17. Pilih dengan Bijaksana

Start from the beginning
                                    

"Beda, Lis. Aku mau baju yang ada tulisan Rio De Jenerio-nya."

Bibir Lisa menipis. "Baiklah," ucap perempuan kurus itu pada akhirnya.

***

"Cup, cup, cup, Sayang. Kenapa nangis terus, sih? Tadi pagi waktu jalan-jalan di taman sama Tante Lisa nggak kenapa-kenapa." Chaeyoung mondar-mandir di dalam apartemennya sambil menggendong Yewon. Ia menepuk-nepuk punggung bayi perempuan itu agar tenang.

Entah kenapa, sejak sore Yewon tidak berhenti menangis. Awalnya Chaeyoung pikir kalau Yewon haus, makadari itu Chaeyoung membuatkan susu. Tapi, pada akhirnya susu itu tak terminum dan Yewon masih terus menangis.

Chaeyoung semakin panik saat Yewon mulai muntah dan suhu tubuhnya meninggi.

"Kita harus ke rumah sakit." Chaeyoung membaringkan Yewon yang masih menangis di kasur. Rion yang semula tertidur, jadi terbangun dan menangis karena mendengar tangisan saudara kembarnya.

"Sebentar, ya, Sayang." Chaeyoung tergesa-gesa mengambil tas dan memasukan keperluan bayi. Ia lalu mengambil ponsel untuk memesan taksi, namun suara Yewon yang muntah membuyarkan pikirannya.

"Yewon." Chaeyoung memiringkan tubuh Yewon agar tidak tersedak muntahannya sendiri. Ia lalu menyeka sisa muntahan dengan tissue basah.

Sambil memeluk Yewon, Chaeyoung berencana untuk menelepon taksi. Namun niatnya urung saat menyadari kalau ia tidak mungkin bisa membawa dua bayi kembar sendirian ke rumah sakit.

Chaeyoung butuh bantuan.

Yang pertama kali terlintas di pikiran adalah Lisa, namun Chaeyoung ingat kalau malam ini Lisa sedang dalam penerbangan ke Rio De Jeneiro.

Kemudian Jennie, tapi ia sama sekali tidak enak hati untuk merepotkan pengantin baru itu di tengah malam seperti ini.

Oh, aku tahu.

Tangan Chaeyoung bergerak cepat menghubungi nomer telepon Junhoe. Sejak di masa kehamilannya, Junhoe begitu tulus membantunya. Ia pikir, Junhoe tidak akan keberatan kalau direpotkan sedikit lagi malam ini.

Satu kali mencoba, tidak diangkat.

Dua kali masih tidak diangkat.

Ketiga kali masuk ke pesan suara.

Chaeyong mengerang frustasi. Saat otaknya terasa buntu, satu nama tiba-tiba muncul dibenaknya. Jemari Chaeyoung bergerak cepat.

Please ... please ... angkat teleponnya. Dengan gelisah Chaeyoung menempelkan ponsel ke telinga kanan.

"Halo?"

"Jaehyun?"

***

Televisi yang ada di hadapan Jaehyun sedang menayangkan film horror. Jiiho bilang, film itu adalah film terbaik tahun ini, dan ia sengaja tidak menontonnya agar bisa menonton bersama dengan Jaehyun.

Tetapi, belum genap tiga puluh menit film itu terputar, Jiho sudah terlelap tidur.

Jaehyun yang sudah terlanjur penasaran dengan ending cerita film tersebut, memutuskan untuk menonton sendiri. Saat film sedang menayangkan adegan pembunuhan di sebuah lorong gelap, ponselnya tiba-tiba berdering.

Tanpa melihat siapa yang menelepon, Jaehyun langsung mengangkatnya.

"Halo?"

"Jaehyun?"

Kening Jaehyun berkerut. "Chaeyoung, ada apa?" ia melirik ke arah Jiho yang tertidur di sampingnya.

"Jaehyun, Yewon demam tinggi, dan sekarang dia muntah-muntah."

My Valentines ✔️Where stories live. Discover now