1

60 5 2
                                    

"Garis lengkung di wajahmu seperti mentari yang mengusir awan mendung"

-Azka Husein-

°°°

" Bu lia pamit ", kataku sambil melambaikan tangan.

Ku langkahkan kakiku menuju halte bus. Untuk apa?, kalau bukan menunggu bis datang.

Kepalaku yang tak henti hentinya menoleh ke arah datangnya bis sambari melirik arloji yang melingkar di tangan.
Sudah dua puluh menit aku menunggu disini, dan hasilnya tetap nihil. Tidak ada bis yang lewat.

Heran. Tidak seperti biasanya terjadi begini. Apa terminal bis ditutup? atau sopirnya yang tidak ada?. Kenapa sungguh menyebalkan sekali.

Waktu terus berjalan, sedangkan sekolah akan tutup lima belas menit lagi. Apa aku harus berjalan sendiri?, menempuh jarak kira kira dua kilometer itu?. Bisa saja aku sampai ke sekolah tepat waktu dan itu jika aku dalam keadaan berlari. Tidak mungkin, itu pasti membuat kakiku kesakitan.

" Kring..kiring.. minggir oy! ", terdengar suara dari kejauhan yang membuatku terkejut.

Baru kaki sebelah melangkah saat mendengar teriakan itu yang membuatku spontan menoleh.

" Citt.. ", bunyi rem sepedanya yang berhenti tepat di depanku.

" Maksud lo apa seperti itu?! ", tanyaku dengan nada yang tinggi.

Aku memperhatikannya sekilas.
Oh, Anak beku di sekolah. Mau apa dia?, mau cari masalah lagi dengan gue?

" Sorry, cuman iseng aja buat lo kaget ", jawabnya enteng.

" Hah?, cuma bilang sorry?. Enak aja bilang begi- ", kalimatku yang belum saja tuntas tiba-tiba dipotong begitu saja.

" Naik cepet! ", perintahnya singkat tanpa menunggu jawabanku.

" Heleh, siapa lo nyuruh-nyuruh gue?! ", kataku yang masih teguh pendirian.

" Naik!, lo mau terlambat masuk sekolah! ", perintahnya dua kali sambil menyorot kedua mataku.

Kalau dipikir sih memang akan terlambat. Aku mengomel saja sudah menghabiskan dua menit. Tinggal tiga belas menit lagi sekolah akan ditutup. Huh, rasanya tidak ada alasan lagi aku harus menolak.

" Yasudah kalau nggak mau ", ucapnya sambil menarik pedalnya.

" Eh iya, gue ikut ".

Aku segera naik. Entah bagaimana caranya, sepeda ini tidak cocok untuk membonceng satu orang apalagi lebih.

" Naik di besinya, pegang pundak gue, karna gue mau ngebut ", katanya seolah aku tidak tahu apa-apa.

What? mau ngebut?. Ini anak ngeselin banget sih. Sudah sepedanya nggak ada tempat aku duduk malah mau ngebut.

Tapi kalau dipikir sih emang harus ngebut biar nggak telat karna waktunya sedikit sekali.

Dia mengayuh sepedanya dengan cepat. Arloji ditanganku selalu ku lihat.
Waduh, tinggal lima menit lagi sekolah akan ditutup.

" Tenang, bentar lagi juga nyampek ", katanya yang seperti angin berlalu begitu saja. Walau bagaimanapun kata-katanya tidak berpengaruh, aku akan tetap cemas karna memang belum sampai sekolah.

Gerbang sekolah mulai terlihat. Sepeda masuk dengan cepat saat satpam akan menutup pagarnya.

" Hebat juga lo, thanks ya ", kataku sambil sedikit menarik senyumanku setengah, kemudian perlahan meninggalkannya dan segera memasuki kelas.

°°°

Bismillah part 1 sudah tuntas. Sambil belajar menulis dan menyusun kata katanya

Maaf kalau ceritanya masih belum memuaskan. Wajar baru masuk di dunia kepenulisan.. hehe..

Jazakillah khoir
.
.
Jangan lupa vote
.

Jadikan Al Quran sebagai bacaan utama



Bisikan di SujudkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang