"Sudah tertawanya?" Cibir Hermione. Ia membuang pandangannya saat Draco berhenti tertawa.

Pria itu mengusap genangan air yang melebur di sudut mata. "Lucu sekali. Kau malu, eh?"

"Tolong lupakan pembicaraan yang tadi. Omong-omong bagaimana dengan tongkatmu?" Hermione penasaran dengan keadaan tongkat sihir Draco. Mengingat sebelumnya pria itu bilang bahwa tongkatnya terjatuh. Entah, mungkin terlempar merupakan kata yang pas.

Draco mengeluarkan tongkat sihir dari saku celana. Lalu memberikannya pada sang gadis. "Ini. Aku rasa tidak ada yang rusak. Beruntung tidak seperti tongkat si weaseal bee pada tahun kedua."

Rasanya gadis bermata madu itu ingin sekali menyumpal mulut Draco dengan kututukan muntah siput. Tapi ia urungkan karena terlalu menjijikan.

Hermione memeriksa keadaan tongkat. Terdapat sebuah goresan di area pertengahan. Masih bisa digunakan tapi tidak terlalu lama. Hermione memberikan tongkat tersebut pada sang empu. Draco terbangun. Menepuk bagian belakang celana guna menghilangkan debu yang menempel. Saat ingin melangkah, pria slytherin itu terhuyung ke depan karena Eustace tiba-tiba menarik ujung kapal dengan ekornya. Hal itu membuat laju kapal menjadi lebih cepat.

••••

Mereka sampai di pulau Ramandu. Keadaan malam yang gelap membuat pulau ini menjadi tidak terlihat. Berkat cahaya bulan, mereka dapat melihat meja makan besar yang disuguhi oleh berbagai makanan. Tak hanya itu, Caspian menemukan meja batu Aslan dan tiga orang Lord lainnya: Lord Revilian, Lord Argoz, dan Lord Mavramon. Saat Lucy menyibak rambut salah satu petinggi, ia terkejut karena dua kelopak yang terbuka lebar. Hermione menemukan pedang dari semak dan memberikannya pada Caspian. Enam pedang telah terkumpulkan. Namun, mereka masih bingung dengan keberadaan pedang yang satunya.

Draco yang tak acuh hanya memandang sembari bersandar di meja makan. Sesekali melirik ke arah apel hijau yang terlihat menggiurkan. Beberapa kali ia meneguk air liur karena buah tersebut. Kenapa juga ia sangat kecanduan dengan rasa dari apel berwarna hijau. Jika saja buah yang ada di hadapannya ini bukan apel hijau pasti pria itu tidak akan sesak seperti ini.

"Mereka bertiga masih bernapas." Ucap Caspian. Ia memerhatikan rambut yang bergetar juga helaan napas dari ketiga Lord.

"Lalu kenapa mereka menjadi seperti ini?" Hermione berlutut. Memandang Lord Revilian. Keningnya mengernyit seperti tidak ada yang beres dengan pulau ini.

"Pasti ada salah satu pemicunya, bukan?" Lucy mengedarkan pandangannya ke segala arah.

Di sisi lain, Draco yang sudah tidak tahan ingin mencicip. Diam-diam mengambil apel hijau tersebut kemudian menggigitnya cepat. Tidak lupa melirik jika Hermione tidak melihat ke arahnya. Lagipula banyak awak kapal yang menyicip makanan tersebut. Saat tengah asyik mengunyah, indranya menangkap perkataan Edmund.

"Jangan makan, makanan itu!"

Hermione melotot kala melihat apel yang terjatuh dari genggaman Draco. Ia mendesah pasrah. Berjalan ke arah sang pria lalu menepuk punggung Draco berusaha menenangkan. "Lain kali jangan asal makan. Kenapa kau maniak apel hijau sih?"

"Tidak. Ugh, iya. Apel ini terlalu menggoda. Mom, selalu menyajikan apel hijau setiap sarapan." Draco memandang sayang apel yang telah terjatuh. Hermione tersenyum kecil dan terus mengusap punggung Draco.

Para awak kapal yang lain pun terlihat terkejut. Buru-buru mereka menjatuhkan makanan. Yang baru tergoda, kembali meletakkan kembali ke tempat semula.

Cahaya biru menyinari gelap malam. Mata mereka menyipit kala cahaya tersebut semakin terang. Sebuah bola dengan dilingkupi cahaya biru menuruni langit. Berubah menjadi seorang wanita bersurai putih dengan gaun putih. Wajahnya cantik bak putri dalam dongeng. Wanita itu berdiri tepat di hadapan Draco. Bahkan Caspian dan Edmund tidak bisa berpaling dari wajah wanita yang diyakini sebagai bintang biru.

[✔️ ] Magic Portal; DRAMIONEWhere stories live. Discover now