Tentang Ruha dan Mura

Start from the beginning
                                    

"Kayaknya dibunuh." Ucap Ruha sambil menopang dagunya dengan tangan kanan.

"Siapa yang bunuh lo?"

"Kalau gue tahu siapa pelakunya, pasti udah gue bunuh dari dulu."

Almara menatap curiga Ruha. Sepertinya apa yang dikatakan Ruha tidak sepenuhnya benar. Dia merasa ada yang janggal.

"Lo bohong ya?" Tanya Almara yang membuat Ruha mengerutkan dahinya.

"Gue serius, sayang." Ucap Ruha lembut.

"Dihh najis!"

Ruha tertawa melihat raut wajah Almara yang sepertinya jijik setelah mendengar ucapannya.

"Lagian lo kenapa sih kayak jijik banget di panggil sayang?" Tanya Ruha.

Almara mengalihkan pandangannya. Sebenarnya dia suka dipanggil seperti itu. Hanya saja dia harus bersikap sok jual mahal agar tidak dikira murahan.

"Gue alergi dipanggil sayang oleh buaya darat kayak lo." Ketus Almara.

"Gue bukan buaya, tapi suami lo."

"Terserah lo!"

Almara mengalihkan pandangannya. Kemudian saat teringat sesuatu, dia langsung menatap Ruha.

"Terus, pria yang tadi kesini siapa?" Tanya Almara yang membuat Ruha mengembuskan napasnya.

"Mura. Dia hantu tingkat satu juga sama kayak gue. Cuma beda tugas aja. Dia bertugas membawa arwah manusia yang meninggal, tapi dia sering mengabaikan tugasnya sampai akhirnya arwah manusia menjadi makhluk jahat." Jelas Ruha.

"Hm, jadi karena itu lo sama dia gak akur?"

"Gue sama dia gak akur dari 322 tahun yang lalu. Sebenarnya dia temen gue, tapi karena konflik sampai sekarang kami gak bisa akur."

Almara mengerutkan dahinya saat mendengar ucapan Ruha. Konflik apa yang terjadi sampai mereka tidak bisa akur?

"Konflik apa?" Tanya Almara sambil mengerutkan dahinya.

"Biasa, konflik antara pria." Ucap Ruha sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Ah, gue tahu. Pasti karena wanita, kan? Jelas sih kalau lo emang buaya."

"Kan udah gue bilang kalau gue itu suami lo, bukan buaya."

"Oh!"

Almara turun dari kursi dan pergi berjalan menaiki anak tangga. Dia tidak tahu tangga itu akan membawanya kemana. Yang jelas dia tidak ingin berbicara terlalu lama dengan Ruha. Apa lagi jika topik pembicaraannya mengarah ke 'suami'.

"Lo akan menyesal kalau kesana." Ucap Ruha sebelum Almara menghilang dari pandangannya.

Almara tidak peduli dan tetap menaiki anak tangga. Saat sampai di atas, dia melihat sebuah pintu dan langsung membukanya.

Grep

"Aaa!" Teriak Almara saat tangannya ditarik oleh sesuatu yang berlendir.

Almara berpegangan ke sisi lantai dan saat ini posisinya akan terjatuh ke bawah. Dia hanya berpegangan dengan satu tangan dan tangan lainnya di tarik oleh makhluk aneh yang ada di bawah.

Almara menatap ke bawah dan mendadak dia merasa pusing. Wajar saja jika pusing, dia sedang berada di lantai 40.

Makhluk dibawah terlihat seperti tikus, tapi memiliki tangan yang panjang dan seluruh tubuhnya dipenuhi lendir. Jika dilihat lagi, wajah makhluk tersebut tidak terlalu menyeramkan. Hanya saja makhluk tersebut tiba-tiba menarik tangan Almara dan membuat Almara sangat ketakutan.

"Ruha! Tolongin gue!" Teriak Almara berharap Ruha akan datang menolongnya.

"AAA! Pliss tolongin gue!" Almara menutup matanya saat tangannya semakin ditarik.

Dia hampir menangis dan tubuhnya bergetar ketakutan. Dunia hantu memang tempat yang menyeramkan. Tidak peduli seberapa canggihnya teknologi disana, tapi tetap saja ada sisi menyeramkan.

"Gue udah bilang kalau lo akan menyesal kalau kesini." Ucap Ruha yang tiba-tiba berdiri di ambang pintu sambil memperhatikan Almara yang bergantungan di bawah.

"Tolongin gue.."

"Lo lapar?" Tanya Ruha sambil menatap makhluk yang ada dibawah.

Makhluk tersebut menganggukkan kepala dan matanya mulai berubah menjadi merah.

"Yaudah, makan aja dia." Ucap Ruha yang membuat Almara langsung menatapnya.

"Lo gila?!" Pekik Almara.

"Makhluk dibawah lapar. Apa salahnya ngasih dia makan?" Tanya Ruha dengan santainya.

"Tapi gak usah jadiin gue makanan dia juga dong!"

"Kan salah lo yang naik kesini."

"Kalau gue tahu ada makhluk aneh dibawah, gue juga gak akan pernah kesini!"

Almara berusaha menarik tangannya dari makhluk tersebut, namun makhluk tersebut mengeluarkan cakarnya.

"Arghh.." ringis Almara saat makhluk tersebut mencakarnya.

Darah dari tangan Almara mulai bertetesan dan makhluk dibawah membuka mulutnya lebar.

Almara hanya menutup matanya saat membayangkan dirinya akan dimakan hidup-hidup oleh makhluk dibawah sana. Tapi tiba-tiba makhluk tersebut melepaskan tangan Almara dan Ruha langsung menarik tangan Almara untuk naik ke atas.

"Makhluk tadi cuma makan darah lo. Mulai sekarang makhluk tadi akan nurut sama lo." Ucap Ruha sambil memeriksa tangan Almara yang terluka dan masih mengeluarkan darah.

Ruha menatap Almara yang terdiam. Wajahnya terlihat shock dan tubuhnya juga masih bergetar ketakutan.

"Lo takut?" Tanya Ruha sambil menaikkan kedua alisnya dan Almara langsung menatapnya.

"Cuma hantu gak waras yang nanya gitu ke orang. Lo pikir manusia kayak gue baik-baik aja setelah ngalamin hal tadi?" Tanya Almara dengan mata yang berkaca-kaca.

"Gue kayak ada di film dengan mempertaruhkan nyawa di tangan monster. Lo jahat banget gak nolongin gue, hiks.." Almara terduduk di lantai sambil menangis sejadi-jadinya.

"Tangan gue juga sakit banget hiks.. kenapa roh juga bisa terluka..hiks.."

Ruha menghela napasnya saat melihat Almara menangis. Mental Almara sangat buruk. Dia baru bertemu makhluk seperti tadi. Dia bahkan belum bertemu makhluk yang lebih menyeramkan daripada tadi.

Pengantin Untuk Hantu ✅Where stories live. Discover now