Do I Make My Self Clear? -The Ultimatum-

412 15 5
  • Dedicated to Heginia Putri Nabillah
                                    

Beep!

Aku mendongak untuk mengambil ponsel di atas meja. Berhati-hati agar gerakanku tidak membangunkan David. Masalahnya, aku sudah terlalu nyaman dengan posisi kami saat ini. Kalau David tiba-tiba terbangun, dia pasti akan melepaskan pelukannya dan menggerutu marah.

Anubis.

Shit!

Melihat nama Anubis terpampang di layar ponselku membuatku terbangun dengan cepat dan duduk di tepi ranjang. David mengerjap-ngerjapkan mata karena ia juga terbangun karena gerakanku. Ia menggumam kesal dengan bahasa yang sulit kumengerti dan menguap pelan.

Ia menatapku heran saat melihat raut mukaku yang ketakutan. Aku memang selalu takut pada Anubis. Karena itu aku berusaha menjaga kontak dengannya hanya dengan cara berkirim email. Dan kali ini ia meneleponku. Dia tidak akan meneleponku kalau tidak ada keadaan yang genting. Oh! Am I in trouble now?

Tanganku gemetar. Seluruh bagian tubuhku menegang karena ketakutan. Oh! He’s going to kill me! Apa aku berbuat salah? Aku bahkan tak tahu apa kesalahanku.

“Ziana, kau tak apa?” Tanya David cemas sembari menyentuh lenganku.

Astaga! Aku lupa dari tadi David memandangiku dari belakang. Apa yang harus kukatakan? Aku tak mungkin membiarkan David mengetahui rahasia terbesarku. Tak mungkin juga aku mengatakan tak ada apa-apa karena David terlanjur melihatku ketakutan. Kalaupun aku segera merubah raut mukaku, percuma saja.

“Uh, aku harus menjawab telepon ini. Kita sudah sepakat untuk tidak mencampuri urusan satu sama lain kan? Urusi saja urusanmu sendiri. Liat kau telah melampaui batas ranjangmu.” Kataku. Aku tak bermaksud ketus, tapi gugup membuatku kehilangan kendali.

David menatapku bengong sebelum akhirnya menyadari kalau ia memang telah berpindah ke bagian ranjangku. Aku melihat pipinya merona merah dan ia berusaha menutupinya. Benar-benar hiburan di pagi hari. Tapi aku tak punya waktu untuk ini. Aku harus segera menjawab telepon Anubis sebelum ia benar-benar kesal dan menyuruh orang untuk membunuhku.

Susah payah aku menggerakkan jariku untuk menggeser layar IPhone dan menerima telepon dari Anubis. Aku harus berdoa beberapa kali terlebih dahulu sebelum akhirnya memberanikan diri mengangkat telepon.

“Yeah?”

“Kau tahu aku tidak terlalu suka menunggu bukan, Cleopatra.”

Aku menelan ludah. Ah! Dia pasti kesal sekali. “Maaf. Aku baru bangun tidur.”

“Ya, aku tahu. Sekarang menyingkirlah dari suamimu dan dengarkan perintahku.”

Aku menoleh ke belakang. David masih di sana. Ia merebahkan kembali tubuhnya dan menutup wajahnya dengan bantal. Mungkin ia masih mengantuk dan ingin tidur lagi. Mungkin juga ia ingin menutupi semburat merah di wajahnya karena gurauanku tadi. Dasar!

Perlahan aku melangkahkan kakiku dan membuka pintu balkon. Udara pagi yang sejuk langsung menerpa wajahku dan membuat bulu kudukku merinding. Aku menghela napas panjang. Bersiap menerima segala perintah yang diberikan Anubis. Tanpa melepas pandanganku pada pemandangan indah di depan, aku mengulurkan tanganku yang bebas ke belakang untuk menutup pintu yang terbuat dari kaca.

I’m free.” Kataku.

“Bagus. Aku tahu saat ini CIA sedang melakukan interogasi besar-besaran pada keluargamu. Akhenaten memang ceroboh. Dia tidak memeriksa dulu pernikahan siapa yang akan dihadiri targetnya. Harusnya kalau ia tahu itu pernikahanmu dan tidak membuat kacau di sana.”

“Aku tahu apa yang kau maksud Anubis. Akhenaten memang ceroboh. Tapi kau tenang saja. Aku tidak akan mengatakan apapun pada mereka.” Jelasku.

Terdengar helaan napas yang berat dari seberang. “Ziana, sweetheart. Kau tahu bahwa kau adalah putri kesayanganku bukan?” Aku mengangguk meskipun ia tak akan bisa melihatnya. Tentu saja aku bukan putrinya. Yang ia maksud adalah bahwa aku adalah anak buah kesayangannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 04, 2013 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

entièrement contrôléWhere stories live. Discover now