Bagian 13

69 13 0
                                    

Bree ingin sekali menahan wanita itu agar tetap di sini, tidak membiarkannya pergi jauh menemui lelaki itu, yang menjadi tunangannya sekaligus iblis yang menyerupai malaikat.

Sudah gatal sekali rasanya tangan Bree ingin memberi satu atau dua pukulan di wajah sok tampan tersebut meskipun memang tampan sebenarnya namun bila bicaranya selalu menyakiti pihak lain, ketampanan itu ibarat racun.

Dan selama beberapa hari ini, selain mendengar nada merendahkan, Bree juga mendengar kalimat cinta yang memaksa. Kailendra seringkali memaksa Cinta mengatakan cinta atau suka  dengan sedikit ancaman, wanita seperti Cinta yang susah mengeluarkan uneg-uneg akan dengan mudah mengatakannya.

Dia dibuat heran, bagaimana mungkin Cinta bisa bertahan dengan hubungan sepihak seperti itu. Didominasi berlebihan, diperlakukan seperti manusia yang tak memiliki kebebasan berpendapat.

Inikah yang dinamakan hubungan saling menguntungkan?

"Hubungan kami ... kamu tidak perlu tahu dan jangan ikut campur."

"Aku takkan ikut campur jika tak sering melihatmu menangis diam-diam!" geramnya yang tanpa sadar membuat Cinta mengerut kening.

"Bukan urusanmu."

Geram, Bree menarik lengan Cinta, memaksa wanita itu menghadap ke arahnya. "Katakan kalau kamu tertekan dengan hubungan kalian, maka aku akan membawamu menjauh darinya."

Memandang tepat pada sepasang iris yang menatapnya penuh harap, Cinta memalingkan wajah. Dia tak mau terlibat terlalu jauh dengan calon adik iparnya sendiri. Tidak, dia takkan merebut apa yang sudah dimiliki adiknya. "Kamu nggak akan menemukan kata itu, nggak akan pernah."

Jengkel dengan sikap Cinta yang seolah tak menghargai padahal Bree tahu, Cinta menerima semua sentuhannya. Lelaki itu menarik tengkuk Cinta lalu melumat kasar bibir perempuan itu.

Bree baru melepas pagutannya saat dirasanya mereka butuh bernapas. "Kalau bukan hari ini, maka aku akan menunggu besok," bisiknya sembari mengusap liur mereka yang membasahi bibir Cinta.

"Nggak ada hari ini, besok atau selanjutnya!" Cinta kesal pada diri sendiri yang mudah sekali terlena oleh sentuhan lelaki di depannya ini.

Tersenyum tipis, Bree mengecup pelan sudut bibir Cinta. "Seperti aku mencuri ciuman ini, aku pun bisa mencuri hati dan pikiranmu, Cinta. Tunggu saja, kamu atau aku yang akan mencari lebih dulu. Pergilah dan hati-hati di jalan." Kemudian lelaki itu berbalik badan meninggalkan Cinta yang terpaku di tempat.

Jantung. Cinta meraba letak organ vital tersebut berada lalu mulai merasakan detaknya yang berdetak kuat. Selalu seperti ini bila mereka terlalu dekat. Tidak. Cinta tidak boleh terlena dengan semua yang Bree lakukan. Mereka saudara ipar yang ....

*

Duduk sembari menikmati secangkir kopi di malam hari sudah menjadi kebiasaan Bree apalagi suhu di lingkungan tempatnya tinggal ini begitu rendah. Jarum jam masih singgah di angka tujuh, tapi langit yang gelap seolah memberi tanda yang berbeda. Mendung menggantung rendah, mengintip Bree di balik rimbunnya pohon mangga di halaman depan. Bree kembali mengambil cangkirnya lalu menyesap pelan cairan kehitaman tersebut.

Pahit dan manis berpadu dalam indra pencecap. Dalam hati Bree bertanya-tanya apakah Cinta sudah sampai di rumahnya? Ataukah dia langsung ke rumah tunangannya?

Ck! Hubungan berengsek seperti apa yang membuat Cinta rela menghabiskan sisa waktunya bersama dengan lelaki sekejam Kailendra?

Kail. Kail. Kail.

Nama itu terus berputar dalam benak, menginvasi seluruh tatanan sabar yang coba ia pertahankan.

Bip
Bip

Sebuah notifikasi pesan masuk. Nama pengirim yang terbaca seketika membuat Bree mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja sejak sore tadi.

[Ayah mengajakmu makan malam bersama. Bisa?]

Senyum tipis terbit secerah mentari di bibir Bree. Lelaki berkepala plontos itu tak langsung menjawab meski ingin. Bree ingin melihat seberapa kuat keinginan Cinta mengajaknya bertemu dengan alasan ayah.

Bree menunggu dalam jeda waktu yang tak lagi mau dihitungnya, sebab kian lama ia makin dibuat gemas kala Cinta tak juga menghubungi untuk memperjelas waktu dan tempat mereka bertemu besok.

Ah, Bree lupa rupanya kalau Cinta memang sekaku itu bila untuk urusan yang sepele. Hanya ketika titik sensitif di tubuh Cinta yang saat disentuh membuat perempuan itu menggila, menyebut namanya dengan suara merdu yang menggoda.

Bree memejamkan mata, haruskah dia mandi di malam yang menggigil seperti ini?

Sialan sekali adik kecilnya ini!

***

Mahar

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 21, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

THE HEART STEALERWhere stories live. Discover now