Tak heran mengingat Warth hanyalah ketua militer dari bangsawan menengah meski Bougenville memiliki luas tanah lebih kecil daripada kekuasannya sendiri di Khopesh.

"Jadi, Tuan. Untuk negosiasi Anda dengan Kekaisaran Greed beberapa tahun lalu, kontraknya akan berakhir tiga bulan lagi. Apa yang akan Anda lakukan dengan sisa waktu ini?"

Jungkook diam, dalam hati menjerit: 'MANA KU TAU?!'

'AKU BUKAN LUST KALIAN! AKU MAHASISWA JURUSAN BISNIS, KENAPA TIBA-TIBA MENGURUSI DIPLOMATIK NEGARA?!'

Hening beberapa waktu, Jungkook memutar otak cerdasnya semaksimal mungkin lantas dengan tenang menjawab Warth lewat pertanyaan lain; "Saat negosiasi itu kau ikut ke kekaisaran Greed?"

"Tentu, Tuan. Baginda memerintahkan saya menjaga Anda."

Baginda? Siapa? Si Sikopat gila? Jungkook mengernyit tak percaya. Kesal sekali kala mengingat rambut, pupil mata, sayap besar dan segala pakaian yang dikenakan Pride. Semua serba hitam sebagaimana deskripsinya di buku God of Sins.

Mendadak, Jungkook merinding memutar memorial tentang senyum tenang dan luar biasa tampan yang mendadak berubah menyeramkan di depan mukanya, pada hari kemarin. 

Sungguhan deh! Pride benar-benar sikopat gila!

Ada sunyi lagi sejenak. 

Jungkook kembali berpikir untuk menjawab. Menyadari apabila seluruh dunia tau rasa cinta bertepuk sebelah tangannya pada Sang Pride, maka dengan demikian ia mengulas senyum, menemukan jalan keluar dari masalah ini.

Jungkook berdeham sok anggun seraya menyilangkan kaki jenjangnya, bersandar, menyesap teh dari cangkir yang cantik. Setelah mempertemukan bagian bawah cangkir tersebut pada piring kecil di tangan lain, ia berkata sambil menatap balik netra tajam Warth. Bertingkah tenang demi menutupi rasa gugup; "Jika kau ikut, beritau aku bagaimana kubernegosiasi dengan Greed."

"Maaf?"

"Y-yah," Jungkook mendelik ke lain arah, menatap luar jendela. Bermaksud mengelabui indra pengelihatan Warth dengan mengalihkan netranya yang kikuk dan panik, "Setiap hari, setiap jam, setiap waktu yang aku habiskan ... dipenuhi cintaku pada Pride. Aku bahkan tidak bisa mengingat apa yang terjadi hari kemarin kecuali bersama Pride dan tentang Pride," ajunya naratis, lantas menoleh lurus ke netra Warth, "Kau paham maksudku, Sir Min? Memoriku hanya bisa digunakan untuk mengingat Pride-ku yang selalu cemerlang setiap saat."

Benar begini kan cara bicara Si Lust sialan? Jungkook mengerjap mempertahankan senyum. Sulit mengulas bulan sabit yang tulus untuk mengelabui Warth, kala yang dirinya latih beberapa lama hanya senyuman bisnis, sanjungan dan kata-kata sarkastik demi terjun ke dunia usaha setelah lulus kuliah. 

Tepat, sejatinya Jungkook mampu berkelit dan pandai menipu orang lain dengan akal cerdasnya.

Namun Jungkook menjadi bingung saat mendapati wajah serius Warth yang justru memerah.

Kini hening menjelma beberapa lama. Sang dosa kemarahan tak berbicara apapun, menciptakan sunyi bagi mereka.

Hingga Warth memalingkan mata, melirik pada sembarang arah meski dengan sopan tetap mempertahankan letak wajah yang lurus menuju Lust; "Mm ...," ia mendengung singkat sebelum membungkuk dari duduk, meletakan tangan di tengah dada; "Maafkan atas kelancangan saya, tuanku. Anda melakukan negosiasi dengan kaisar Greed ... dengan cara Anda."

Jungkook mengerjap tak paham, "Jelaskan."

"Dosa ... sebagaimana dosa Anda. Anda menggunakannya," hening kembali menjelma, Warth masih cukup ragu mengungkapkan ini dengan terus-terang, akan tetapi di hadapan pemimpin dari sebuah kerajaan dirinya tak pula bisa menentang; "... malam panjang antara Anda dengan kaisar Greed. Hanya itu yang berani saya katakan, tuanku."

OccultismWhere stories live. Discover now