Chapter 6 : Now Start

Start from the beginning
                                        

"Lo jangan khawatir Yang, ada gue dan yang lain, kalau orang itu macem macem sama lo, bilang sama kita. Gue tau berurusan sama Jaemin bikin lo ga bisa bebas seenaknya, jadi lo ga boleh laluin ini sendirian oke. Inget kalau lo punya kita." Seketika semua yang ada di kamar Renjun mengangguk setuju mendengar penuturan Shotaro. Bahkan Chenle sudah beranjak dari tempat duduk nya dan menghampiri Yangyang hanya untuk memeluknya, sekedar memberikan semangat.

"Lo jangan khawatir kak, ada gue kok hehe." Ucapan Chenle membuat semua nya tertawa. Anak itu bisa tiba tiba berubah manja jika berada di hadapan mereka, padahal jika sedang sendirian di sekolah ia akan berlagak dingin. Dasar anak kecil.

"Thank you guys buat semuanya, kita bahkan belum kenal lama tapi kalian udah perlakuin gue sampe segini nya."

"Mau bentar atau lama lo tetep temen kita, lagipula lo udah kenal sama Renjun, Chenle duluan kan." Ucap Haechan dengan senyum tulusnya menjawab perkataan Yangyang.

Yangyang mengangguk pelan dan tersenyum, "Thank you, oh iya gue pamit pulang duluan ya, takut dicariin kakak gue."

"Hati hati Yang, atau lo mau gue anter?" Ucap Haechan sembari memperhatikan Yangyang yang sibuk membereskan barang barangnya.

"Ga usah Chan, gue bisa naik bus. Duluan ya!" Setelah mendapat ucapan hati hati dari temannya, Yangyang segera beranjak pulang menuju rumahnya.


┏✧–––" J • A • E • M • Y • A • N • G "–––✧┛


Udara dingin di malam hari tidak membuat Jaemin mengurungkan niatnya menemui kembarannya.

Dengan tangan yang menenteng sebuah buket bunga, Jaemin berjalan dengan senyum yang sedikit mengembang. Ia senang karena hari ini bisa menghabiskan waktu lebih banyak untuk saudaranya, bahkan Jisung, adik bungsu nya itu ikut bersamanya untuk menjumpai Jeno, dan kini orang itu mengekor di belakang.

Senyum nya tidak bertahan lama, kini bibirnya kembali biasa dan matanya menatap marah pada seseorang yang ia lihat sedang berada di dekat Jeno.

"Ngapain lo disini?" Ketus Jaemin pada orang di hadapannya. Melihat sang kakak mulai tersulut emosi, Jisung maju selangkah menyamai posisi Jaemin demi menahan kakaknya agar tidak mengamuk.

"Ada urusan apa bang? Sampe lo dateng ke sini." Ucap jisung dengan suara sedikit lebih santai daripada Jaemin.

"Gue cuma mau ketemu Jeno bentar." Jawab lelaki itu singkat, ia tidak ingin berbicara lebih sebab merasakan aura gelap yang disebarkan oleh Jaemin.

"Jangan sok merasa bersalah, lo yang udah buat dia sampe kayak gini, anjing! Pergi." Titah Jaemin telak, orang itu hanya menghela nafas pasrah, padahal dirinya masih ingin menyampaikan sesuatu pada Jeno. Namun ia harus menunda niatnya demi menghindari amukan Jaemin yang bisa bisa meledak seketika. Sampai akhirnya lelaki itu beranjak dari tempatnya lalu pergi meninggalkan sepasang kakak adik itu disana.

"Sung, gue pergi duluan, gue udah ga mood gara gara liat muka itu orang, besok baru balik lagi kesini." Jaemin menepuk bahu Jisung pelan lalu pergi ke luar ruangan di mana dirinya berada tadi. Tangannya merogoh saku untuk mencari ponsel, lalu jarinya menekan sebuah kontak yang menampilkan nama seseorang yang dia cari.

"Apa lagi anjing?" Suara ketus yang berada di seberang telfonnya menyapa Indra pendengaran Jaemin, membuat pria itu terkekeh kecil.

"Santai dong, gue mau nyuruh lo temuin gue di club' Vision, sekarang juga." Jawab Jaemin dengan suara yang sedikit lebih lembut daripada orang di seberang telfonnya tadi.

"Harus banget gue kesana? Ogah ya!"

Setelahnya hening tanpa ada balasan selama beberapa detik.

"Chenle temen kecil lo kan Yang?" Ucap Jaemin tiba tiba, dapat Jaemin dengar bahwa lelaki yang di telepon nya mengumpat dengan banyak kata kata kasar.

"Cara main lo licik banget anjing, kenapa lo harus bawa bawa nama anak itu? Ini masalah kita berdua Jaem!" Yangyang meledakkan amarahnya. Setiap katanya terdapat nada marah. Jaemin tersenyum menang.

