Bab 3 - Baixue di Musim Semi

31 1 0
                                    

Bab 3
Baixue di musim semi

Diusir dari kelas bukan sesuatu yang membuat Liu Yi mau refleksikan diri dari kesalahan yang dia lakukan. Justru itu adalah kesenangan baginya. Lagipula siapa yang ingin mendengarkan kelas membosankan Guru Luo selama 2 jam penuh? Kemungkinan sebelum dia bisa serius belajar, Liu Yi sudah dipanggil ke neraka karena mati kebosanan.

Pukul 5 sore, murid-murid di Nawu sebagian bergegas pulang karena tidak mengambil kelas tambahan. Sebagian lagi bertahan di sekolah. Ada yang memiliki niat murni dan bersih untuk belajar, ada juga yang sengaja menunda pulang untuk menghindari rumah.

Liu Yi belum mendaftarkan dirinya pada kelas tambahan apapun di Nawu Institute. Tetapi, pada jam ini, dia sama sekali tidak berniat untuk kembali ke kelas, mengambil tasnya dan pulang. Dia menebak kalau neneknya pasti masih sibuk menanam selada di kebun. Beliau baru akan kembali 30 menit kemudian.

Tangan Liu Yi terulur melewati pembatas, berusaha menggenggam seberkas cahaya senja kemerahan di atas atap sekolah yang terlihat kumuh karena jarang diurus. Menghirup udaranya dalam-dalam, dia bisa merasa tenang dan damai.

Musim semi membuat bunga-bunga bermekaran, wanginya ada di mana-mana, saling terkombinasi memasuki indera penciuman setiap orang. Begitu menyegarkan.

Air anak sungai Yangzte mengalir tenang. Suara kereta api cepat terdengar samar dari balik bukit. Burung-burung bermain bersama kawanannya, bernyanyi riang membalas cinta satu sama lain, hinggap di atas pohon plum hingga membuat cabangnya bergoyang dan bunganya jatuh ke tanah. Lalu mereka kembali ke sarangnya, menemui anak-anak mereka yang kelaparan dengan bahagia karena berhasil mendapat makanan setelah berkerja keras seharian.

Liu Yi memandang burung-burung itu dengan pikirannya sendiri.

"Betapa beruntungnya kalian."

Pepatah mengatakan 'sekor burung bernyanyi bukan karena ia mempunyai sebuah jawaban, tetapi ia bernyanyi karena ia memang memiliki nyanyian'.

Liu Yi memejamkan matanya. Kayu telah berubah menjadi perahu. Meski ada kepahitan yang tak terkatakan, tetapi kenyataan bahwa dia tumbuh dengan baik sampai hari ini adalah pemberian yang harus disyukuri.

Pukul 6.30 sore, Liu Yi melihat Xu Yihan di halaman parkir sedang melepas kunci sepedanya. Matanya langsung bersinar dan segera berlari mendekat, tidak sabar untuk menganggu pemuda tinggi itu. Lagi.

"Xu Yihan! Xu Yihan!"

Xu Yihan hanya melirik sekilas. Dia bersikap tak acuh. Berpura-pura tidak mendengar dan nyaris mengayuh pedal sepedanya sebelum pengganggu itu sampai. Tetapi dengan kaki pendeknya, Liu Yi jauh lebih cepat dan sekarang sudah duduk dengan wajah polos di boncengan sepeda.

Xu Yihan, "..."

"Kau mau pulang, kan?" Liu Yi berpegangan erat pada kedua sisi baju seragam Xu Yihan. "Aku ikut!"

Xu Yihan berkata dingin, "Apa aku sudah mengizinkanmu duduk di sana?"

Apakah bumi sudah serusak itu? Liu Yi memikirkannya dengan serius sampai pada kesimpulan, kemungkinan karena pemanasan global, baixue (salju putih) jatuh di musim semi.

Baixue gongzhu* ini masih saja belum mencairkan salju putih abadinya di kutub selatan sampai membuat daratan lain ikut merasakan dampaknya.

*白雪公主 (Báixuě gōngzhǔ); Putri Salju, adalah karakter fiksi dongeng anak-anak yang berasal dari Eropa. Tetapi dalam cerita ini Liu Yi memiliki definisinya sendiri dan mengaitkannya dengan sifat Xu Yihan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 09, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[BL] Dream is YouWhere stories live. Discover now