01. Pertengkaran kecil Alen & Aron

7 1 0
                                    


Sore ini baru saja hujan reda tapi awan mendung masih tetap singgah, menghalangi sinar matahari yang ingin memberi kehangatan. Namu ktifitas pejalan kaki masih berjalan seperti biasa, pengendara memelankan laju kendaraanya karna aspal yang masih basah dan gendangan air yang bisa saja mengenai pejalan kaki jika pengendara tidak hati hati.

Hari ini cuaca cukup dingin, apa yang harus kita lakukan?, meminum coklat atau susu hangat hangat?, atau memasak mie rebus dengan telur sebagai toping?. Itu bukan ide yang buruk bagi Alen dan kakaknya Aron.

Karna stok bubuk coklat dan beberapa kebutuhan dapur di rumah mereka habis, mereka terpaksa membelinya karna suruhan Mama tercinta.

Mereka berdua bersiap-siap memakai jaket dan mengeluarkan mobil dari bagasi, kemudian pergi ke toko serba.

15 menit perjalanan akhirnya mereka berdua sampai. Aron segera memarkirkan mobilnya kemudian turun dari mobil bersama adiknya.

"Alen" Panggil Aron pada Alen yang sedang merapikan rambutnya. "Apa?" Tanya Alen memandang raut wajah bingung kakaknya.

"Kamu inget tadi mama suruh beliin apa aja?" Benar apa yang Alen duga, Aron memang pelupa di matanya.

"Mama udah nitipin catetan belanjaan ke abang kan, jangan bilang lu lupa!" Ujar Alen dengan nada mengintimidasi. Aron mencoba merogoh kantong jaket dan celananya tapi tidak ada, hanya ada selembar uang kertas kusut yang entah sudah berapa lama menghuni kantong celana Aron.

"Gak ada, hehe" Aron tertawa canggung melihat Alen yang kesal dengannya. Jujur Aron sangat takut jika Alen mulai kesal dan marah padanya. Pernah suatu saat di masalalunya di umur 10 tahun, Alen membawa tongkat dan memukulnya karna tak sengaja mengagetinya dan membuat minuman kesukaanya tumpah membasahi baju.

"Aron ih!. Lu ma gitu..... sukanya nyusahin orang" Alen kembali masuk ke dalam mobil dan mencari kertas belanjaan dari mamanya. "Ya maaf.... ya udah sini abang bantu nyariin" Aron ikut mencari kertas belanjaan itu, sebenarnya dia malas tapi dia juga tidak mau hal buruk terjadi pada dirinya.

Setelah cukup lama mencari, kertas belanjaan itu ketemu. Tanpa basa basi mereka langsung menuju ke dalam toko, mendorong troli dan membeli beberapa bumbu dapur, buah, cemilan dan lain-lain.

"Aron sini!" Suruh Alen, Aron hanya diam mengikuti kemana Alen menariknya.

Tempat pembalut

"Kesini sendiri bisa gak sih!? Pakek ngajak ngajak segala!" Kesal Aron. Gimana gak kesal, di disini hanya ada perempuan dan hanya dia yang laki-laki.

"Kan trolinya kamu yang bawa. Lagian kenapa sih!?, bentar lagi adek datang bulan, demi adek ni...." Oke, kalimat terakhir itu sedikit menenangkan Aron.

Alen mengambil dua bungkus pembalut bersayap. Setelah itu mereka pergi ke kasir setelah kranjang trolinya penuh, bahkan beberapa cemilan berada di pelukan Alen. Setelah membayar belanjaan mereka segera pulang karna tak sabar menonton film kesukann di rumah di temani dengan  coklat hangat dan cemilan.

"Film nya 7 menit lagi mulai!, ADEK BIKIN COKLATNYA YANG CEPET!!!!!" Teriak Aron dari ruang tonton yang bersebelahan dengan dapur.

"SABAR BAB! TANGANKU CUMA DUA!" Dengan gesit tangan Alen menuang cemilan ke mangkok besar kemudian berganti menungan air panas ke dua gelas berisi bubuk coklat dan mengaduknya. Semua itu Alen bawa dengan nampan besar agar tak repot.