"Dia kelemahan lo ternyata, kalau lo ga mau gue main licik makanya dateng ke club' jam 9. Kalau sampe gk dateng bisa bisa semua temen lo ikut gue seret ke masalah ini."

"Oke fine! Gue jalan sekarang." Setelahnya sambungan telefon pun dimatikan sepihak oleh Yangyang. Jaemin masih menyeringai licik sepanjang jalan menuju club' yang dijanjikannya.

Dalam jangka 15 menit perjalanan, Jaemin tiba lebih dulu di lokasi, dirinya memilih untuk duduk santai di salah satu sofa yang biasa digunakan olehnya dan kawanan nya.

"Kenapa lo nyuruh gue kesini?"

Mendengar suara seseorang yang tepat berada di sampingnya, Jaemin menengok lalu mendapati seorang pemuda kecil dengan kemeja kotak kotak merah dan ripped jeans sedang menatapnya tajam.

Jaemin menepuk kursi kosong di sebelahnya memberi gesture menyuruh Yangyang duduk disana. Walau sebenarnya ia enggan untuk menurutinya, tapi akhirnya mau tidak mau ia duduk di samping Jaemin di tengah sofa besar itu.

Baru ingin kembali membuka suara, Yangyang dikejutkan dengan perlakuan Jaemin, orang itu memajukan wajahnya agar mata mereka sejajar dengan jarak yang tipis. Yangyang bisa merasakan nafas hangat Jaemin menerpa wajahnya.

"Gue pernah ngajak lo buat bikin suatu perjanjian kan?" Yangyang tidak menjawab, dirinya lebih memilih untuk memfokuskan diri saat tangan besar Jaemin mulai mengelus pahanya dengan perlahan dan terus merembet naik.

"Gue bakal kasih tau setelah lo selesai lakuin ini sama gue." Setelahnya bibir Jaemin menempel dengan miliknya. Laki laki itu menarik tengkuk Yangyang demi memperdalam ciumannya, tangan satunya merengkuh pinggang ramping milik Yangyang dengan erat seolah Yangyang bisa saja lepas sewaktu-waktu.

Bibirnya melumat bibir bawah Yangyang dengan nafsu, lalu berakhir dengan menggigitnya lumayan keras hingga menimbulkan rasa anyir darah ditengah ciuman mereka. Yangyang membuka mulutnya saat merasakan sakit akibat gigitan Jaemin, dan setelahnya lidah Jaemin masuk kedalam mulutnya dan mengajak lidah Yangyang untuk bermain main. Jaemin melilitkan lidahnya dan Yangyang pun membalasnya hingga terjadi pergulatan lidah dalam permainan ini.

"Mmhh."

Air liur yang sudah tercampur mulai menetes melewati dagunya. Nafas Yangyang mulai menipis, namun Jaemin sepertinya tidak berniat menyudahi ciuman panas mereka. Kedua tangannya mengalung di leher Jaemin, jari jarinya meremat baju lelaki itu memberi sinyal jika Yangyang kehabisan oksigen. Dan sepertinya Jaemin tidak menghiraukan itu, buktinya Jaemin malah sibuk mengelus kulit halus Yangyang dari dalam kemejanya membuat Yangyang melenguh pelan tanpa sadar.

"Nghh hahh.. hah.." Ciuman mereka terlepas setelah sekian lama Yangyang menepuk pundak Jaemin untuk memintanya berhenti. Yangyang mencoba menghirup udara sebanyak mungkin, mengisi kembali paru parunya yang mulai kehabisan oksigen.

"Gue suka denger desahan lo." Bisik Jaemin tepat di sebelah telinganya, tubuh Yangyang bergidik saat suara berat itu memenuhi indra pendengarannya.

Jaemin tiba tiba menuntunnya untuk berdiri lalu menarik tangannya untuk keluar dari club' dan berjalan menuju parkiran. Yangyang berhenti tepat setelah Jaemin membukakan pintu mobil untuk ditumpanginya.

"Mau kemana?"

Jaemin berbalik menghadap Yangyang, "Apartment gue." Alis Yangyang bertaut saat merasa kebingungan dengan maksud dari pemuda itu, namun karena dirinya terus ditarik oleh Jaemin agar segera duduk di kursi penumpang, akhirnya Yangyang menurut lalu duduk dengan nyaman di kursinya. Jaemin langsung melajukan mobilnya meninggalkan club' untuk menuju ke apartment miliknya.

TBC

hhhehehehhehehe ganti cover hhhehehehhee🙈🙈🙈 malu bgt aw🙈 e-eumm itu jeno nya kenapa tuh🤔🤔🙈 MAU KABUR DULU AH HHEHE AKU MALUE🤧🏃‍♀️💨

Return : by Sunrishie

RETURN [Jaemyang]Where stories live. Discover now