Kak..eh.. Dian melingkarkan tangannya dibawah dadaku, sehingga kedua tanganku bertopang di pundaknya.

"HUP!" Dian mengangkatku!

    Dibawanya aku ke sofa. Lalu..

"Di..." Keluhku ketika dia mengelus pahaku.

"Tadi temanku melihatmu dan Rico."

    "Apa.."

"Kenapa? Apa yang kamu lakukan dengannya?!"

    Dian tampak marah, aku hanya terdiam. Tiba-tiba, Dian memelukku erat. Sangat erat, hingga aku sulit bernafas.

"Dian..Urgh!"

Dian menjilat leherku dengan ganasnya,

    "Apa yang kamu lakukan? Walau aku tak perlu bertanya."

"Eh?"

    "Ayolah, kau pikir temanku hanya melihatmu dengan Rico saja?"

"Berarti.."

   "Dia melihat kalian, yang kalian lakukan."

    Aku shock, benar-benar shock.

"Anu..ak-"

Tiba-tiba Dian menciumku, memainkan lidahku dengan lidahnya. Sesak!

"Hemp! Uh.."

Kudorong Dian hingga menabrak ujung sofa , dia terjatuh.

Dia melirik diriku, aku sungguh takut. Dian terlihat sangat, sangat ganas....

Tanpa sadar aku menangis..

"Uh..maafkan aku! Aku aku..uuh..heh.."

Emosiku meledak, antara takut dan kesal.

    Kurasakan sebuah dekapan hangat,  Dian...

"Ehm.." Dikecup bibirku secara perlahan.

Dian membuat posisiku tertidur di atas sofa, sedangkan dia tepat di atasku.

"Aku hanya takut kehilanganmu.."Ujarnya dengan wajah penyesalan.

Lagi-lagi dia mengecup bibirku, menghapus air mataku.

"Biarkan aku memiliki dirimu seutuhnya, Mik."Ujarnya perlahan

Aku hanya terdiam, walaupun perasaanku sangat kacau.

"Dian.."Aku membalas kecupannya.

"Aku sangat menyayangimu.."Ucapku lagi.

    Dian pun memelukku, lalu membuka kancing demi kancing bajuku. Dia menyentuh leherku dengan ujung jarinya, turun sampai ke bra-ku.

Tangannya menurunkan tali Bra-ku perlahan, lalu dia mencium pundakku.

Turun , semakin turun bra-ku sampai-sampai tidak bisa menutupi dadaku.

"Ergh!"Tanpa sengaja aku mendesah ketika Dian memainkan tangannya di atas dadaku.

Lalu, lidahnya melahapnya.

Kurasakan sesuatu di seluruh tubuh, ukh..

Dia menurunkan rokku,

"Ah!" Kaget bukan main, dia menurunkan celana dalam pastelku dengan mulutnya.

"Dian..ak-"

Lagi-lagi dia mengecup bibirku...

"Erghm.."

    "Diam saja..."

Kini tubuhku benar-benar polos, kulihag tubuh Dian yang masih tertutupi baju dengan rapihnya.

Entah kenapa disitu aku merasa...takut?

Dalam kondisi seperti itu, dia memelukku.

"Sudahi saja, aku takut tak bisa menahan diri." Ujarnya

    "Tak usah ditahan pun tak apa."

Ujarku seperti wanita nakal.

Tiba-tiba dia mengangkat tubuhku, lalu menaruhku di pahanya. Namun kita tidak berhadapan..

"Jika itu maumu."

Dian meremas dadaku dari belakang, memainkannya sampai puas.

Lalu, dia menyentuh daerah sensitifku..

--------

Entar dilanjutin ya!

Ga tahan nulisnya , wkwkwkw

-------

   

Teach Me-Full of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang