-Father's Day Out

Mulai dari awal
                                    

"Apakah aku harus membelikanmu sapu terbang?" gumam Draco saat melewati Quality Quidditch Supplies. Scorpius mengangguk senang, tangannya berusaha meraih display sapu terbang di depannya. Draco memutuskan untuk masuk ke dalam.

"Apa kau menjual sapu terbang untuk bayi?" tanya Draco. Pemilik toko tersebut melihat Draco bingung.

"Maaf?" tanyanya tak yakin. Draco mendengus malas.

"Apa kau tuli?" cibir Draco. Pemilik toko tersebut telihat kesal.

"Maaf, Sir, tapi menurut peraturan, batas usia minimum untuk menaiki sapu terbang adalah delapan tahun. Jadi, tidak. Kami tidak menjual sapu terbang untuk bayi," pemilik toko tersebut berusaha menahan sabar.

"Aku akan meminta ayahku mengganti aturan itu nanti," gerutu Draco. Ia lalu keluar dari sana.

"Maaf, Scorpie. Aku bisa dibunuh ibumu kalau membelikanmu sapu untuk anak delapan tahun," gumam Draco seraya mengecup pipi Scorpius. Scorpius terlihat kesal, tangannya kembali berusaha meraih sapu terbang display tadi, memaksa Draco kembali ke sana. Draco berusaha menenangkan Scorpius, pergerakannya membuat Draco sangat kesulitan.

"Aku akan membelikanmu sapu terbang setelah memaksa Grandpa Lucy mengganti aturan sialan itu, oke?" bujuk Draco. Scorpius terdiam sejenak. Mungkin ia sedang berpikir? Mempertimbangkan tawaran Draco? Bisakah seorang bayi melakukan itu? Draco juga tak yakin.

"Aku akan membelikanmu es krim yang banyak!" tambah Draco. Scorpius tersenyum, tangannya berhenti bergerak.

"Aku yakin ibumu tidak tahu kelicikanmu, atau dia akan berhenti keras kepala bahwa kau adalah seorang Gryffindor. Bayi pintar! Semua Malfoy memang terlahir sebagai Slytherin," lanjut Draco. Ia lalu berjalan ke arah Florean Fortescue's Ice Cream Parlour.

Ia membeli banyak varian es krim, menepati janjinya pada Scorpius. Namun, saat ia sedang sibuk dengan es krimnya, Scorpius diambil paksa dari gendongannya. Draco tersentak kaget. Ia baru akan merebut Scorpius kembali saat penyihir tersebut sudah menghilang, berapparate entah kemana. Draco mengutuk keras.

Bagaimana ini? Apa yang harus ia lakukan? Hermione pasti akan membunuhnya. Haruskah ia memberitahu Hermione? Sepertinya tidak. Ia memutuskan untuk mengirim patronus pada Harry, mengajak —memaksa—nya bertemu.

***

"Kenapa kau tidak menggendongnya dengan benar?" tanya Harry tak percaya.

"Aku sudah menggendongnya dengan benar!" jawab Draco tak terima.

"Sial, berani-beraninya dia menculik seorang Malfoy?! Apa dia mau mati?!" gerutu Draco marah. Harry mengusap kepalanya yang mendadak pusing.

"Apa kau sudah memberitahu Hermione?" tanya Harry. Draco menatap Harry tajam.

"Kau pikir aku mau mati? Tentu saja belum!" decak Draco kesal.

"Apa kau sempat mengejar penyihir itu?" tanya Harry lagi. Draco mengangguk.

"Tapi ia berapparate dengan cepat, aku tidak sempat menangkapnya," jawab Draco.

"Bisakah kau beritahu aku ciri-cirinya?" tanya Harry. Draco berpikir sejenak.

"Aku hanya lihat ia memakai jubah hitam. Seluruh tubuhnya tertutup dan aku tidak sempat melihat wajahnya," jawab Draco.

Le Scénario (Dramione Oneshots)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang