Selain membuat teh, rupanya bi suni juga sudah membuat gorengan. "Gue gak dibikinin teh?" Aufar bersuara setelah hanya diam saja sedari tadi. Aku yang sedang meneguk teh hangat itu menoleh ke arahnya.

"Saya bikinin dulu-"

"Eh, gak usah, bi. Biar saya aja. Bi Suni sama pak Odap disini aja." Perintahku membuat Bi Suni mengangguk. Aufar hanya melirikku. Aku segera menuju dapur lalu membuatkan teh hangat untuknya.

Dasar manja! Padahal, membuat teh sangat mudah. Satu gelas teh hangat telah siap. Kubawa gelas berisi teh hangat itu keruang tamu.

"Itu buat Lo aja. Gue takut Lo kasih campuran air ludah Lo." Ujar Aufar setelah aku menyodorkan gelas itu. Tadinya, memang aku berencana begitu. Aku menghela nafas.

"Yaudah kamu buat sendiri." Sungutku kesal. Sabar, Maida. Sabar.

"Gua minum ini." Dia mengambil gelas milikku yang tadi sudah kuminum. "Eh, itu kan-" dia meneguknya hingga tersisa setengah gelas. Dia ini haus, atau memang pecinta teh?. Gelas diletakkan kembali di meja.

"Gue duluan." Dia melangkahkan kaki menuju tangga, lalu menaikinya. Aku menghela nafas berat, lalu melihat bi suni dan pak Odap yang sedang senyum-senyum.

"Eh, kenapa pak? Bi?" Tanyaku lalu meneguk teh hangat yang tadi aku buat.

"Lucu aja neng. Bos Aufar tu gak pernah mau makan atau minum bareng kita. Tapi cuma neng Maida lho yang bisa bikin dia duduk disini." Pak Odap tertawa. "Iya, non. Saya aja kaget tadi bos Aufar mau duduk disini." Tambah bi Suni.

Aku tertawa, "Pak Odap sama bi Suni ini berlebihan." Mereka lalu menyeruput tehnya. Aku meminta mereka bercerita perihal suka dan duka selama mereka bekerja dirumah ini.

****

Aku bangun tepat pukul setengah 3 pagi. Musim penghujan memang membuat cuaca menjadi sangat dingin. Aku menuju kamar mandi untuk berwudhu. Setelah itu kugelar sajadah merahku didekat kasur.

Aku menatap pintu kamar rahasia milik Aufar, dia pasti masih tertidur. Saat tadi setelah meminum teh bersama aku memasuki kamar, dia sudah tidak keluar dari kamar itu.

Aku segera melaksanakan sholat dua rakaatku. Kata Abi, sholat malam adalah tanda ketaqwaan seorang hamba. Karena pada sholat itulah, seorang hamba diuji, dia akan meneruskan tidurnya, atau bangun untuk melaksanakan ibadah?

Saat malam itu juga, tidak ada seorang pun yang melihat. So, kita tidak akan memiliki rasa ingin pamer saat sholat malam. Karena itulah, Abi berkata bahwa sholat ini adalah tanda dari ketaqwaan seseorang.

Aku mengambil mushaf untuk melanjutkan tadarusku. Karena besok adalah hari Jum'at, kuputuskan membaca Al-Kahfi. Aku pernah membaca sebuah hadist bahwa, barang siapa yang membaca surah Al-Kahfi pada hari atau malam Jum'at, maka Allah akan menjaganya dari Jum'at ke Jum'at yang akan datang.

Sampai di ayat 109 yang memiliki arti, Katakanlah (Muhammad), "Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)."

Aku selalu mentaddaburi ayat itu. Ayat itu memiliki makna yang sangat dalam. Bahwa ilmu Allah itu tidak akan pernah habis meskipun laut habis lalu ditambah air sebanyak laut tadi. Bagaimana kita bisa menyombongkan ilmu yang kita miliki, padahal, jelas-jelas tidak ada apa-apanya dibanding ilmu Allah.

Ceklek

Pintu itu terbuka. Pria berbaju putih itu keluar lalu menuju kamar mandi. Entah dia tidak melihatku, atau hanya berpura-pura. Aku melanjutkan bacaan untuk menyelesaikan surah Al-Kahfi.

FARWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu