🍁Gαgαι🍁

Start bij het begin
                                    

Pintu terbuka memperlihatkan seorang pria tengah membawa nampan berisi makanan. Pria itu tersenyum menghampiri Sayna yang masih fokus dengan sebuket bunga pemberiannya.

"Morning" sapa Skala mencium kening Sayna lembut. Sayna yang mendapatkan perlakuan romantis Skala pun tersipu malu. Ia bersyukur hubungan nya dengan Skala membaik, ditambah lagi sikap pria itu yang sekarang berbeda.

Tak ada lagi raut wajah datar, galak yang selalu membuat Sayna takut. Hanya ada tatapan hangat yang di tunjukan pria berahang tegas itu kepadanya.

Skala duduk di pinggir kasur, mengusap puncak kepala Sayna dengan sayang. "Makan" ujarnya terdengar dingin. Namun percayalah dari raut wajah Skala, pria itu tengah tersenyum tipis.

Sayna menatap sepiring nasi goreng yang Skala bawa "Ini kaka yang masak? Pria itu mengangguk "Hm, coba lah"

Sayna hendak mengambil piring itu, namun Skala dengan cepat menjauhkannya dari Sayna. "Eh?"

"Biar aku suapin" katanya menyodorkan satu sendok ke bibir Sayna. Dengan senang hati Sayna menerima suapan itu.

"Bagaimana, apakah enak?"

Sayna mengangguk "enak banget ka. Sayna mau lagi aaaa" Skala tersenyum bangga. Tidak sia-sia ia menonton tutorial memasak sarapan untuk istri. Dengan telaten ia menyuapkan nasi goreng itu sampai habis tak tersisa. Lengan kekarnya kemudian mengambil air minum dan memberikannya pada Sayna.

"Ka" panggil Sayna, menaruh gelas itu di atas nakas.

"Hm" dehem Skala, masih sibuk menyelipkan anak rambut Sayna ke belakang telinga.

"Kaka gk ke kantor?"

"Tidak, aku ingin bermalas-malasan di rumah" jawabnya berbohong. Sebenarnya ia ingin menghabiskan waktu dengan Sayna hari ini, bermanja-manja misalnya. Namun ia gengsi untuk mengucapkannya. Berharap saja semoga gadis itu peka akan maunya.

"Oh,,," Sayna mengangguk paham "Kalau gitu Sayna mau siap-siap dulu ke sekolah" ujarnya tanpa beban, membuat Skala seketika membulatkan mata. Wajah pria itu kini berubah menjadi cemberut.

"Ck, dasar tidak peka" cibirnya pelan, namun masih terdengar oleh Sayna. Dengan wajah kusutnya, ia menghentak-hentakkan kaki keluar kamar, berharap gadis itu paham. Tapi,,,, ah sudahlah.

BRAKK!!

Skala menutup kencang pintu kamar, membuat Sayna terkejut. Ada apa dengan suaminya itu, kenapa sikapnya jadi berubah lagi, gumamnya dengan wajah kebingungan.

Di lain tempat, Skala sedang menonton televisi. Ralat! Bukan dia yang menonton, tapi televisi lah yang menontonnya sedang meruntuki istrinya sendiri.

"Dasar gadis bodoh! Masa begitu saja tidak paham" umpatnya kesal "Bagaimana bisa gadis itu tidak peka sama sekali, jelas-jelas suaminya ini ingin di manja"

"Menyebalkan!" Skala menggigit bantal sofa yang ada disampingnya. Mencoba menyalurkan kekesalannya pada sebuah bantal tak bersalah. Hingga suara langkah kaki menghentikan aktivitasnya. Dengan cepat pria itu merubah kembali rawut wajah nya datar, bersikap acuh tak acuh.

"Ka" panggil Sayna kepada suaminya ragu

"Hm" Skala memfokuskan tatapannya ke layar televisi, melipat kedua tangannya di depan dada.

"Sayna izin yah?" Pamit gadis itu yang tak ada jawaban dari Skala.

"Ka?" Panggilnya lagi

"Ck, pergilah" decak Skala. Kenapa gadisnya ini tidak peka! Ishh benar-benar gadis bodoh! Umpat pria itu dalam hati.

Not Perfect Husband || END  Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu