Seminggu

710 74 2
                                    


"Rin, kamu taruh sapu lidinya di mana?" Soobin menggaruk-garuk tengkuknya, mencari sapu lidi yang sejak 5 menit tadi ia cari di halaman rumah.

"Eh in-, eh bukan, ini penebah." Soobin kembali berkeliling. Keluar masuk rumah, melihat sekeliling mencari keberadaan sapu lidinya.

"Arin." Panggilnya lagi karena belum mendapat jawaban dari istrinya yang sekarang entah ada di mana.

"KAK ARIN!" Panggilnya lagi dengan keras.

"Aduh Soobin Batara gausah teriak-teriak." Arin datang dengan sapu lidi dan cikrak plastik di tangannya yang masih dibungkus rapi dengan plastik. "Iniloh masih aku ambilin di bagasi." Arin terlihat bete.

"Maaf hehe." Soobin senyum-senyum bersalah sambil mengambil sapu lidi dan cikraknya dari tangan Arin. "Kak, marah?" Soobin mencubit pelan lengan Arin saat melihat wajah wanita itu muram. "Aaaa maafin aku." Soobin menjatuhkan sapu dan cikraknya lalu memeluk Arin sambil tertawa-tertawa.

"Aduh ngapain sih ini." Arin berontak, tapi bukan berontak yang bener-bener pengen dilepasin. Cuman sok berontak aja biar dipeluk makin kenceng.

"Maafin aku."

"Kamu sih pagi-pagi udah teriak-teriak. Rumah kecil gini, cuman kita berdua juga, ngapain teriak-teriak." Omelnya masih dalam dekapan Soobin.

"Habisnya sih, kamu aku panggil gak nyahut-nyahut. Aku kira kamu keluar tapi gak bilang gitu."

"Udah makan?" Tanya Arin mengganti topik tiba-tiba.

"Belom laper." Soobin menggeleng. "Emangnya kakak masak sarapan apa?"

"Cuman bikin roti tawar sih. Kita belom mulai belanja bahan makanan kan? Kemaren cuman beli alat bersih-bersih doang di toko gerabah." Arin menjauhkan tubuhnya dari Soobin, tapi masih dengan kedua tangan yang melingkar erat pada pinggang pria itu.

"Mau makan di luar aja? Kalo makan roti doang nanti gak kenyang, gimana? Sate? Soto?" Tawar Soobin.

"Sate aja. Sekalian ke pasar atau ke super indo ya, Bin."

"Iya sayang. Yaudah kakak mandi dulu sana, aku mau nyapu depan."

"Enak aja. Aku udah mandi." Arin mendorong tubuh Soobin.

"Oh, berarti aku doang belom mandi, hehe."

"Yaudah sana mandi. Biar aku yang sapu depan."

"Oke kak."

"Jangan lama-lama." Arin berjalan ke teras rumah, mulai menyapu daun kering dan daun-daun yang tadi sudah digunting oleh Soobin.

"Mau ngedate kok, ya lama dong, dandan dulu aku." Jawab Soobin.

"Makan sate doang juga."

"Biar ganteng di depan istri." Gurau Soobin.

"Heh, semalem siapa yang ngiler di bajuku? Gitu kok ganteng." Arin menunjuk Soobin dengan sapu lidinya.

"Siapa suruh dempet-dempet."

"Nggak ada ya aku dempet-dempet. Kamu aja yang dempet-dempet sampe aku mau jatoh."

Soobin terdiam sebentar. "Oh, iyaya? Hehe."

"Yaudah sana mandi."

"Iya Karin Natasya Melati." Lalu ia pun lari begitu saja masuk ke dalam rumah sebelum mendengar omelan Arin lagi.

"Enak aja melati. Nama bagus-bagus Karin Natasya Jasmine malah diganti melati." Omelnya sambil mencikrak satu demi satu daun dan rumput yang ada di sana.

Hari ini adalah hari pertama Soobin dan Arin tinggal di rumah baru milik mereka setelah seminggu menikah. Hari pertama dan kedua mereka habiskan di rumah keluarga Soobin karena pada 3 hari selanjutnya mereka pergi bulan madu. Pulang bulan madu barulah mereka merapihkan berbagai hal yang harus dibawa ke rumah baru. Meski semua perabotan lain sudah lengkap disiapkan berminggu-minggu sebelum hari pernikahan mereka.

