B A G I A N - 0 1

2.1K 155 76
                                    

Pict. Aliza Hanavia

BAGIAN 01

—————————

"Jangan berani kau melihat kemari! Cepat pergi sekarang juga!!!"

Hardikan seorang pria paruh baya masih menggema keras dari dalam telinganya. Rasa takut, panik sekaligus lelah kini bercampur menjadi satu. Langkah gadis itu kian melesat semakin cepat ke dalam hutan, berharap bisa terhindar dari kejaran sosok menakutkan di belakangnya.

Ini mimpi, semua ini hanya mimpi!

Air matanya meluruh, mengingat kehancuran yang ditinggalkannya di belakang sana. Bahkan ia tak sanggup meyakinkan diri jika dengan mata kepalanya sendirilah, ia mendapati kepala ayahnya terlepas dari badan pria itu. Kakak lelakinya pun telah lenyap, ditelan kobaran api dengan kondisi terluka begitu parah.

Wajah pias kekelahan diiringi deru napas yang memburu hebat. Tubuh gadis itu seolah mati rasa seusai jatuh terguling ke bawah jurang yang membawanya berakhir di dalam hutan belantara ini. Selagi berlari, ia menarik kasar bagian gaunnya yang menjuntai rusak. Mereka benar-benar mengganggu langkahnya. Akan tetapi...

Bruk!

Sebuah akar pohon rupanya menginginkan kemalangan bagi gadis itu. Ia jatuh tersungkur di tengah suasana hutan gelap nan sunyi. Hanya terdengar deru napas kacaunya dan suara langkah kaki seseorang seolah mengancam di balik sana. Petaka itu kian mendekat. Si gadis rasa, tak ada lagi perlawanan yang mampu ia berikan untuk menghindari sosok yang mengejarnya tersebut. Batas itu telah ia capai. Tubuhnya teramat lelah dan kesakitan.

"Sayang sekali. Padahal aku berharap bisa kau buat lelah dengan mengejarmu lebih jauh," gumam suara berat sosok itu yang mampu membuat ia meremang. "Lemah. Sebatas ini saja kemampuanmu?"

"A-ah!" pekik si gadis tadi saat rambutnya dicengkram kuat dari belakang. Tangisnya kian tersedu, tak mampu menatap sosok mengerikan yang begitu berkuasa atas dirinya kini. Meski hanya sekilas, ingatannya akan sosok pria setengah iblis ini sukses merenggut kemampuannya untuk bernapas secara normal.

Dengan gerakan cepat pria itu mencekik kuat leher si gadis, sampai-sampai kedua kaki gadis malang itu tak lagi menapak tanah.

"Aliza," sebutnya disertai seringai bengis. Tatapannya terkunci pada si gadis yang tergugu amat ketakutan.

"Ap-Apa kesalahanku?" lirih Aliza lemah. Ia mengerutkan dahinya saat cekikan pria itu kian erat. Aliza tak lagi memberontak. Tenaganya telah habis meski untuk sekedar melawan.

"Kau tak perlu berbuat salah untuk bisa kusiksa." Pria kejam itu terkekeh amat pelan. "Tapi anggap ini sebagai bagian dari takdir menyedihkan yang kau punya."

Aliza tersentak, menatap langsung ke arah sepasang bola mata berwarna merah menyala tersebut dengan penuh keterkejutan. Lelaki ini...—tahu soal ramalan itu?

Mendadak ia dilempar ke tanah begitu saja. Tak memberi kesempatan untuk berkutik, pria tadi memojokkan Aliza sembari menghunus belati berlumuran darah. Aliza tahu, itu belati yang sama dengan yang dipakai pria ini untuk melukai ayah dan kakaknya hingga mereka meregang nyawa.

"Nantikanlah, hidupmu akan segera hancur di tanganku."

—o+0+o—

Kelopak mata itu tersentak lebar, diiringi suara deru napas yang memburu hebat memenuhi sebuah ruangan sunyi dengan pencahayaan minim. Seseorang di sana terlihat meremas dadanya kuat menahan getaran hebat tubuhnya yang kini berkeringat dingin. Isakan lirihnya mulai terdengar seperti hari-hari sebelumnya. Penuh rasa pilu namun semua yang mendengarnya berlagak tak tahu apapun.

Aliza Hanavia [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang