Part 14 : Blue

2K 345 28
                                    

Pukul 23:10.

Seokjin membuka pintu rumahnya dengan lesu. Dia merasa ingin pingsan karena kelelahan. Seluruh tubuhnya terasa sakit dan pikirannya sudah tidak bisa memproses apa pun. Dengan setiap langkah yang Seokjin ambil, dia hanya ingin segera beristirahat dan tidur dengan tenang.

Seokjin menyalakan lampu rumahnya. Cahaya tumpah dan menerangi seisi ruangan itu. Lalu─

Dia menemukan sosok Namjoon yang sedang duduk di sofanya.

Seketika, Seokjin membeku.

Namjoon tersenyum lebar, "Seokjin, kenapa kau sangat lama? Apakah pesawatmu mengalami delay?"

Seokjin menggelengkan kepalanya dengan gerakan kaku.

Namjoon melirik arloji yang tersemat di tangan kanannya, "Lalu? Aku sudah menunggumu di sini selama dua jam."

Seokjin menendang pintu di belakangnya hingga tertutup, dan pintu itu terkunci secara otomatis.

"Kau lapar?" Namjoon menunjuk ke meja di hadapannya. Ada beberapa kotak makanan yang dilabeli logo restoran yang Seokjin kenali. "Aku telah memesan makanan favoritmu. Naengmyeon, buldak, burger dan tentu saja es krim macaroon. Semuanya baru saja datang beberapa menit sebelum kau tiba di sini. Beruntung semua restoran itu buka dua puluh empat jam."

"Bagaimana bisa?"

"Yah, semua restoran itu menyediakan jasa delivery, jadi aku memesan semua ini. Kupikir kau akan merasa kelaparan setelah melakukan perjalanan panjang."

"Bukan itu maksudku!" Seokjin menjatuhkan tasnya dan melangkah menghampiri Namjoon yang duduk di sofa. Dia berkacak pinggang dan memelototi pemuda itu, "Bagaimana bisa kau sampai di sini lebih dulu sebelum aku?"

"Oh, Daniel telah menyiapkan pesawat amfibi kedua."

"Si berengsek itu!"

"Um..."

"Lalu bagaimana kau bisa masuk ke rumahku?" Cecar Seokjin lagi.

Namjoon mengusap dagunya dengan telunjuk dan ibu jari, "Kau memberiku kunci cadangan."

"Tidak." Seokjin jelas mengingat hal itu.

"Kau berniat memberiku kunci cadangan rumahmu," Namjoon mengerjap. "Kau ingat? Saat aku memberimu kunci rumahku, kau juga ingin memberikan kunci cadangan rumahmu. Mungkin kau lupa."

Ya. Tapi Seokjin belum memberikannya. "Kau menerobos masuk." Seokjin memaksa otaknya untuk berpikir.

"Hm... kau sangat lama, jadi aku hanya mengotak atiknya," Namjoon mengangguk-angguk. "Sedikit."

"Bagaimana kau tahu aku akan kembali ke sini? Bagaimana kau tahu bahwa aku tidak akan menghilang?" Karena itulah yang dipikirkan bosnya, Daniel. Pria itu berpikir Seokjin akan menghilang pergi. "Atau bagaimana kau tahu bahwa aku tidak akan kabur atau─"

Namjoon bangkit berdiri dan meraih tangan Seokjin untuk dia genggam, lalu menarik pemuda itu mendekat padanya. "Karena kau adalah Seokjin."

"Apa maksudnya?"

"Maksudku... Kau tidak melarikan diri. Kau tidak menghilang. Kau akan menghadapinya sebesar apa pun masalah itu." Kata Namjoon seraya mengusap pipi tembam Seokjin dan berhenti tepat di bawah dagunya. "Kau ingin memburu pelakunya. Jadi, kau mengulur waktu untuk tiba di sini karena kau berpikir si pelaku akan datang ke sini. Ini adalah wilayahmu dan kau bahkan sama sekali tidak menutupi jejak ketika kembali ke Korea. Kau memilih salah satu skenario datang─dan─dapatkan─aku─bajingan, benar? Ya, aku suka itu. Skenario itu membuatmu terlihat keren." Namjoon membawa tangan Seokjin ke bibirnya. Menekankan ciuman di atas buku-buku jari pemuda itu.

Secreto | NamJin ✓Where stories live. Discover now