Pasangan muda ini memang sering ribut sejak pacaran. Soobin yang sering jail bikin ulah, berakhir Arin yang bete karena Soobin suka cari gara-gara. Walau meski Arin gak beneran marah, cuman kesel aja kalo lihat pasangannya yang lebih muda setahun ini masih suka bercanda kelewat batas. Tapi itulah Soobin, bagaimana pun Arin tidak bisa lepas darinya. Begitu juga Soobin. Pertama kali PDKT gara-gara satu event besar sekolah SMA mereka, berlanjut kuliah dan Soobin berkomitmen untuk terus bersama Arin. Ia pun masuk ke satu kampus bersama Arin, meski berbeda jurusan. Arin Sastra Inggris dan Soobin Ilmu Komunikasi.

Soobin selalu suka saat Arin tiba-tiba datang memberinya bekal, jajan, roti untuknya. Soobin akan menikmati pemberian Arin itu meski perutnya sudah kenyang. Soobin juga suka saat Arin meng-adikkan dirinya. Sebenarnya Soobin bukanlah tipe anak manja meski ia adalah anak terakhir di kekuarganya. Hanya saja bersama Arin yang memikiki sisi dewasa dan umur setahun yang lebih tua darinya itu membuat Soobin sering manja dan jail.

Kalau Arin, dia memang suka memanjakan Soobin. Mulau dari beliin makanan, ngajarin pelajaran yang Soobin gak bisa, nganterin Soobin beli buku pas dia masih SMA dan persiapan masuk kuliah. Arin juga suka saat Soobin tiba-tiba memanggilnya dengan "Kak Arin" atau "Arin" saja bukan masalah besar buatnya. Apalagi saat sudah menikah begini. Soobin jadi lebih sering manggil namanya langsung ketimbang pake embel-embel 'kak'. Tidak ada waktu khusus kapan keadaan Soobin akan memanggilnya dengan 'kak' atau langsung namanya.

Soobin saat ini sudah bekerja di salah satu agensi besar HYBE labels sebagai produser lagu salah satu grupnya yang bernama TOMORROW. Setahun lalu saat Soobin memberitahu Arin bahwa ia berhasil bekerja di sana, Arin langsung melompat dan memeluk Soobin erat. Selain gaji yang lumayan besar, Arin juga bisa sekali dua kali bertemu member TOMORROW. Soobin langsung menggeleng dan berkata,

"Gak akan aku biarin kakak tebar pesona ke mereka."

Kalau Arin, dia belum menemukan pekerjaan tetap. Selama lulus S1 ini dia bekerja sebagai guru bahasa Inggris di bimbel ternama dan di salah satu tempat penerbitan buku dan majalah. Arin memang sedari awal ingin lanjut kuliah S2 dan ingin menjadi dosen. Walau tidak terlalu ingin. Hanya saja menjadi dosen adalah impian yang saat itu ada dipikirannya. Arin sempat menyampaikan kegundahannya pada Soobin tentang pendidikan dan pekerjaannya mendatang.

"Bin, aku besok kalo udah nikah sama kamu tetep S2 gapapa kan?"

"Loh, ya gapapa dong. Kenapa nggak boleh? Lagian kamu dari dulu emang berniat sekolah sampe S2 kan."

Pahit manisnya pernikahan muda mereka lewati bersama-sama. Berantem, nangis-nangis, marah-marah, kemungkinan besar akan terjadi apalagi dalam usia muda sebuah pernikahan. Berpacaran berlama-lama bukan berarti kita memahami pasangan masing-masing dan akan adem ayem saat setelah menikah. Justru menikahlah menjadikan mereka semakin saling mengenal. Tidur menghadap pada wajah yang sama dan bangun menghadap wajah yang sama juga.

Kalau dibayangkan indah, tapi kalau sudah terjadi? Bagaimana? Apakah masih sama indah? Makin indah? Atau sebaliknya?

--

Soobirin here~

Cerita ini bakalan ditulis pake bahasa baku atau gak baku, senyaman aku aja😃. Latarnyaa campurann antara korea sm indo, namanya nama lokal indo, tapi ceritanya kerja di hybe gimana tuh🤣 dahlah, se enjoyku aja nulisnya ini. Semoga gak membingungkan para readers💕

Happy reading

Don't forget vote and comment (kalo mau dilanjut sih, hehe)

Thanks☺

-Alfa

Rumah Tangga [Soobin&Arin]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora