Perdebatan

4.8K 221 8
                                    

Anya dipanggil oleh Dewan Rektor kampus siang ini.

"Permisi." Ucap Anya sambil mengetuk pintu ruangan.

"Masuk!" Sahut seseorang dari dalam ruangan.

Anya membuka pintu dan sangat terkejut sekaligus bingung, karena di dalam ruangan itu terdapat beberapa pria yang memakai jas elegant dan sangat berpenampilan highclass sedang duduk sekaligus juga menatap ke arahnya.

Anya pun semakin bingung karena di ruangan itu juga terdapat Simon Erbach, sang pemilik kampus, dan juga putra tunggalnya yang bernama Barry Erbach, si pria sombong namun selalu masuk dalam pikiran mesum Anya sejak semalam.

"Anya, masuklah!" Panggil seorang pria paruh baya namun sangat berwibawa itu. Leonard Barclay, Kepala Rektor di kampus itu.

"Selamat siang Mr. Leon. Maaf, ada apa sebenarnya anda memanggil saya kemari?" Tanya Anya bingung namun tetap berdiri di pintu bahkan sambil berpegangan pada pintu itu.

"Apa yang sedang terjadi disini? Mengapa semua pria ini berkumpul disini dan hanya aku yang wanita disini? Apa mereka akan merebut keperawananku beramai-ramai?"
Batin Anya sangat ketakutan, bahkan bayangan dirinya diperkosa beramai-ramai seketika terlintas di otaknya bagai film yang pernah ditontonnya diam-diam.

"Masuklah Anya, lalu tutup pintunya. Anya, Anya...., Anya! ANYA KIRSTAN HANZELBURG!" Panggil Mr. Leon bahkan sampai berteriak, karena Anya tak juga masuk atau menjawab setelah dipanggil beberapa kali.

Anya pun melonjak terkejut dengan suara menggelegar yang keluar dari mulut Mr. Leon ketika memanggil namanya dengan sangat lengkap.

"Maaf, maaf Mr. Leon. Bisakah kita bicara lain waktu? Karena saya... saya.... saya sakit perut. Permisi." Sahut Anya dan langsung keluar bahkan berlari dari ruangan itu dengan sangat ketakutan.

"Apa yang terjadi padanya? Kenapa dia mendadak aneh seperti itu?" Batin Mr. Leon bertanya-tanya bingung menatap pintu ruangan yang ditutup keras oleh Anya.

"Uncle Leon, seperti itukah etika mahasiswi yang kau unggulkan dari ratusan ribu mahasiswi yang ada di seluruh kampus ini?!" Tanya Barry dengan nada sinis.

"Tidak, maaf, maksudku tidak biasanya dia seperti itu. Aku akan mencari tahu mengapa dia terlihat sangat ketakutan saat melihat kita semua disini. Aku akan memastikan dia akan setuju ikut dalam proyek perusahaan Erbach. Aku masih yakin bahwa pilihanku tidak salah, Barry. Aku pastikan dia adalah calon yang terbaik bagi proyek ini." Sahut Mr. Leon memberi keyakinan pada Tuan Muda dari keluarga Erbach itu.

"Etikanya saja sungguh tidak bisa menjamin bahwa dia adalah calon yang terbaik. Sebaiknya aku yang memilih sendiri saja!" Ucap Barry.

"Barry, daddy tahu kamu ingin segera menjalankan proyek besar ini, tapi bersabar sedikit lagi untuk mendapat yang terbaik bukankah tidak ada salahnya?" Nasehat dari Simon Erbach.

"Baiklah, uncle Leon memiliki waktu satu bulan untuk meyakinkan kita semua tentang kandidat unggulan itu. Jika dalam satu bulan kami tidak mendapat keyakinan apapun terhadap kandidat itu, maka aku yang akan mencari dan memilihnya sendiri. Bagaimana?" Ucap Barry pada semua dewan yang ada di ruangan itu.

"Baik! Daddy setuju dengan usulmu, Barry. Leon, sebaiknya kamu segera siapkan kandidatmu untuk presentasi dan interview dengan kami semua sebelum waktu satu bulan itu habis. Kalau begitu,  kita akhiri saja pertemuan hari ini dan kita bertemu lagi tepat satu bulan dari hari ini. Sebaiknya sebelum satu bulan itu, kita sudah bisa mengadakan pertemuan dengan kandidat usulan dari Leon itu." Sahut Simon lalu berdiri dan meninggalkan ruangan itu, begitu juga dengan Barry yang ikut melangkah di belakang ayahnya.

Love Makes Me A Wild FoolWhere stories live. Discover now