1🍫

13 0 0
                                        

1. Hal Baru Untuk Salsa

"Jadi ... Salsa tinggal di Jakarta mulai sekarang, Ma, Pa?"

Kedua paruh baya itu mengangguk mengiyakan, salah satunya ialah mama dari gadis bernama Kattaya Salsabilla itu turut menimpali ucapan putrinya.

"Iya sayang, berhubung mama sama papa ada pekerjaan di sini, jadi untuk beberapa waktu kita tinggal di sini." Nova, mama Salsa berucap dengan melirik sang suami yang tengah menyetir dengan fokus.

"Iya, Sayang, pas banget kan nanti kamu sekolah SMA-nya juga di sini," timpal lelaki paruh baya yang masih tampak gagah diusianya yang sudah tak lagi muda. Afrian, papa Salsa.

"Kamu pasti seneng banget, kan, Nak? Dulu ... kamu loh yang merengek pingin pindah ke Jakarta mulu," papar Nova diakhiri kekehan.

Afrian pun turut terkekeh menimpali, sesekali lelaki itu melirik putrinya yang berada di kursi belakang.

"Iya, aku seneng kok Ma, Pa!" Salsa tersenyum, inilah salah satu ekspresi yang pantas ia berikan pada kedua orang tuanya. Ya, meski jujur saja Salsa agak berat untuk tinggal di Jakarta lagi, karena meninggalkan sang nenek di Singapura. Tapi tak ayal, dia pun merasa senang dalam hatinya.

Ah, andai saja neneknya itu ikut pulang ke Jakarta, maka Salsa mungkin akan berkali-kali lipat senangnya.

Tanpa terasa, setelah banyak perbincangan di dalam mobil, Salsa beserta kedua orang tuanya kini telah sampai di halaman rumah yang akan mereka tempati. Sebuah perumahan elit yang mungkin hanya dihuni oleh kalangan-kalangan pengusaha atau pejabat lainnya.

Salsa menghela nafasnya, lalu turun dari dalam mobil seraya menggendong ransel di pundaknya. Salsa menilik rumah yang akan ia tempati mulai saat ini. Lumayan! Ya, meski rumahnya kali ini tidak sebesar rumah neneknya di Singapura, tapi Salsa tetap menyukainya.

"Kamu langsung masuk aja, ya. Barang-barang kamu sudah dibereskan di kamar. Tinggal tanya Mbok Sasmi aja tuh," ucap Nova seraya memberikan petunjuk pada Salsa.

Salsa hanya mengangguk patuh, lalu berjalan perlahan memasuki rumahnya. Baru saja masuk, tampak seorang wanita berumur yang menyambutnya dengan senyuman hangat.

Salsa pun turut tersenyum sebagai salam penghormatan.

"Non Kattaya Salsabilla, ya?" ujar wanita baya itu sambil menunjuk sopan, tak lain ialah Mbok Sasmi.

Salsa menjawab dengan anggukkan kepala dan ukuran senyum.

"Kamarnya ada di atas, nanti ada tulisan nama Non, tepat di pintunya," jelas Mbok Sasmi ramah.

"Makasih ya Bibi."

"Mbok saja, Non," kilah Mbok Sasmi lembut.

Salsa tersenyum kecil lalu mengangguk lagi. Gadis itu melanjutkan langkah kakinya menuju kamarnya di lantai atas. Sesekali Salsa melirik dekorasi-dekorasi rumah barunya ini. Elegan sesuai dengan tipe sangat mama. Ah, mungkin memang mamanya yang memilihkan.

'Kattaya Salsabilla'

Pintu bertuliskan nama lengkap Salsa kini di depan matanya. Dengan perlahan, Salsa mendorong pintu kamarnya, dan ... betapa terkejutnya Salsa melihat pemandangan memukau di dalamnya. Bahkan, Salsa sampai berdecak kagum tak henti-hentinya.

Buru-buru Salsa memasuki kamarnya itu. Sebuah ruangan yang didominasi oleh warna coklat serta merah muda, warna kesukaan Salsa. Alangkah bahagianya Salsa, karena kamarnya yang baru ini hampir sama seperti kamarnya yang berada di Singapura. Hanya saja, yang ini lebih unik dan mengesankan lagi.

"Wow, luar biasa banget."

Tatapan manik mata Salsa berbinar-binar, dengan kedua tangan yang ditangkupkan di depan dadanya. Ya, seperti inilah reaksi Salsa saat melihat hal yang begitu ia sukai.

Salsa berderap dan duduk di atas kasurnya, yang sudah dihiasi boneka-boneka beragam macam rupa, tetapi hanya berwarna coklat dan merah muda. Dengan gemas, Salsa memeluk sebuah boneka berbentuk es krim. Sampai-sampai ia menduselkan hidungnya yang mungil pada boneka itu.

Salsa tersenyum lebar, gadis itu pun merebahkan ranselnya dan bangkit untuk melihat-lihat area kamarnya ini yang cukup luas. Mulai dari lemari, meja belajar, rak buku, hingga kamar mandi, Salsa sangat antusias melihat-lihat barang-barangnya itu.

Terakhir, Salsa berjalan riang ke arah balkon kamarnya. Ia ingin tau sebagus apa balkon kamarnya itu. Dan ... Salsa dibuat kagum lagi dan lagi, balkon kamarnya sangat sesuai imajinasi Salsa.

Ada sebuah sofa berbulu dengan warna coklat, dan meja kecil yang dibumbui oleh pot bunga mini di atasnya. Tak lupa, balkon kamar Salsa dibuat se-aesthetic mungkin dengan riasan pagar kayu yang ditumpangi lampu yang menyala dengan warna kekuning-kuningan. Juga, sederet bunga Krisan beragam warna di sekitarnya menambah sensasi kalem bagi Salsa.

"Aaaaa mama-papa memang paling tahu apa yang aku suka deh!" kagum Salsa dengan raut yang tak bisa menyembunyikan senyum bahagianya.

"Ah, mana pemandangan sorenya indah lagi," gumam Salsa. Gadis itu menatap langit yang mulai jingga. Sekali lagi Salsa sangat beruntung setelah dekorasi kamar impiannya, sekarang Salsa dapat melihat langit jingga yang indah seperti ini setiap harinya.

"Ah, aku mesti ucapin terimakasih ke mama-papa deh!!"

Saat Salsa ingin berbalik memasuki kamarnya lagi, suatu hal menghalangi niatnya. Gadis itu memicing pada suatu yang menjadi pusat perhatiannya beberapa detik lalu.

Ada seorang cowok tengah memainkan gitar bersama sebuah kucing di sebelahnya. Ntah cowok itu tengah bernyanyi apa, tetapi tanpa diprediksi, Salsa tersenyum penuh haru menatapnya. Tiba-tiba hati Salsa berdebar lebih kencang apa lagi saat melihat dengan jelas rupa cowok itu.

"Nikmat mana lagi yang aku dustakan hari ini?! Aaaa mama-papa makasih banget udah ngajak pindah huwaaa!!!!"





Tbc

Mohon maaf dengan typo yaa hee

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 26, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Empty SpaceWhere stories live. Discover now