"Kalau lo mau tahu, gue bisa bantu nyariin. Tapi dengan syarat." Ucap Ruha sambil tersenyum.

Almara mengerutkan dahinya saat melihat senyuman Ruha.
"Apa syaratnya?"

Ruha mendekatkan wajahnya ke wajah Almara yang membuat Almara langsung menahan napasnya. Jantungnya berdetak dengan cepat saat iris matanya bertemu dengan iris mata Ruha.

"Nanti gue kasih tahu kalau tubuh lo udah ketemu."

"Awas aja kalau syaratnya macam-macam!"

"Enggak, sayang." Ucap Ruha sambil menjauhkan wajahnya.

"Najis!" Almara membuang muka dengan ekspresi jijiknya.

Ruha terkekeh kecil dan langsung berdiri dari duduknya.
"Yuk." Ajak Ruha sambil mengulurkan tangannya ke arah Almara.

"Kemana?" Tanya Almara sambil menatap Ruha.

"Jalan-jalan. Lo gak mau?"

"Mau lah!"

Almara berdiri dari duduknya dan berjalan keluar dari restoran. Ruha yang melihat itu langsung menurunkan tangannya.

"Padahal udah lama gak gandengan tangan." Gumam Ruha sambil berjalan mengikuti Almara yang kini sudah masuk kedalam mobil.

Ruha masuk kedalam mobil dan mulai menghidupkan mesin mobil. Dia sengaja mengatur mobil agar berjalan otomatis dan dia hanya perlu menyebutkan tempat tujuannya.

Almara yang melihat itu melongo. Sangat praktis memang dan mudah. Seandainya ada mobil seperti itu di dunia manusia, dia pasti tidak perlu repot menyetir. Apa lagi saat tempat yang ditujunya menempuh waktu yang lama, menyetir membuat Almara kelelahan.

Saat mobil sudah terbang di udara, Ruha dan Almara saling diam dan sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ruha yang sibuk memainkan handphonenya dan Almara yang sibuk memperhatikan pemandangan kota dari kaca jendela di sampingnya. Sesekali Almara berdecak kagum saat melihat pemandangan yang indah menurutnya.

"Gue udah bilang kalau produk itu harus diluncurkan minggu lalu. Kenapa kalian gak nurut sama gue, hah?"

Almara langsung menatap Ruha saat dia berbicara dengan orang yang barusan menelponnya.

"Iya gue tahu kalau kalian masih mempertimbangkan peluncuran produk lama. Tapi lihat yang terjadi sekarang. Produk kita dicuri dan diluncurkan perusahaan lain!"

Almara terkejut saat mendengar Ruha membentak orang yang menelponnya.

"Kalian mau tanggung jawab gimana lagi, hah?! Seharusnya kalian nurut sama gue waktu itu. Kalau udah kayak gini kita yang dirugikan. Produk itu jelas ide dari perusahaan kita, tapi perusahaan lain yang dapat untung dari penjualannya yang tinggi!"

"Kalau dalam bulan ini kalian gak meluncurkan produk lain, gue akan pecat kalian semua!"

"Gue gak peduli cara kalian membuat produknya gimana. Yang penting kalian harus meluncurkan produk bulan ini!"

Almara langsung mengalihkan pandangannya saat Ruha selesai berbicara dengan orang yang menelponnya.

"Lo kaget, ya?" Tanya Ruha dengan nada berbicara yang lembut.

"Sedikit." Ucap Almara sambil menatap Ruha.

"Maaf. Gue emang suka emosi kalau nyangkut masalah perusahaan." Ucap Ruha sambil melemparkan handphonenya ke belakang.

"Gue tahu. Papa gue juga suka emosi gitu kalau perusahaannya bermasalah." Almara tersenyum tipis yang membuat Ruha tersenyum tipis.

"Tapi gue gak akan pernah emosi sama lo."

"Udah deh, jangan mulai."

Ruha tertawa sambil mengacak pelan rambut Almara yang terurai. Almara yang menerima perlakuan seperti itu langsung terdiam. Ada apa dengannya?

"Kita udah sampai." Ucap Ruha saat mobil mendarat di tepi pantai.

Almara melongo saat melihat pantai di depannya. Pasir pantai berwarna merah jambu, warna air biru muda, dan banyak mutiara putih yang tersebar di pasir. Almara turun dari mobil dan angin pantai langsung menerpa wajahnya sampai membuat rambutnya yang tergerai beterbangan dengan indah.

Ruha yang melihat Almara seperti itu langsung meneguk salivanya. Dia sudah tahu jika Almara memang cantik. Tapi saat melihat wajah Almara sekarang, dia seperti melihat orang yang berbeda. Almara jauh lebih cantik daripada sebelumnya.

"Cantik banget." Ucap Almara sambil berjalan menuju bibir pantai diikuti oleh Ruha.

"Iya, cantik." Ucap Ruha sambil menatap Almara dari samping.

Pengantin Untuk Hantu ✅Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum