01. First

45 10 1
                                    

Hujan turun dengan derasnya menghantam bumi. Namun, orang-orang tetap saja berlalu lalang dengan menggunakan payung, dan sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Mereka tidak mempedulikan pemandangan di sekitarnya.

Termasuk pemandangan menyedihkan seorang bocah sedang meringkuk di depan toko yang sudah lama ditutup. Ia memeluk lutut nya sembari berbaring menyamping, berusaha membuat tubuhnya tetap hangat dan aman. Surai putih nya nampak kusam dan kusut, manik biru nya tidak terlihat berbinar-binar seperti yang ada pada anak-anak lainnya. Kulit nya nampak pucat dan lengan nya pun terlihat kurus kering. Betapa menyedihkan nya bocah itu saat ini.

Tidak ada siapapun yang meliriknya. Jikalau ada, pasti hanya lirikan jijik yang dilemparkan terhadapnya, atau tendangan dan olokan. Ia menerima semua itu dengan tubuh kecilnya yang malang. Terdapat banyak lebam di sekujur tubuhnya pula.

Namun, tidak dengan pemuda bersurai platinum itu. Dia menghentikan langkahnya dan melaraskan tinggi nya dengan sang anak. Sedangkan, sang anak menjauh darinya dan menatapnya dengan tajam. Ia mengira bahwa pria itu adalah ancaman untuknya.

"Apa yang kau mau.. menendang ku?" Lirih sang anak pelan. Ia menghindari kontak mata dengan pemuda tersebut dan semakin meringkuk. Pemuda surai platinum itu nampak membulatkan kedua bola matanya, terkejut dengan respon dari seorang anak yang.. sangat tidak biasa.

"... Kenapa kamu bisa mengira seperti itu?"

"..."

Puk.

Sang anak merasakan ada sesuatu yang mengusap rambut nya dengan lembut. Ia mengangkat wajahnya, mendapati manik biru langit pemuda itu yang menatapnya dengan hangat. Ia merasakan ada sesuatu yang berdesir didalam hati kecilnya, ada rasa hangat yang menyelinap masuk ke dalamnya. Perasaan yang asing untuknya.. namun terasa menyenangkan.

'Perasaan apa ini ...?'

Sosok bersurai platinum itu tersenyum sembari terus mengusap surai putih kusam miliknya. "Kenapa bisa kamu berada disini? Mau ku antar ke pos polisi untuk membantumu kembali ke orangtu---"

"Tidak perlu."

"Kubilang ... Tidak perlu." Ulangnya sekali lagi sambil menunduk. Dipeluknya kedua lututnya semakin erat kemudian menenggelamkan wajah mungilnya di dalamnya. Pemuda platinum itu iba melihatnya. Mungkin anak ini dibuang oleh orang tua nya, begitu pikirnya.

Pemuda platinum itu tersenyum sambil mengusap surai sang anak. Ia memasang senyuman nya yang hangat bak mentari pagi yang menyegarkan, membuat sang anak mengangkat wajahnya dan kembali terkesiap seketika.

"Mau mampir ke rumah ku? Ada banyak makanan enak dan selimut hangat di sana.. kamu mau kan?" Tawar sang pemuda, membuat sang anak meremat baju yang dikenakan nya dengan erat.

Mau. Ia ingin merasakan makanan enak yang turun ke dalam tenggorokan nya. Ia ingin membalut tubuhnya dengan selimut hangat. Ia juga ingin berada di dalam ruangan yang hangat. Seketika, ia mengangguk dengan antusias. Pertahanan yang ia tunjukkan tadi seolah-olah runtuh dengan tawaran manis tersebut. Sang pemuda tersenyum, kemudian berdiri dan menggandeng anak itu.

"Namaku Aoi Satsuki. Siapa namamu?"

Ah, pemuda berhati malaikat itu bernama Aoi. Aoi Satsuki.

"Aoi.."

"Benar sekali. Aoi!" Pemuda itu tersenyum, membuat perasaan asing kembali melanda hati kecil sang anak.

"Namaku.. (Name). Yoshida.. (Name).."

"(Name)-kun, ya.."

Pria platinum-- yang bernama 'Aoi Satsuki' itu memberikan payung berwarna biru yang ia pakai kepada (Name). Payung berwarna biru langit dengan gagang nya yang berwarna hitam, serta satu gantungan kelinci berwarna biru muda dengan kalung bergambar ikan menghiasi gagang payung tersebut. Payung yang manis. Rasanya ia pernah melihat payung ini.. entah dimana. Sepertinya di televisi yang terpajang di toko elektronik?

Aoi pun mengeluarkan payung lain yang ia bawa. Ia membuka payung tersebut dan memakainya. Payung berwarna oranye dengan gagang berwarna hitam dan gantungan kelinci berwarna oranye dengan kalung bergambar bunga sakura.

Aoi kembali menggandeng tangan mungil (Name) dengan lembut, dan  melangkahkan kaki nya. (Name) berjalan beriringan di sampingnya sambil menggenggam gagang payung biru tersebut dengan tangan nya yang masih bebas.

Hari itu, hujan tak lagi menjadi hal yang buruk untuknya. Hujan tak lagi menjadi ancaman untuknya, dan hujan tak lagi membuat tubuhnya menggigil kedinginan. Hujan menjadi hal spesial tersendiri untuknya. Karena, hujan saat hari itulah, yang membuat dirinya bertemu dengan sosok tersebut. Sosok yang memberikan rasa hangat didalam dada nya, sosok yang membuatnya merasakan kasih sayang untuk yang pertama kalinya. Sosok yang membuatnya merasa, bahwa ia adalah manusia kecil yang berharga, bahwa ia bukanlah suatu kesalahan.

Sosok yang ia ingin berada di dekatnya, selalu.

***

Hari itu, adalah hari pertama dimana (Name) merasakan perasaan yang terasa hangat untuk yang pertama kalinya.


TBC.

Aah halo semuanya! ( ;∀;)
Book series buatan ku sendiri yang pertama (>▽<)ノ horeee 🎉✨✨

Jadi, ini adalah That Day tetapi dengan tema Destiny untuk Aoi! Yes, sang pria koinobori itu lho~

Btw, Aoi sebentar lagi ultah lho (・∀・) tanggal 05 Mei! Waah, bentar lagi umurnya akan menginjak 25 tahun!

Ah iya, kira-kira ada request chara untuk book series That Day selanjutnya? (◕ᴗ◕✿) nanti aku coba pilih-pilih lagi hihi~

Sekian dari ku, selamat malam semuanya! Selamat menjalani hari!

That Day • Aoi SatsukiWhere stories live. Discover now