Part 2

16 3 0
                                        

Angin sepoi-sepoi mengiringi langkahku menuju pulang ke rumah, ada iringan rindu yang seolah memanggil dengan pedihnya, sekilas ku membayangkan ada diriku diatas becak tertawa gembira diselingi senyum ayah, lalu aku ingat ayah masih berobat disana.

"Syu, kenapa sayang?" Sahut ibuku yang sedang duduk di sopa depan pintu.

"Tidak ibu, aku tidak apa-apa" jawabku sambil memeluknya.

"Rumah ini sepi sekali nak" tukas ibu.

"Kenapa ibu bilang begitu aku kan sudah ada di sini" jawabku meyakinkan ibu, agar semua terlihat baik-baik saja.

"Adikmu, ibu masih belum percaya dia sudah menikah" jawab ibu meratapi kepergian adikku yang lebih dulu menikah dariku.

"Namanya juga jodoh Bu, tidak ada yang pernah tau kapan datangnya, mungkin Allah mentakdirkan jodohnya lebih dulu daripada aku" jelas ku.

"Sabar ya nak"

"Iya Bu, doakan putrimu ini mendapatkan jodoh yang terbaik"

"Iya sayang, pasti" lirih ibu memelukku.

Tiba-tiba handphone ku berbunyi "trit..trit"

"Halo, Assalamualaikum iya ada apa pak" sahut ku saat menjawab telepon secara buru-buru.

"Waalaikumussalam mbak, saya mau melaporkan bahwasanya ayah mbak kabur dari rumah sakit ini mbak" jawab pak Remo petugas kesehatan yang ikut mengobati ayah dari Rumah sakit jiwa Malang Jawa timur.

"Jadi bagaimana pak, apa yang bisa kami bantu?" Jawabku panik sambil menatap ibu dengan wajah pilu.

"Mungkin mbak atau saudara yang lain bisa membantu kami untuk mencarinya disini" pak Remo memberi saran agar salah satu dari kami keluarganya berangkat ke sana untuk mencarinya.

"Baik pak, insya Allah kami akan ke sana" jawabku tanpa banyak bertanya.

Kemudian dengan segera menutup telponnya.

"Sholeh biasanya, pulang jam berapa Bu dari bengkel?" Tanyaku pada ibu dengan wajah sendu ada rasa panik yang terselubung.

"Tenang, ada apa, mengapa panik begini, sebentar lagi mungkin dia akan pulang" jawab ibu.

"Ayah Bu, ayah kabur dari rumah sakit, kita harus ke sana mencarinya Bu"jawabku bersimpuh air mata.

"Astaghfirullah, sabar jangan panik, jadi bagaimana siapa yang akan ke sana?".

"Kita tunggu Sholeh datang ya Bu?"

Sholeh adalah adik pertamaku, sebelum dua adik perempuanku, kebetulan sekarang ia telah berhasil meraih impiannya dengan memiliki bengkel pribadinya, satu adik perempuanku sudah menikah dan yang satunya masih berjuang untuk skripsinya, semoga ia mampu melewati semuanya.

"Ya sudah, kamu mandi dan makan dulu sana, sambil menunggu adikmu" kaget ibu saat aku melamun dalam khayalku.

"Baik Bu" jawabku lagi sambil melangkah masuk rumah menuju kamarku.

TakdirkuWhere stories live. Discover now