• 3 •

406 82 18
                                    

Sejak hari itu, Arjuna dan Seka sering sekali bersama. Tidak, bukan sering lagi. Tapi hampir setiap hari selama mereka sekolah, mereka selalu pergi dan pulang bersama.

Sampai Ayah dan Bunda Seka sudah sangat mengenal Arjuna dan sama sekali tidak masalah jika Seka diajak keluar.

Seperti hari itu. Arjuna tiba-tiba datang ke rumah dan meminta ijin untuk membawa Seka pergi. Padahal saat itu Seka sedang asik rebahan sambil streaming mv tubatu. Untung saja dia sudah mandi.

"Kakak ngajak aku kemana?" tanya Seka dengan suara yang agak dikeraskan agar Arjuna yang sedang menyetir sepeda terdengar.

"Kafe tempat kakak sering main," jawab Arjuna.

"Dimana?"

"Sidoarjo,"

"Hah? Lha kok jauh banget ke Darjo?"

Seka dapat mendengar Arjuna tertawa, "Ya masa' kamu tinggal di Surabaya, sekolah di Surabaya, mainnya juga muter-muter di Surabaya? Apa nggak bosen?"

Seka terdiam, tidak dapat mengelak.

"Oh iya, disana ada temen Kakak, nggak papa, kan?"

Seka mengangguk, "Iya nggak papa,"

Lumayan juga jika dia bisa dapat teman baru.

Sekitar satu jam kemudian, Arjuna memberhentikan sepedanya di depan sebuah kafe yang akan menjadi kafe favorit Seka nantinya.

Seka menatap sekeliling. Dia sedikit terlonjak saat dari atas ada suara orang memanggil Arjuna.

"Kak Junn!!"

Seka mendongak ke atas. Ada anak yang sepantaran, tidak, mungkin sedikit lebih muda darinya melambaikan tangannya dengan tatapan wajah yang super duper ceria.

Seka menyipitkan matanya, sepertinya dia pernah bertemu dengan anak itu.

"Gak kenal, sumpah gak kenal," 

Seka menoleh ke samping. Menatap Arjuna yang menggelengkan kepalanya pasrah.

"Langsung ke atas aja ayo,"

Seka hanya mengangguk, mengikuti Arjuna dari belakang. Di dalam hatinya dia tertawa, sepertinya teman Arjuna adalah teman yang asik.

Keduanya segera masuk ke dalam kafe dan langsung menuju ke lantai dua. Sembari berjalan, Seka terus menyapu pandangannya ke sekeliling kafe.

Bukan, bukan dia tidak pernah datang ke tempat yang sering dianggap "aesthetic" itu. Dia hanya merasa senang karena akhirnya, dia bisa main ke tempat jauh -walaupun masih satu kota-.

Jika bukan karena Arjuna, mana boleh Seka pergi sendirian? Jelas dilarang oleh orangtuanya.

Saat sampai di lantai dua, Arjuna dan Seka segera berjalan ke luar, ke balkon yang sudah ditata sedemikian rupa hingga terlihat indah dan nyaman.

Tanpa basa basi, Arjuna langsung mendekati pemuda manis yang tadi berteriak tanpa tau malu. Tangannya terulur dan mencekik leher pemuda itu dari belakang.

"Dadi arek gak usah ngisin-ngisini, njing. Emang e omah e mbahmu?!"

(Jadi anak nggak usah malu-maluin, njing. Memangnya rumahnya mbahmu?)

Seka terkejut, rasa khawatir mengerubungi hatinya saat melihat kakak tingkatnya itu mencekik pemuda manis di depannya. Namun setelah melihat reaksi pemuda itu sekaligus dua pemuda lain di sebelahnya yang malah tertawa, Seka jadi tenang.

'Kayaknya emang udah biasa,'

"Hahaha, sorry Kak, sorry, aaah! Ahahaha," pemuda yang dicekik itu berteriak sambil memukul lengan Arjuna.

Memories [Yeonbin]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin