Chapter 5

55 14 4
                                    

 ❤️🧡❤️🧡❤️🧡❤️🧡❤️🧡❤️🧡

Hari ini di sekolah Ryosuke sedang diselenggarakan event di mana para orang tua akan menyaksikan anak-anak mereka belajar secara langsung. Seluruh siswa akan membacakan cerita tentang orang tua mereka dan apa yang paling mereka suka dari orang tuanya. Satu per satu siswa telah selesai membacakan cerita mereka. Kini tiba giliran Ryosuke.

"Baik, selanjutnya Ryo-chan," pinta Yabu sensei.

Belum sempat Ryosuke membacakan ceritanya, pintu kelas terbuka membuat seluruh orang di dalamnya menengok ke arah pintu tersebut. Sesosok laki-laki muda segera masuk dan langsung mengambil tempat tepat di belakang Ryosuke karena bangku Ryosuke kebetulan memang berada di barisan paling belakang.

"Ryo-chan, maaf papa telat..."

"Waah... sekarang giliranmu ya? Semangat! Jangan gugup, Ryo-chan. Kamu pasti bisa karena bagi papa kamu adalah anak yang paling hebat," ucap Daiki yang memberikan semangat kepada anaknya.

Ryosuke melihat wajah papanya sebentar lalu mulai bercerita. "Mamaku.... Mamaku adalah... wanita yang hebat, tidak pernah marah saat aku nakal, selalu sabar mengajarkanku tentang banyak hal, dan tidak pernah menangis meski merasakan sakit. Ryo sayang sekali sama mama dan ingin terus melindungi mama, tapi.. ternyata Tuhan lebih sayang sama mama. Jadi sekarang mama sudah bisa tidur tenang, bahagia dan tidak akan merasakan sakit lagi...." Ryosuke menceritakan tentang mamanya dengan mata yang berbinar-binar, ia mencoba menahan air matanya hampir jatuh.

Setelah selesai Yabu sensei pun bertanya kepada Ryosuke

"Lalu, Ryo-chan, bagaimana dengan papamu? Apa yang kamu suka darinya? Dia sekarang sudah datang dan pasti sudah tidak sabar untuk mendengarnya. Ayo jangan malu-malu."

Ryosuke masih terdiam. Ia masih tidak tahu mau berbicara apa karena memang dia tidak menulis apapun tentang papanya.

Daiki yang melihat situasi ini langsung berbicara, "Aah.. tidak usah dipaksakan, Ryo-chan. Kamu tidak perlu bilang apa-apa. Selama ini aku tidak bisa menjadi papa yang baik yang bisa kamu banggakan. Aku mengerti." Daiki menarik nafas sebentar lalu melanjutkan pembicaraannya.

"Tapi aku tetap akan berusaha agar suatu saat kau bisa merasa bangga memiliki papa sepertiku." Saat Daiki menyelesaikan kalimat terakhirnya sambil mengelus puncak kepala Ryosuke dan mereka pun saling bertukar pandang untuk sejenak. Mata Ryosuke mulai berkaca-kaca mendengar ucapan papanya tersebut. Ia memalingkan wajahnya dan kembali memandangi kertasnya.

"O-oh baiklah. Tulisan tentang mamamu sangat bagus Ryo-chan. Kau bisa kembali du—" Yabu yang sedikit canggung dengan situasi ini akhirnya memutuskan untuk meminta Ryosuke kembali duduk. Namun satu hal yang tidak pernah ia duga terjadi. Muridnya itu menyelanya.

"Papaku.... aku tidak terlalu tahu tentang dia. Aku baru bertemu dengannya dua bulan lalu. Selama ini dia tidak pernah ada." Ryosuke bercerita sambil menundukkan kepalanya seolah tengah membaca tulisan di atas kertas yang dipegangnya.

 "Aku pikir aku memang tidak punya ayah. Sebenarnya aku tidak terlalu peduli aku punya ayah atau tidak. Aku pun sempat merasa tidak ingin mengenal orang yang tidak pernah ada saat mama kesakitan. Jika dia tidak peduli dengan mama, dia pun pasti tidak akan suka dengan kehadiranku. Tapi selama ini... semua yang papa lakukan, sama seperti yang mama lakukan untukku. Aku bisa melihat papa berusaha keras membahagiakanku, memberikanku segala yang kumau, mengajakku bicara walaupun aku tidak pernah menjawab dengan baik. Aku tahu dia juga sangat menyayangiku karena tangannya yang hangat dan tatapannya yang lembut sama persis dengan mama. Walaupun aku baru bertemu dengannya..." Ia berhenti sejenak untuk menoleh ke arah pria yang menjadi ayahnya itu. "Papa... aku ingin mengenalmu lebih jauh. Terima kasih sudah berusaha keras untuk menyayangiku," ucap Ryosuke dengan air mata yang sudah jatuh membasahi pipinya. Ia membungkukkan badannya agar tidak ada yang bisa melihat air matanya. Namun nyatanya, hal itu tidak luput dari pandangan Daiki yang juga tidak mampu untuk menahan tangisnya. Ia memeluk tubuh mungil anaknya itu dan mereka berdua pun menangis.

Untuk sesaat ruang kelas pun penuh dengan suasana haru, bahkan ada beberapa orang tua murid yang ikut menitikkan air mata. Tak ingin terus berlarut, Yabu sensei berusaha untuk kembali mencairkan suasana dan meminta murid menyanyikan lagu bersama. Setelah itu, suasana kelas kembali seperti semula. Daiki yang melihat Ryosuke akhirnya kembali ceria pun tersenyum bahagia.

TBC

 ❤️🧡❤️🧡❤️🧡❤️🧡❤️🧡❤️🧡

My SonOù les histoires vivent. Découvrez maintenant