treat you better

546 70 5
                                    






genre : romance, fluff

warn! harsh word








Jeno terduduk di sudut ranjang dengan lesu. Kedua kakinya ia tekuk dan membenamkan wajah rupawannya tenggelam disana. Ia sedih, hancur, terluka, kecewa, marah, dan banyak lagi emosi yang dia rasa. Semua tercampur seolah mengaduk-aduk hatinya yang sudah tak berbentuk.

Ponselnya yang masih menyala bergetar tanpa henti. Berbagai notif dari pesan dan telepon masuk diabaikan olehnya. Sengaja benar-benar membiarkannya sebagai angin lalu.

Jeno tak paham dengan semua ini. Berawal dari kekasih— oh tidak, titel itu sudah berubah. Mantan kekasih lebih tepatnya. Lelaki itu menghilang dari radar Jeno.

Hanya satu yang kemarin ia katakan lewat aplikasi percakapan yang sering digunakan.

"Let's break up, im sorry"

Dengan mudahnya ia berkata begitu, tanpa mengetik lanjutannya kembali. Jeno berusaha mendapatkan jawaban. Namun tak kunjung dibalas. Di hubungi pun tak diangkat. Hari ini, ia mendapat sebuah undangan. Dengan nama Mark Lee— mantan kekasihnya, bersama wanita lain tertera besar-besar di sampul sebuah undangan pesta pernikahan. Ia paham, ia harus berhenti disini. Berakhir sudah tiga tahun mereka bersama. Seakan seluruh peristiwa yang mereka lewati hanyalah mimpi yang digapai dalam semalam lalu menghilang.

Dia tak bisa melupakannya. Terbayang seluruhnya, memorinya memaksa merekam kembali kejadian dari perjalanan awal mereka yang manis.

Laki-laki yang ia sayangi itu mendambakannya kebahagiaan. Tanpa ada kata akhir diantara mereka. Dia yang menjadi pusat atensinya, pusat semestanya, dan scenario terbaik dalam hidupnya sekarang hangus.

Sudah terlalu sedih untuk menangis, air matanya tak kunjung turun. Sudah terlalu kesal untuk marah, emosinya pun tak terbakar. Dia mati rasa. Katakanlah ini berlebihan, namun benar itu yang Jeno rasakan.

Tak lama suara gebrakan kasar dari arah pintu luar apartement mengagetkannya. Tak peduli itu siapa, tak mau tahu. Ia sibuk meringkuk di sudut, sampai sebuah pelukan melingkupi tubuhnya.

"It's okay, everything's gonna be alright", seseorang membisikkannya kata-kata itu sebagai penenang. Berulang kali mengulangi layaknya mantra. Sebuah tangan besar mengusap punggungnya lembut, dan satunya mendekap erat.

"I'm not feeling okay right now, he ruined everything",

Lirih Jeno. Suaranya bergetar dan serak. Nafasnya tersendat dan air mata mulai jatuh membasahi kaus pemuda lainnya yang memeluknya erat. Dunianya sekarang terasa telah berantakan.

"Geez, dia bukan ngehancurin hidup lo, Cuma hati lo. Semuanya bakal baik-baik aja, dia Cuma cameo dalam hidup lo, ga perlu sedih. Pasti ada pemeran utama yang bakal cocok sanding sama lo Jen",

"Tiga tahun Jaem. Dan dia pergi gitu aja, tanpa alasan tanpa balasan. Apa lo ga bisa rasain juga? Tiga tahun dan semua sia-sia akhirnya",

Laki-laki surai cokelat yang dipanggil 'Jaem' itu dalam hati juga ikut merasakan apa yang Jeno rasa. Dia mungkin tak pernah berada dalam posisi Jeno. Tetapi ia cukup mengerti, ini semua tak mudah. Sama-sama patah hati, cukup tahu bahwa sahabat dalam rengkuhannya ini lebih memilih si brengsek itu daripada dirinya. Dia akan selalu dilihat sebagai sahabat hingga kini. Tetapi sekarang entah mengapa ada satu jalan yang terentang untuknya. Pada akhirnya dia punya kesempatan untuk maju dan memperlakukan Jenonya lebih baik dari orang yang telah mencampakkannya.

𝘀𝘁𝗼𝗿𝘆 𝗼𝗳 𝘂𝘀Where stories live. Discover now