Tap tap tap

"Hina? Kau sudah datang?"

"Ara ara~ Akita-chan~ sudah lama kita tidak bertemu."

Kedua wanita dewasa itu saling mendekat dan berpelukan layaknya anak muda, tidak mengingat akan umur ataupun anak yang sudah dilahirkannya.

"Wah, Hina, kau semakin kurus saja," puji Akita dengan senyum yang tak luntur, merasa senang dapat bertemu teman masa kecilnya lagi.

"Ara ara~, kau bisa saja. Akita-chan, kau tidak banyak berubah, wajahmu tampak awet muda." Hina yang merupakan ibu dari Fukube balas memuji dengan tulus, diikuti kekehan yang melanda keduanya.

"Pfft, basa basi ibu ibu," bisik (Y/n) pada Fukube, yang membuat pria itu tertular rasa ingin tertawa, tapi harus ditahan karena takut mendapat amukan dari sang ibunda tercinta.

Walau terlihat manis dan anggun, Hina adalah sosok yang menyeramkan bagi anak anaknya. Tentunya, apabila mereka melakukan kesalahan. Lagipula, siapa ibu di dunia ini yang memarahi anaknya jika tidak bersalah?

Yah, memang pada dasarnya kedua putra keluarga Satoshi sama menyebalkannya bagi Hina.

"Eh, suami mu mana? Aku tidak melihatnya?"

Suara Akita yang mengudara menyadarkan (Y/n), ia ikut melirik dan tak dapat menemukan ayah Fukube berada di rumahnya.

"Dia tidak bisa datang, pekerjaannya semakin banyak akhir akhir ini, bahkan ia terlalu sering lembur," keluh Hina dengan raut wajah lesu.

Akita menepuk pundak Hina dan memberi senyuman terbaiknya, mencoba memberi semangat pada sahabat baiknya. "Jangan terlalu dipikirkan, dia bekerja untukmu juga, kan? Bagaimana jika kita langsung ke meja makan saja?"

Hina mengangguk dengan riang, sedikit bersyukur memiliki sahabat seperti Akita yang selalu menemaninya, walau 2 tahun terakhir keduanya tidak bertemu karena kesibukan masing masing.

"Oh iya! Untuk menggantikan suamiku, aku membawa calon menantuku yang paling manis!" Hina menarik Kazumi yang sedari tadi dibelakangnya, menunjukan betapa bangganya memiliki calon menantu seperti Kazumi.

(Y/n) yang berada tak jauh dari sana berdecak kesal dengan tangan terlipat depan dada. Kepalanya menoleh pada Fukube, membuat perhatian pria itu kini tertuju padanya.

"Gak asik ah, ngomongin calon mantu, pergi yuk."

Fukube terkikik geli melihat ekspresi (Y/n) yang sangat ketara tidak sukanya. "Emang kenapa, sih? Sensitif banget keliatannya." ia masih berusaha menahan tawanya.

"Gatau gak suka aja, gelay."

"Yee, bilang aja iri."

"Dih dih." (Y/n) melirik Fukube tidak suka, melenggang pergi dari tempat itu dengan perasaan yang sangat kesal. Kesal karena tak henti hentinya dikerjai oleh sahabat kecilnya.

"Witwiw, ada yang pengen cepet nikah, nih!"

"Berisik!"

.

Tidak, tidak ada acara spesial malam ini. Hanya pertemuan yang diiringi makan malam antara 2 sahabat yang sudah lama tidak bertemu. Yang tidak lain, adalah Akita dan Hina.

Keduanya sudah berteman baik semenjak menduduki bangku SMA, meski sempat berpisah saat Hina memutuskan menikah terlebih dahulu, mereka akhirnya bertemu kembali dan menjalin hubungan yang lebih dekat.

Alasan Fukube dan (Y/n) bisa sedekat itu, tak lain karena ibu mereka yang sering bertemu. Persahabatan keduanya semakin erat saat (Y/n) pindah ke kota Takayama, yaitu tempat tinggalnya sekarang ini, saat berumur kurang lebih delapan tahun.

Waiting for You || Hyouka (OrekixReaders) [✔]Where stories live. Discover now