14. Love Me, Love Me not

Mulai dari awal
                                    

"Kok Rion begitu. Papa belum makan, loh, dari siang. Masa Rion tega Papa kelaparan."

Rion tidak menjawab.

"Temenin Papa makan, yuk, sebentar aja."

"Nggak mau." Rion menjauh saat punggungnya disentuh Chaeyoung.

"Yuk... yuk... yuk... jagoan. Nanti Mama beliin es krim, deh. Tinggalin dulu mainannya, mereka nggak akan kemana-mana, kok. Nanti pulangnya Rion bisa main lagi."

"Nggak, nanti pulangnya jam sembilan, dan Rion disuruh tidur nggak boleh main lagi," protes Rion.

Kalau dipikir-pikir alasan anaknya itu ada benarnya juga.

Jam sembilan adalah batas jam malam Rion.

Apalagi dengan adanya Jaehyun, sudah bisa dipastikan kalau ia akan menunggui Rion di kamar sampai anakitu tertidur.

Ya, tapi mau bagaimana? mau tidak mau Rion harus ikut. Masa ditinggal sendirian di rumah?

"Oi, Tiger," Jaehyun berseru di ambang pintu kamar Rion.

Kali ini ia sudah mengenakan hoodie abu-abu, dan topi baseball—setelan yang biasa ia gunakan setiap kali mereka keluar untuk acara santai.

"Aku bukan Tiger! Aku kodok!" Rion yang tadinya sudah kesal semakin menekuk wajahnya.

"Oke, kodok. Temenin Papa makan, yuk. Kita makan di tempat barbeque yang Rion suka. Yang waktu itu Rion masak sendiri dagingnya. Terus ada perosotannya juga."

Untuk pertama kalinya, wajah Rion terangkat dan ada sorot ketertarikan di matanya.

"Nanti kita pesen cheese mandu sama puding mangga di sana. Rion suka, kan?" Jaehyun kembali membujuk.

Rion kali ini sudah 50% tertarik dengan tawaran Jaehyun, namun miniatur hewan yang ia pegang memberatkan hatinya.

"Mainannya bawa aja. Tapi jangan banyak-banyak."

"Boleh, Pa?" mata Rion berbinar.

"Boleh, dong. Kata siapa nggak boleh."

Dengan senyuman lebar Rion membawa miniatur kambing dan harimau lalu berlari ka arah Jaehyun.

"Ayo, Pa, aku mau masak daging. Aku mau makan puding." Rion menarik-narik celana Jaehyun.

"Oke, Tiger."

"Ihhh kodok, Papa!"

Jaehyun tertawa. "Iya, pangeran kodok." Ia lalu menggandeng tangan Rion. Sebelum benar-benar melangkah, Jaehyun melirik Chaeyoung yang masih berada di dalam kamar Rion.

"Ayo," ajak Jaehyun, kemudian ia dan anaknya yang terobsesi dengan kodok itu melenggang pergi.

Meninggalkan Chaeyoung sendirian.

Kenapa, ya?

Kalau urusan bujuk membujuk Rion, Jaehyun itu selalu menang dari aku?

Padahal yang mengandung Rion selama delapan bulan itu aku, yang melahirkan juga aku, yang menghabiskan waktu dengan Rion lebih lama tentu saja aku, tapi kenapa...

Chaeyoung menghembuskan napas

"Ah,sudahlah." Gumamnya sebelum menyusul dua laki-lakinya keluar kamar.

***

Entah ini hanya perasaan Chaeyoung saja, atau Jaehyun memang sejak tadi mencoba untuk menggandeng tangannya?

Saat di depan pintu apartemen, Chaeyoung tiba-tiba merasakan genggaman tangan Jaehyun. Tapi ia buru-buru berkilah dengan pura-pura membetulkan tali sepatunya yang sebenarnya baik-baik saja.

My Valentines ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang