

"Apa?" Tanya Aron "Alen mana?, Dikelas?" Tanya Hana dan Disa lebih memilih untuk menyimak.

"Di rumah, lagi sakit gegara jatoh tadi malem" Jawabnya singkat. "Gara-gara lu lagi?" Fitnah Hana.

"Salah dia sendiri, sapa suruh jalan gak liat-liat" Bela Aron pada dirinya sendiri. Aron heran, kenapa semua yang terjadi pada adiknya selalu di sangkut pautkan oleh dirinya.

"Besok berangkat kan?" Kini Disa yang bertanya. "Berangkat".

"Hey Kalian yang mengobrol!, Cepat kerjakan tugas kalian!" Seru penjaga sekolah. "Bapak jangan sok beralih kerjaan jadi pengawas murid deh!, Jaga sekolah aja belum maksimal, kemaren lima murid kelas 2 pada kabur gegara bapak ngobrol ama penjaga kebersihan!" Oceh Disa. Muka saja yang kaya bayi tapi omongannya kaya omongan penghuni neraka.

"Maafin mulut Disa ya pak hehe, anaknya emang gini" Hana menampar mulut Disa dan langsung meminta maaf pada penjaga sekolah. "Dis, please deh, pak penjaga umurnya lebih tua dari lu. Hormati kek" Kesal Hana.

"Ya maaf. Kebawa emosi atu tuh...." Ujar Disa dan ia langsung kembali fokus pada kemasan plastik yang menumpuk di selokan.

"Aron titipin salam cepat sembuh ke Alen ya" Aron hanya mengangguk "Oh!, Nanti gue sama temen-temen yang lain mau jenguk Amber, lu ikut gak?" Tawar Hana.

"Boleh. Jam berapa?".

"Pulang sekolah langsung ke rumah sakit, nanti di perjalan sekalian beli buah tangan buat Amber, siapa tau di sana ada ortunya.... Biar keliatan baiknya gituh...." Gurau Hana.

"Gak bisa gue kalo langsung. Bibi lagi pulang kampung, Mama sama Papa pulang sore. Kasian Alen sendirian di rumah, nanti gue sekalian ajak Alen deh biar dia gak sendirian di rumah" Sebagai seorang kakak yang baik hati, tidak mungkin baginya meninggalkan adik kesayangannya kecuali saat sekolah dan urusan penting.

"Ya udah kalo gitu, nanti gw tunggu di Supermarket deket toko bunga" Aron mengangguk lalu pamit.

Setelah berbincang cukup lama, mereka fokus ke bersih-bersih lagi. Ternyata mereka menyelesaikan pekerjaan ini kurang dari jam 1 jadi mereka bisa beristirahat cukup lama, sembari menunggu rapat selesai.

Di kantin Aron, Disa, Fega dan Hana beristirahat dengan menu makanan kantin di meja mereka yang panjang dan muat untuk enam orang. Mereka sedang menggosipi seorang siswi adik kelas yang datang dari Rusia dua hari yang lalu.

Siswi itu bernama Tara, mereka belum tau siapa nama lengkap dan hal lainnya tentang siswi itu, hanya nama yang mereka tau.

Yang pertama melihat Tara adalah Fega. Fega bilang siswi itu tinggi, berkulit putih bersih, rambut sepundak berwana pirang, dan cantik tentunya. Fega bilang ia sempat berbincang sebentar dengan Tara, ia menanyakan dari mana ia berasal dan apa alasan ia pindah ke sini. Benar... Hanya pertanyaan tak berguna.

Di tengah-tengah peebincangan mereka, tanpa sengaja mata Disa menangkap sesosok Tara yang membawa nampan dan terlihat kebingungan mencari tempat duduk kosong. Disapun memanggil Tara dan menyuruhnya bergabung dengannya, dan kini Tara dengan kepribadian ramahnya duduk di samping Disa berhadapan dengan Fega yang duduk di depannya.

"Ku dengar kau pindahan dari Rusia?" Disa hanya ingin memastikan apa yang di ucapkan Fega itu benar atau bohong.

"Yah, aku tinggal di Rusia lalu pindah karna pekerjaan Papa dan Mama" Ungkap Tara. "Siapa nama lengkapmu?" Kini Aron yang bertanya. "Tara Jung" Jawabnya dengan senyum kikuk karna sedikit gugup. Wajar, ini pertemuan pertama.

"Eoh!? Tara Jung?, Marganya sama denganku. Apa kau keturunan Rusia-Korea?" Tanya Hana. Hana memang berasal dari Korea, Korea selatan tepatnya di kota Busan.

"Papaku dari Rusia dan Mamaku dari Korea".

"Apa kau bisa berbicara dengan bahasa korea?" Tanya Hana kepo. "Hanya sedikit dan sangat kaku" .

Perlahan mereka ber lima menjadi sangat akrap, kepribadian mereka yang sama-sama mudah bergaul membuatnya terlihat seperti  adik kakak. padahal mereka adalah remaja yang mulai berteman sejak tahun ajaran pertama di SMA ini dan satu adik yang baru bergabung sepuluh menit yang lalu.

...

ELEVATOR GAMEWhere stories live. Discover now