Trust Me

1.8K 144 17
                                    

"P'Sing.."

Suara lirihan seorang pria berparas manis mengalihkan atensi Singto dari laptop di depan nya. Singto menghembuskan nafas panjang, kepala nya menoleh sekilas ke arah samping dimana saat ini ada sosok pria manis dengan pandangan mata berkaca-kaca tengah menatapnya. Hanya sekilas, setelah itu ia kembali memusatkan perhatian nya pada pekerjaan yang seakan memanggil nya untuk segera di selesaikan.

"Apa kau benar-benar mengakhiri kontrak dengan GMM?"

Tanya pria manis itu lagi, yang tak lain adalah Krist, pantang menyerah untuk menarik perhatian sang pria berkulit tan. Bahkan kini jari jemari nya pun menarik pelan ujung kaos yang tengah Singto kenakan. Layaknya seorang anak kecil yang di abaikan oleh orangtuanya.

"Bukan kah kita sudah membicarakan hal ini?"

Itu suara Singto, ia menjawab pertanyaan Krist tanpa menoleh sedikitpun. Masih berkonsentrasi dengan layar laptop nya, berharap Krist berhenti membahas masalah yang sudah dari jauh hari ia katakan.

"Aku pikir itu masih lama, aku tidak tahu kau akan keluar secepat ini." Suara Krist terdengar parau, ia menarik air di hidung nya yang hampir menetes, bening kristal dimata nya seolah berlomba-lomba ingin keluar dari pelupuk mata pria manis tersebut. "Bagaimana jika fans kita kecewa dengan keputusan mu? Bagaimana jika mereka meninggalkan kita? Apa kau tak memikirkan nya?"

Lagi dan lagi Singto kembali menghela nafas.

"Kit, aku yakin mereka akan mendukung ku untuk meraih impian ku. Jika mereka pergi, artinya mereka tidak benar-benar mencintai kita."

Singto memijit pangkal hidung nya. Bingung menghadapi sosok pria manis yang selalu menemaninya beberapa tahun belakangan. Dengan perlahan tangan nya bergerak menutup laptop kemudian memutar tubuh nya ke samping, mengalihkan pandangan sepenuhnya pada Krist yang kini tertunduk.

"Fans kita, Peraya. Mereka pasti kuat. Mereka tidak semudah itu meninggalkan kita. Percayalah."

Anggukan pelan mengatung di udara dari Krist. Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya lolos dari pelupuk mata nya. Melihat hal itu, Singto sontak menangkup wajah Krist, mengarahkan mata mereka untuk saling bertatapan.

"Apalagi yang kau pikirkan?" Tanya Singto, karena ia tahu, masih ada hal mengganjal di benak pria manis kesayangannya tersebut.

"Aku takut kita tidak memiliki banyak waktu bersama ke depannya, jika P'Sing masih di GMM setidaknya kita masih bisa bertemu di gedung. Aku takut, kemungkinan kita untuk melakukan pekerjaan bersama tak ada lagi. Aku takut P'. Aku takut akan sulit untuk menemuimu."

Cerocos Krist panjang lebar, mengutarakan kegundahan hati nya, tak menyadari jika apa yang telah ia ucapkan membuat pria Tan di depan nya menyunggingkan senyum lembut. Singto mengerti apa yang Krist rasakan, karena Singto pun sempat berpikir hal itu meskipun hanya sejenak. Mereka telah bersama sejak delapan tahun belakangan, banyak hal yang telah mereka lewati bersama selama menjadi sunior dan junior di universitas dulu ataupun sebagai rekan kerja yang sering di sorot oleh publik sebagai pasangan. Ketakutan itu pasti ada, namun mereka harus bisa menepisnya. Terlebih Singto sudah memikirkan keputusan yang telah ia ambil dengan sangat matang.

"Kit." Panggil Singto pelan, ia menggenggam jemari Krist yang masih setia memilin baju nya. Pandangan Singto menyisir, memaku kedua manik hazel yang selalu sukses membuat debaran jantung nya semakin berlari maraton.

"Aku memutuskan kontrak ku, bukan berarti kita tidak bisa bekerja bersama lagi. Kau bisa menemuiku di luar, kau bahkan bisa datang ke kondo ku semau mu dan jika kau tak bisa datang, maka aku yang akan menghampiri mu, menghabiskan malam berdua denganmu di atas kasur, saling memeluk atau bahkan mendesah bersama. Membuat muffin dan pluto merasa iri karena papa nya aku kurung di kamar."

☑️ Our World [SINGKIT]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin