01. Menemukan Buku S-H-R

57 24 60
                                    

Rumah Lula, Desa Terpencil, Grayaka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah Lula, Desa Terpencil, Grayaka.

Malam semakin larut, seorang anak perempuan duduk di kursi sembari membaca buku dongeng yang ada diatas meja belajar. Lampu lentera di sampingnya, ia tetap membaca walaupun mata sudah teramat lelah. Tangan kanannya memegang sisi kepala, sesekali ia mengedipkan mata karena sudah mengantuk berat.

Dinding kamar begitu banyak tempelan poster tentang sihir, ada tongkat kecil yang ia buat sendiri dari rotan. Dia tinggal di desa terpencil bersama Ibunya dan beberapa penduduk, suara ternak ayam selalu mengganggunya untuk tidur. Rumahnya terbuat dari kayu, kuat dan kokoh bertahan selama bertahun-tahun.

Ayahnya sudah pergi, meninggalkan dunia untuk selamanya. Tidak ada saudara kandung, dia hanya mempunyai teman karib yang selalu ada ketika dia membutuhkan sesuatu.

Namanya Lula, si anak yang mempunyai jutaan harapan. Lula menutup buku-bukunya, dia menyenderkan punggung belakang pada senderan kursi kayu, menatap langit ruangan yang juga terbuat dari kayu, tak lama kemudian ia memejamkan mata.

Tidak ada yang bisa dia lihat kecuali mimpi-mimpi yang terus hadir, dia mendengar suara semacam lembaran buku terbuka. Ketika ia membuka mata sejenak dan melihat buku-bukunya, tidak terjadi apapun. Semua masih sama pada posisi semula, buku itu tertutup.

Kini, dia sudah tertidur nyenyak. Waktu terus berjalan, suara berisik dari luar rumah terdengar. Suara jeritan, tawa anak kecil, juga suara langkah kaki yang berlari kesana dan kemari.

Sebuah cahaya putih datang ketika Lula dan Ibunya sedang berpelukan di kamar, Lula melihat cahaya putih itu mengambil sang Ibu. Ada seorang lelaki dengan wajah buram tak terlihat jelas, pergi bersama Ibunya. Lalu, hilang.

Dia menjerit memanggil Ibu, Ibu, dan terus Ibu. Dia menangis, meminta jutaan harapan harus terkabul. Meminta agar Ayahnya kembali, dan Ibu tetap disini bersamanya. Kumpul bertiga, itu harapan pertama dari hidup Lula. Tubuhnya terus memberontak dengan tegang.

Dia membuka mata secara mengejutkan. Mata teduh itu melotot menatap arah sekumpulan buku di depannya, dia tersadar. Semua hanyalah mimpi, dan dia masih duduk di kursi. Membuat tubuh gadis ini benar-benar pegal. Tidur hanya sebentar saja, karena hari sudah cerah, sinar matahari pagi menembus cela jendela kamar.

“Aku bertemu seseorang.”

“Apakah orang tersebut adalah Ayah?” gumamnya.

“Ibu, dimana kau?”

“Ibu aku melihatmu di mimpiku!”

“Ibu, kau kemana?!”

“Ibu aku tidak ingin sendiri....”

“Lula, kau kenapa?” Ibu bertanya, wanita tua itu sudah ada di kamar Lula. Membuka tirai kain jendela kamar lalu menatap putri satu-satunya.

Live In The StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang