1. Little Do You Know?

376 48 17
                                    

Langit malam sudah membentang ketika Wira menghentikan laju mobilnya dengan hati-hati di pelataran parkir gedung apartemen yang sudah dia huni sejak setahun terakhir. Lelaki itu menghela napas panjang sebelum akhirnya keluar dari mobil. Setelah melalui hari yang cukup melelahkan, rasanya dia tidak sabar untuk merebahkan diri dan beristirahat di tempat tidur.

"Wira!"

Panggilan itu berhasil mengalihkan perhatian si pemilik nama yang baru saja mengunci pintu mobil. Matanya membulat sempurna saat mendapati seorang perempuan bertubuh mungil yang dia kenal baik tengah berdiri di depan pintu masuk gedung apartemen. Wira yang kebingungan segera menghampiri perempuan yang tidak lain adalah sahabatnya sejak kecil.

"Lo ngapain di sini, Ay?" tanya Wira langsung saat dia sudah berhadapan dengan perempuan itu.

Ayas, begitulah Wira kerap memanggil perempuan itu, tersenyum sambil mengacungkan sebuah paper bag yang dibawanya. "Mau ngajak lo makan. Gue beli nasi goreng Mang Yono. Tapi udah agak dingin, sih."

"Lo udah lama? Kok enggak bilang mau ke sini?" tanya Wira dengan kerutan di dahi yang tidak kunjung memudar. Ada sesuatu yang aneh dengan gelagat Ayas. Pasalnya, Ayas tidak pernah sekalipun datang berkunjung tanpa memberitahu Wira sebelumnya. Belum lagi, Ayas bukan tipe orang yang sabar menunggu. Tapi, mendengar bahwa nasi goreng yang dibawa Ayas sudah mendingin, Wira bisa memastikan kalau Ayas sudah cukup lama menunggunya.

Ayas mendorong tubuh Wira pelan agar mendahuluinya untuk memasuki gedung. "Masuk, yuk! Gue udah laper banget."

Jika harus menjelaskan siapa sosok Ayas, Wira akan dengan percaya diri mengatakan bahwa Ayas adalah sosok teman terbaik yang dimilikinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jika harus menjelaskan siapa sosok Ayas, Wira akan dengan percaya diri mengatakan bahwa Ayas adalah sosok teman terbaik yang dimilikinya. Begitupun dengan Ayas. Wira yakin perempuan itu akan mengatakan kalau Wira adalah teman pertama sekaligus teman terbaiknya.

Wira dan Ayas sudah saling mengenal sejak usia mereka lima tahun, tepatnya setelah Wira dan keluarganya menempati rumah di samping rumah Ayas. Ayas adalah anak semata wayang. Ayas kecil yang selalu sendirian dan hanya ditemani pengasuh karena kedua orangtuanya sibuk bekerja, berubah menjadi sosok yang clingy setelah Wira kecil berkunjung bersama kakak dan ibunya ke rumah Ayas. Sejak saat itu, Wira dan Ayas tak terpisahkan. Mereka selalu mendaftar di sekolah yang sama sejak TK hingga perguruan tinggi.

Pasca lulus, barulah mereka terpisahkan. Wira memilih meniti karir sebagai desainer di biro iklan bernama FortuneAds, sedangkan Ayas memilih bekerja sebagai penyiar di salah satu stasiun radio terkemuka di Bandung.

Keduanya juga semakin jarang bertemu ketika akhirnya Wira memutuskan untuk menyewa sebuah apartemen agar lebih dekat dengan kantor. Selain karena Wira merasa perjalanannya dari rumah ke kantor akan cukup memakan waktu, apalagi kalau lembur, alasan lainnya adalah karena dia sudah punya cukup uang untuk membeli grand piano impiannya. Sayangnya, tidak ada space yang bisa menampung alat musik besar itu di rumah.

Grand piano yang akhirnya dimiliki Wira dan tersimpan apik di ruang tengah apartemennya bukan semata-mata sebuah keinginan belaka. Sejak dulu, Wira memang senang sampai akhirnya mahir bermain alat musik. Disaat Wira kecil mulai menggeluti permainan papan tuts, Ayas kecil yang clingy pun pada akhirnya menggeluti hal yang sama walau dengan jenis alat musik yang berbeda. Ayas memilih untuk memainkan alat musik gitar dan sekarang memiliki kemampuan bermain gitar yang cukup mahir.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 17, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Luckless RomanceWhere stories live. Discover now