Jaehyun bungkam. Ia tahu, ia telah melakukan kesalahan yang fatal.

Malam itu benar-benar di luar rencana. Awalnya Jaehyun hanya berencana untuk reuni. Bertemu teman-teman kampusnya dan menghabiskan malam dengan makan, minum-minum sambil bercerita mengenai masa-masa kuliah mereka yang menyenangkan. Namun semua niat itu berubah saat Jaehyun melihat Chaeyoung.

Malam itu Jaehyun duduk di meja yang diisi oleh alumni club basket fakultas—termasuk Johnny dan Yuta. Meja itu berada di dekat pintu masuk, jadi setiap ada yang datang, ia adalah orang pertama yang tahu.

Sekitar jam delapan malam, dua perempuan masuk ke dalam restoran. Yang satu berpakaian dengan pakaian branded yang fashionable, sedangkan yang satunya hanya mengenakan skinny jeans dan kemeja berwarna krem pucat.

Jaehyun mengenali perempuan yang berpakaian fashionable itu. Dia Lisa, si model yang belakangan menjadi buah bibir teman seangkatannya karena menjadi model cover majalah Vogue dan Harper's Bazaar. Sedangkan yang satu lagi ia tidak tahu.

Barulah saat Johnny menyapa perempuan itu, Jaehyun tahu namanya adalah Park Chaeyoung.

Jaehyun sama sekali tidak berencana untuk memperhatikan, tapi entah kenapa matanya selalu menangkap keberadaan Chaeyoung.

Sepanjang malam, Chaeyoung mengenakan wajah bosan dan mata yang menyorot sinis. Ia bahkan mendorong tubuh seorang senior mabuk yang mencoba untuk mengobrol dengannya hingga terjungkal.

Galak. Kira-kira begitulah kesan pertama Chaeyoung di mata Jaehyun.

Semakin malam, semakin ramai dan orang-orang sudah mulai tidak terkendali. Mereka berdiri, berkunjung dari satu meja ke meja lain untuk mengebrol dan di situlah Jaehyun memutuskan untuk duduk di sebelah Chaeyoung.

Jaehyun penasaran, dari angkatan dan jurusan mana perempuan itu? Kenapa wajahnya terlihat begitu asing?

Dan siapa yang sangka, niat awal keisengan Jaehyun malah membuatnya terperangkap dalam pesona Chaeyoung dan membawanya ke kamar hotel bintang lima.

"Aku tahu, aku salah, dan aku sama sekali nggak bisa ngelak. Tapi, aku mau kamu tahu, setelah malam itu kami nggak ada hubungan apa-apa lagi. Aku udah punya kamu, Jiho."

Jiho menggeleng. "Tapi kalian punya anak."

"Itu..., aku—karena" Jaehyun tidak sanggup untuk merangkai kalimatnya sendiri. "Jiho, tolong maafin aku. Aku sayang sama kamu."

"Aku nggak percaya." Jiho melepas tangan Jaehyun yang mengelus lengannya.

"Aku harus apa biar kamu percaya?"

Jiho tidak menjawab.

"Jiho, aku akan lakuin apa aja, supaya kamu percaya kalau aku dan Chaeyoung nggak ada hubungan apa-apa. Aku dan Chaeyoung murni kerja sama untuk Yewon dan Rion, nggak lebih."

Tangis Jiho perlahan mereka. Ia menyeka kasar jejak air mata di pipi, lalu menatap Jaehyun dengan mata yang sembab.

"Kalau begitu bawa aku ketemu Chaeyoung," ucap Jiho mantap.

***

Chaeyoung menaruh botol-botol susu di baskom kecil dan membawanya ke kamar mandi yang ada di ruang rawat inap Yewon.

Ia mengucurkan air panas dan dingin dari keran westfel ke dalam baskom, menentukan suhu yang tepat untuk merendam botol-botol itu.

Saat Chaeyoung masih sibuk dengan urusannya, ia mendengar suara pintu yang digeser terbuka.

"Junhoe?" seru Chaeyoung dari kamar mandi.

Beberapa saat yang lalu, Junhoe mengirimkan pesan kalau ia akan menjenguk Yewon. Tapi, apa munkin Junhoe datang secepat ini? Pesannya baru dikirim lima menit yang lalu.

My Valentines ✔️Where stories live. Discover now