Asa Dalam Isak Tangis

1.3K 417 26
                                    

How's your day?
Jangan lupa vote dan comment ya

How's your day? Jangan lupa vote dan comment ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


000

Hembusan angin diiringi dengan terik nya matahari membuat suasana menjadi tak terlalu panas. Banyak orang yang baru bertemu Jafar berpikir ia merupakan anak yang suka keramaian namun pada kenyataan nya, Jafar tidak suka berada di tempat ramai. Ia memang anak yang berisik dan bawel tapi berisik dan bawel belum tentu memiliki sifat extrovert.

Mata Jafar menatap pemandangan lingkungan di hadapan nya dari balkon lantai dua gedung tak terpakai yang siswa siswi bilang angker. Halah, di sekolah nya juga sama, bangunan tak terpakai di bilang angker supaya tidak banyak orang kesana agar yang membolos disana mendapatkan tempat seluas yang mereka mau.

Jafar baru saja datang dengan membawa plastik berisikan batagor sedangkan ketiga teman nya mungkin masih terjebak dalam antrian yang begitu ramai serta panjang. Jika berbicara terlepas dari semua masalah yang di miliki Jafar, Ajun, Ben, dan Yudis, mereka semua memiliki cita cita dan impian. Namun terkadang semesta tak terlalu baik untuk memberikan secercah harapan. Semesta malah meredupkan jalan dan semangat yang mereka punya.

Sedih, tentu saja empat orang itu sedih karena ingin menggapai cita cita mereka tapi jalan yang mereka lewati terlampau sulit atau bahkan tak mampu untuk di lewati. Jangankan mengurusi cita cita, mengurus diri sendiri saja kadang tak mampu.

Netra Jafar menatap seorang perempuan yang baru saja keluar dari perpustakaan. Perempuan yang ia temui pada malam itu dan mungkin akan jadi satu satunya perempuan lain yang tahu menahu tentang masalah nya, Rizki, dan Sahara.

"Namanya Lana, salah satu cewe terpopuler di sekolah ini."

"Anjir, lu. Dateng kaga ada tanda tanda."jengah Jafar.

Han tertawa kecil lalu berkata," lo nya kali yang terlalu sibuk liatin Lana."

" engga, cuma kebetulan liat dia."

"iye iye, percaya gua. Oh iya, tiga temen lu itu bego banget kaga bisa bertarung memperebutkan posisi di antrian. Ketikung mulu."

" biarin aja. Nanti juga akhir akhirnya bolos buat makan."

Lalu Jafar memakan batagor yang sudah ia beli, ekor mata Jafar tak sengaja melihat Lana tersenyum kepadanya berniat menyapa Jafar dari bawah sana namun Jafar segera memalingkan wajah nya kikuk. Posisi Han duduk jauh dari kata normal, ia duduk di balkon, sekali dorong Han bisa jatuh kebawah.

"gua bukan komplotan Rizki."ujar Han tiba tiba.

" lu tau?"

" tau, malam itu gua jadi satu satunya saksi Rizki babak belur kaga bisa bangun karena lu."

" oh."

" sayang banget, bapak gua cuma RT jadi kaga bisa nandingin bapak nya Rizki."

Kepala Jafar menunduk kaku, setiap kali ia mendengar nama Rizki. Sebuah emosi marah timbul dalam diri Jafar yang membuat Jafar ingin selalu memukul wajah lelaki bangsat tersebut hingga tak berbentuk. Dering telfon masuk ke dalam smartphone Jafar yang membuat Jafar segera mengambil smartphone yang ada di dalam saku celana nya. Beberapa detik dahi Jafar membuat kerutan saat melihat nama kontak yang tak pernah Jafar duga akan menelfon nya.

JANGGALA -[ₜᵣₑₐₛᵤᵣₑ'ₛ ₀₀ ₛq]-Where stories live. Discover now