"6 5 4 3 2 1! Mulai!" Seru Aron yang menghitung detikan film itu akan di mulai.








(「'・ω・)「









1 jam telah berlalu, filmnya pun sudah selesai bertepatan langit yang semakin gelap menandakan hari mulai malam.

"Dek, beresih gih!" Suruh Aron. "Nyuruh mulu!.... Gantian lah, aku yang nyiapin kamu yang beresin" Sebagai kakak beradik yang hanya beda setahun, semua harus tetap adil. "Ya udah, gak ada traktir Go Food".

"Ya udah gw beresih, hehe" selesai menaruh gelas dan mangkok kosong ke nampan, Alen langsung berjalan ke dapur, namun tanpa sengaja Alen yang ingin melangkahi kaki Aron malah menyandung kaki Aron. Itu membuat Alen terjatuh dan memecahkan mangkok dan gelas yang ada di nampan yang ia genggam.

"ADEK! kok jatuh sih...." Aron berdiri dari duduknya dan menghampiri Alen yang masih terlungkup di lantai.

"Hiks, ARON!...... SAKIT!....." Alen menangis dan berteriak karna pipinya tergores pecahan kaca sampai berdarah dan lututnya memerah karna bergesekan dengan kramik.

"ASTAGA! Aron adek kenapa?" Mamanya yang kendengar kaca pecah dan tangisan Alen langsung turun dari lantai atas di susul oleh pembantu dan papanya. "Jatoh" Jawab Aron

"AAAAA SAKIT!"

"Bibi, tolong ambilin P3K di dapur" suruh Willian, papa Alen dan Aron. "Iya pak" Bibipun terburu buru ke daput dan mengambil P3K dan membawakan baskom kecil berisi air dan kain di dalamnya. Sedangkan Aron menenangkan adiknya.

Bibi menaruh P3K dan baskom itu di atas meja dan membiarkan Aron mengobati adiknya.

"Kok bisa jatuh sih?. Ulah Aron pasti" Tuduh Leona, mama Alen dan Aron.

"Kok Aron!?"

"Bu- bukan Aron, Tadi A-Alen mau ngelangkahin kaki Aron tapi gak bisa....." Ujar Alen yang masih tersedu.

"Lagian jalan gak hati-hati, kan ada Bibi yang bisa bantuin" ujar Leona

"Alen ga-gak mau ngerepotin Bibi Naya.... Lagian Alen masih b-bisa beresin sendiri" sahut Alen dengan Aron yang sibuk membersihkan darah yang keluar dari luka di pipi Alen dengan kain basah sebelum meneteskan obat merah yang kemudian akan di tempel dengan perban.

"Aron juga sih!. Ngapain juga naroh kaki di atas meja!" Protes Alen dengan tangan kanannya mencubil lengan Aro.

"Salah lagi gue, gini amat jadi abang" gumam Aron.

"Aron!, nanti kalo udah selesai ngobatin adek, pecahan kacanya di bersihin ya Mama sama Bibi mau beresin kamar, Papa juga ada urusan kendadak. Sekalian belajar bertanggung jawab demi adek" Aron hanya mendengus dan fokus ke lutut Alen.

Selesai mengobati luka adiknya, Aron segera membereskan kotak P3K dan mengembalikkannya ke dapur lalu menyingkirkan pecahan kaca tadi. Sebagai kakak memang tidak mudah namun juga tidak begitu sulit, apapun yang di lakukan sang adik terkadang membuat sang kakak jengkel namun apa boleh buat.

Perilaku seorang kakak yang dekat dengan sang adik dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama,  dapat memengaruhi sikap sang adik. Jika sang kakak bersikap baik, sang adik juga akan bersikap baik.

"Makasih Aron" ujar Alen, senyum manis itu muncul di wajah Alen. Aron yang selelai membereskan pecahan kaca itu langsung menghampiri Alen dan langsung memeluknya erat .

"Laik kali hati-hati" bisiknya.

"Eung" Alen mengangguk.

...

ELEVATOR GAMEजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें