Prolog.

31.5K 1.7K 803
                                    

Disclaimer: Don't like Don't Read, semua milik orang tua masing masing saya di sini hanya meminjam nama.

Jadi bagi yang tidak suka mohon menjauh, ide cerita ini begitu aneh dan sesuka hati author. Dan hal ini murni Imajinasi ya. Kita bebas berimajinasikan jadi bagi kalian sudah di peringatkan jangan salahkan authornya ya.

Ada beberapa adegan yang tidak pantas, di dalamnya jika di baca anak di bawah umur, jadi aku harap kalian jangan nyalahin aku ya. Dari awal udah di peringati.

Summary : Cuma cerita tentang Jeongharu.

.
.
.
.
.
.
.
.
..
.
.
.

Tubuh rapuh itu tergeletak di lantai berdebu gudang sekolah, tubuhnya nyaris telanjang. Penuh memar dan luka, di sampingnya terdapat tas sekolah juga buku berserakan. Kaca mata bulat yang selalu di gunakan remaja itu juga pecah akibat injakan dari beberapa orang yang masih tertawa sambil merekam adegan itu.

Air mata dan permohonan ampun darinya tidak di dengar. Semua orang seolah tuli untuk menghentikan tindakan pelecehan juga penyiksaan ini.

"Gue udah bilang sama lo buat gak terlalu pinter jadi orang, Juara umum pararel ? Lo mau bercanda sama gue."bentak Daren geram sambil memukul wajah Haruto lagi entah untuk ke berapa kalinya.

"M-maaf."ucap Haruto lirih tubuhnya tidak lagi sanggup memberi perlawanan ataupun melindungi diri, agar setidaknya pukulan itu tidak mengenai titik vital.

"Brengsek! gara gara lo orang tua gue nyita semua fasilitas gue, Lo pasti seneng kan? JAWAB. "Bentaknya marah.

"Iyalah pasti di belakang dia ngetawain kita, Lo itu kaya, pinter, dari keluarga terpandang. Hidup lo terlalu sempurna sampe gue muak."ucap Honjun tajam tangannya mencengkram pipi Haruto kuat.

"Siram ni bocah biar dia tetep sadar."perintah Daren saat melihat mata Haruto yang hampir tertutup.

Byur..

Satu ember langsung di tuangkan di atas tubuh Haruto yang nyaris telanjang. Padahal cuaca hari ini sangat dingin.

Benar saja begitu air itu mengguyur tubuh Haruto yang tadinya akan kehilangan kesadaran, matanya langsung terbuka kaget. Badannya gemetar kedinginan juga rasa sakit dari luka yang semakin perih.

Kenapa hari ini pembulyian mereka sangat lama, dia pikir mereka hanya akan membiarkan dia kehilangan kesadaran lalu pergi begitu saja seperti hari hari kemarin.

Tapi kenapa hari ini sepertinya amarah mereka semakin menjadi, dan juga tanpa perasaan melepas seragamnya.

"Watanabe Haruto. Gue bakal bikin lo di jauhi satu sekolah setelah ini."senyum Honjun kemudian melirik Daren yang mengangguk pelan.

"Anak Jenius kebanggaan satu sekolah ternyata gak lebih dari sekedar pelacur haus belaian. Gimana bagus kan ceritanya, foto tubuh telanjang lo bakal gue sebar. Kalo perlu gue juga bakal ngasih ke media biar keluarga lo ikut nanggung malu gara gara punya anak gak berguna kaya lo."tawa Daren kemudian segera bertindak akan menarik celana seragam Haruto.

Klek...

"Apa ini."ucap seseorang yang baru saja membuka pintu gudang.

Matanya terlihat datar, salah satu tangannya di masukan ke dalam celana seragam. Kemudian berjalan pelan ke arah lima orang yang terdiam bisu. Tidak berani mengambil respon saat orang ini masuk.

"Bullying? Wahh.. gue gak nyangka di YG masih ada kasus pembulyian kaya gini."senyumnya ramah akan tetapi terlihat menakutkan di mata semua orang.

"Daren, Honjun, Chanle, Huabo, Darui. Apa yang mesti gue lakuin sama kalian?"tanyanya santai. Tapi tidak ada satupun dari mereka yang bisa menjawab.

Bullying.Where stories live. Discover now