Histeris dari penggemarnya yang berjibun di luar lapangan, tidak mempengaruhi Taeyong yang berjalan ringan menghampiri pinggiran lapangan. Duduk selonjor, mengatur respirasi, merehatkan badan.
Surainya yang pekat basah keringat, ia sibak menciptakan bahaya bagi jantung, paru-paru bahkan kewarasan; nyaris menyebabkan tragedi kejang-kejang masal.
Taeyong menutup mata dan telinga untuk efek yang ia sebarkan tanpa disengaja, fokusnya justru memaku pada satu titik kecil di jendela lantai empat. Memperhatikannya sedari tadi dengan sekotak susu di tangan.
Lipatan di keningnya menjadi tiga saat selintas pertanyaan hinggap.
Kenapa tetangganya itu memperhatikan Taeyong segitunya? Apa ada yang salah dengan dirinya?
Tiba-tiba bahunya memberat. Saat Taeyong melirik ke samping kirinya adalah tangan Jaehyun tengah nangkring, yang ternyata mengikuti jejak Taeyong dan membiarkan lainnya melanjutkan permainan.
"Aku tahu sekarang alasan kau tidak fokus." Jaehyun ikut menjatuhkan pandangannya searah dengan Taeyong.
Taeyong berdecak. Ia mengubah posisi menekuk lutut dan meletakkan kedua siku di tempurungnya, saling mengaitkan jari. Pandangannya lurus pada kegesitan kaki kawan-kawannya dan pantulan bola basket.
Walau tak lagi menatap jendela, pikirannya masih menetap di sana.
"Kau butuh saran."
"Untuk alasan apa aku butuh saranmu?"
"Yong." Jaehyun makin merapatkan rangkulannya. "Kau makin pendiam setelah permainan truth or dare."
"Memang begini sifatku."
"Nope. Kau tahu benar akulah satu-satunya yang mengenalmu luar dalam. Kau banyak pikiran." Jaehyun menekan kalimatnya yang terakhir sambil menepuk sekali bahu Taeyong.
Tidak cukup Taeyong membantah, karena ucapan Jaehyun benar adanya. "Apa yang membuatmu berpikiran aku banyak pikiran?"
"Dita."
Satu nama yang disebutkan Jaehyun, berhasil menarik pemilik marga Lee itu guna menaruh semua atensi kepadanya.
Jaehyun tersenyum kemenangan. "Tidak usah kaget begitu. Kau mungkin bisa menyembunyikan kegalauanmu dari yang lain, tapi tidak di depan Jung Jaehyun."
Taeyong mendengkus. "Kau banyak bicara omong kosong."
"Kau salah, justru aku mengungkapkan kebenaran." Jaehyun bersikukuh. Tak ketinggalan kerlingan nakal yang diabaikan Taeyong dalam dengusan mengejek.
"Dengar, Yong. Kau tidak akan memikirkan sesuatu yang tidak membuatmu tertarik dan kau tertarik pada Dita. Diam-diam mengamatinya sejak di restoran minggu lalu dan di pesta terakhir. Aku tahu kau sedang ragu mendekatinya."
Jaehyun memperhatikan bagaimana Taeyong menekan pipi dalam dengan ujung lidahnya. Begitulah saat ia gusar, Taeyong bakal memainkan lidah atau bibir. Satu dekade tumbuh dalam balutan popok bersama, hingga mereka satu visi misi dalam satu geng, sudah lebih dari cukup untuk Jaehyun paham psikologis Taeyong lewat gerak-geriknya saja.
DU LIEST GERADE
Tetangga Menyebalkan 🔚
FanfictionBertetangga dengan Taeyong, harus menyetok persediaan sabar banyak-banyak. pasalnya pemuda itu sering mengadakan pesta sampai pagi buta di akhir pekan, membuat Dita yang suka kedamaian menangis meratapi insomnia. Kalau ada award orang tersabar di du...