12. penyebab

5 4 0
                                    

Hallo, selamat datang

Happy reading

📌Typo bertebaran

----

"Sasa! Gimana kabarmu?" Griya mengunjungi Sadika yang masih dirawat.

Husnun yang sedari tadi menemani Sadika, menoleh ke arah pintu tepat saat Griya memasuki ruangan.

Kresek putuh besar, berlogo supermarket Griya serahkan ke Sadika. Sadika tampak sibuk bermain ponselnya.

"Sa, itu Aya bawain makanan," tegur Husnun

"Oh, taruh aja disini," ucap Sadika

Griya tersenyum ke arah Husnun dan Sadika, menaruh kresek putih besar itu disamping brankar Sadika.

"Gimana keadaanmu Sa? Jauh lebih baik?" Griya yang akan menduduki kursi di samping brankar Sadika terhenti ketika Sadika menatapnya tajam.

"Nun, bisa potongin buah itu. Sasa pengen," pinta Sadika

Griya yang mendengar itu, langsung berdiri dan ingin memotongkan buah yang dimaksud Sadika, sebelum ucapan Sadika menghentikan pergerakannya.

"Nun, nggak denger Sasa bilang apa? Sasa ingin Husnun yang potong, bukan yang lain."

Ucapan Sadika sedikit membuat hati Griya berdenyut nyeri, setiap yang dilakukan Griya selalu salah di mata Sadika.

Husnun yang tak ingin memperpanjang masalah, segera dia beranjak menuju ranjang buah. Mengupas dan memotong buah kesukaan Sadika, apel.

"Sa," panggil Griya

Sadika mengangkat sebelah alisnya, "Apa?"

"Aya ada salah ya sama Sasa? Kenapa Sasa kayak ngejahuin Aya?" Griya mulai menanyakan kesalahan apa yang dimiliki Griya kepada Sadika.

Sadika menghentikan jari jemarinya memainkan ponselnya. Menatap Griya sekilas lalu membuang pandangannya ke arah depan.

"Lo tau Ya? Kesalahan terbesar lo selama ini apa?"

Griya menggeleng kepalanya pelan, dia benar-benar tak mengetahui apa yang menjadi kesalahannya.

"Coba jelasin dimana letak kesalahan Aya, sa? Selama ini dia selalu ngelakuin apapun itu buat lo." Husnun yang merasa gemas ikut menimpali perbincangan Sadika dan Griya.

"Lo dapetin apa yang nggak gue dapetin, Ya. Lo tahu? Setiap lihat lo tertawa bareng Ayah Ibu, sisi iri gue mencuat Ya. Gue iri lo tau itu, iri!?"

Diakhir penjelasan Sadika yang sedikit berteriak, membuat Griya merasakan pening di kepalanya. Bentakan Sadika mampu membuat penyakitnya kambuh.

Ritma jantung Griya berdetak sangat kencang, dia sangat pantang dibentak apalagi bentakan itu berasal dari orang yang tersayang.

"Gue selalu ingin diposisi lo, Aya. Papa gue, gak pernah anggep gue ada. Lebih parahnya lagi, mama gue aya. Mama, yang selalu ngebentak gue. Lampiasin emosinya ke gue, sampek gue mutusin buat kabur dari rumah. Dan lo tahu, ibu dengan ikhlas nerima gue apa adanya." nafas Sadika tersenggal-senggal

Dia ingin meluapkan segala emosinya, agar Griya maupun Husnun tahu berapa hancur dirinya.

"K-kamu bisa minta itu 'kan Sa ke aku? Kenapa harus menjauh?" ucap Griya terbata-bata

"Karena gue gak mau daprt belas kasihan lo, Aya! Gue ingin daprtin itu semua dengan kelakuan gue sendiri! Inget itu!"

Cukup, cukup sudah. Griya tak sanggup lagi mendengarkan curahan hati Sadika yang penuh dengan amarah.

candle of hope (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang