Tatapan Chaesa berubah menjadi sendu begitu menelisik jauh ke dalam bola mata hitam sang mama. Ada banyak hal yang mau dia sampaikan, tapi semuanya tertahan di lidah karena sekali lagi, dia ga mau membuat mamanya khawatir dan sedih.

"Kamu juga harus selalu bahagia. Ya? Janji ke Mama?" Jari kelingking mama teracung ke arah Chaesa, tapi yang dia lakukan cuman terdiam menatap ke jari-jari yang selama ini menggenggam hangat tangannya itu.

Bukannya mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking sang mama, Chaesa justru beralih menggenggam tangan sang mama dan membawanya ke atas pangkuan.

Dia... ga bisa berjanji.

Gimana nantinya kalo Chaesa ga bisa berbahagia?

Embusan napas pelan keluar dari sela bibir mama Jo. "Nanti, kalo Mama udah ga ada, janji ke mama kamu harus tetap jadi orang baik."

Chaesa menunduk, mendadak hatinya berdenyut sakit. Sisi emosionalnya berhasil mengendalikan dirinya sekarang, mati-matian dia menahan diri buat ga menangis di sini.

Kepalanya menggeleng pelan, menolak buat menatap lagi pergerakan mamanya karena Chaesa tau, topik pembicaraan yang ada di antara mereka ga bakal bisa dia terima sampai kapan pun.

Dia... ga sanggup membayangkan gimana hidupnya tanpa sang mama di sisinya.

Sebelah tangan mama yang bebas bergerak merapikan helaian rambut Chaesa. "Gapapa kalo kamu ga bisa janji ke Mama." Ada jeda sejenak yang dipakai mama buat menatap lamat anak gadisnya. "Tapi kamu harus janji ke diri sendiri buat bahagia. Maaf karena mama selalu menuntut kamu buat jadi kuat, tapi dunia memang sejahat itu, Nak. Kamu harus jadi kuat buat bertahan."

Chaesa menggeleng sekali lagi, kepalanya makin tertunduk dalam karena sekarang air mata berhasil jatuh membasahi pipinya.

"Maaf karena Mama belum bisa membahagiakan kamu." Mama Jo menutup mata erat, beralih memeluk anaknya dari samping, menyandarkan jidatnya di sisi kepala sang anak.



🌼



"Lo gapapa? Muka lo pucat." Pertanyaan ini adalah yang pertama kali Chaesa dengar begitu dia selesai mengganti seragam karyawannya kembali jadi baju casual.

Begitu menoleh, dia mendapati sosok Jinyoung yang berdiri di dekat ruang ganti, bersandar dengan tas Chaesa di genggamannya.

"Tas gue kenapa di lo?" Tanya cewek itu sambil meraih tasnya.

Jinyoung mengembuskan napas pelan dan memerhatikan muka pucat cewek di hadapannya. "Lagian tas malah ditinggal gitu aja di lantai."

"Eh? Iya kah? Ga inget." Dia benar-benar ga inget udah mengeluarkan tasnya dari loker tadi, soalnya buru-buru ganti baju.

Maunya langsung pulang aja, soalnya badannya kerasa benar-benar gak enak sekarang. Ditambah perasaan sesak di hatinya sedari tadi pagi belum hilang sama sekali. Chaesa masih sibuk mempertanyakan kejadian tadi pagi, juga sibuk mempertanyakan seberapa besar kebencian Kim buat dirinya.

"Ayo, gue janji mau nraktir lo."

Chaesa baru aja mau bersuara ketika Jinyoung menyela dengan cepat, "ga ada penolakan. Ayo"

Bukannya ikut melangkah mengikuti Jinyoung, Chaesa justru terdiam dengan tangan yang menggenggam erat tali tas digenggaman.

Setelah kejadian tadi pagi... bukannya lebih baik dia sedikit memberi jarak ke orang-orang? Kalo dipikir-pikir, omongan Kim ada benarnya ya?

Kamu emang ga pantes dikelilingi orang-orang baik, Chaesa. Batinnya berkata lirih.

"Oi, ngapain diem di sana?"

Ex: The Daisy || Na JaeminWhere stories live. Discover now